Bayangkan jika 9 orang memutuskan untuk makan siang. 10 orang memilih untuk makan batu, sementara 1 orang memilih nasi. Dalam logika demokrasi, mereka semua harus makan batu. Karena hey, mayoritas selalu benar, kan?
Socrates pernah bilang, "Pendapat mayoritas belum tentu yang terbaik. Hanya yang paling populer." Tapi siapa peduli dengan Socrates? Dia kan bukan selebgram atau tiktoker.
Ketika Kita Mendelegasikan Kebingungan Kita
Dalam demokrasi perwakilan, kita memilih orang-orang untuk mewakili kita di parlemen. Idenya bagus: mereka yang lebih pandai dan berpengalaman akan membuat keputusan untuk kita.
Realitanya? Kita memilih orang-orang yang bahkan tidak tahu apa itu UUD, tapi jago bikin TikTok. Mereka yang harusnya memperjuangkan aspirasi rakyat, malah sibuk memperjuangkan kenaikan gaji sendiri.
Dan ketika mereka membuat keputusan bodoh, kita protes. Padahal, bukankah kita yang memilih mereka? Ah, indahnya demokrasi. Kita bisa menyalahkan orang lain atas kebodohan pilihan kita sendiri.
Pemilu, Pesta Demokrasi atau Karnaval Kebohongan?
Pemilu sering disebut sebagai pesta demokrasi. Yah, pesta memang. Pesta kebohongan dan manipulasi.
Para calon berlomba-lomba membuat janji. Janji yang mereka sendiri tahu tidak akan bisa mereka tepati. Tapi tidak apa-apa, karena dalam demokrasi, berbohong itu legal. Bahkan, bisa dibilang wajib.
Dan kita, rakyat yang terhormat, dengan senang hati menelan bulat-bulat semua janji itu. Karena dalam demokrasi, kita punya hak untuk dibohongi dan hak untuk percaya pada kebohongan.
Ketika Semua Orang Adalah Ahli Politik
Salah satu "keajaiban" demokrasi adalah bagaimana ia bisa mengubah setiap orang menjadi ahli politik dalam sekejap. Tukang bakso? Ahli ekonomi makro. Ibu rumah tangga? Pakar hubungan internasional. Mahasiswa tingkat satu? Jago analisis kebijakan publik.
Demokrasi memberi kita ilusi bahwa opini kita tentang segala hal itu penting dan valid. Padahal, kebanyakan dari kita bahkan tidak tahu bedanya defisit anggaran dengan defisit perhatian.
Tapi tidak apa-apa. Dalam demokrasi, kebodohan adalah hak asasi yang dilindungi undang-undang.