Mohon tunggu...
Muhammad Rizal Fauzi
Muhammad Rizal Fauzi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa yang memiliki ketertarikan dengan dunia digital dan memiliki hobi traveling.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Harmoni dan Kelanggengan Bisnis Keluarga: Kasus Grup Sahid di Indonesia

5 April 2024   13:11 Diperbarui: 5 April 2024   13:13 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Channel Youtube Daya Qarsa

Konflik dalam perusahaan keluarga merupakan hal yang wajar dan biasa ditemukan. Hal ini dapat terjadi karena mayoritas pengelola perusahaan adalah anggota keluarga, tak jarang terjadi tumpang tindih antara kepentingan pribadi keluarga dengan kepentingan bisnis yang mereka jalankan (Margaretha, 2019). Konflik dalam bisnis keluarga terjadi saat beberapa anggota keluarga memiliki ide, pandangan, pendapat, atau argumen yang bertentangan, menciptakan situasi yang tidak harmonis dalam organisasi (Agustina, 2023).

Grup Sahid merupakan salah satu perusahaan keluarga terkemuka di Indonesia, yang telah memberikan kontribusi besar dalam industri properti dan perhotelan. Sebagai perusahaan keluarga yang sukses, Grup Sahid juga menghadapi berbagai tantangan konflik internal yang harus diatasi dengan bijaksana. Peran pemimpin dalam Grup Sahid, seperti Bapak Sudwikatmono dan putra-putranya, sangat penting dalam menjaga kelanggengan bisnis keluarga tersebut. Mereka memiliki kemampuan untuk mengelola konflik dengan bijaksana, membangun hubungan harmonis antar saudara, dan merumuskan strategi-suksesi yang terencana.

Dikutip dari pernyataan Hariyadi Sukamdani (2022) yang dikatakan pada saat talkshow di channel youtube Daya Qarsa, bahwa konflik seperti perbedaan pandangan dan pendapat dalam Grup Sahid merupakan hal yang biasa. Lebih lanjut, Hariyadi menjelaskan bahwa posisi chairman Grup Sahid saat itu dibiarkan kosong. Hal ini dikarenakan sejak awal, para penerus Grup Sahid diajarkan bahwa hak dan kewajiban mereka semua sama. Selain itu, Hariyadi menjelaskan bahwa setiap anggota keluarga harus saling pengertian, apabila terdapat perbedaan pendapat maka mereka akan mendiskusikan hal tersebut. Diskusi tersebut akan menghasilkan keputusan pilihan atau strategi yang terbaik dengan berbagai pertimbangan. Hariyadi menambahkan bahwa sejauh ini, para penerus Grup Sahid cukup solid dalam mengatasi konflik atau masalah dengan pertimbangan yang matang dan saling melengkapi.

Menurut perilaku Thomas-Kilmann model, dijelaskan dalam buku Mengelola Bisnis Keluarga yang ditulis oleh Tri Siwi Agustina (2023), terdapat lima macam strategi pengelolaan konflik. Grup Sahid memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana mengelola konflik dengan bijaksana, membangun hubungan harmonis, dan merancang suksesi yang sukses yaitu dengan menerapkan strategi kolaborasi dengan usaha bersama. Pengalaman Grup Sahid dapat menjadi inspirasi bagi perusahaan-perusahaan keluarga lainnya dalam menjaga keberlangsungan bisnis dan mewariskannya ke generasi mendatang. Dengan mempertimbangkan tantangan dan peluang yang ada, perusahaan keluarga seperti Grup Sahid dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun