Mohon tunggu...
Devan Alhoni
Devan Alhoni Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas Dan Konsultan Independen

Seorang penikmat karya-karya abstrak dan filosofis, Saya memiliki hasrat yang mendalam untuk menjelajahi makna-makna tersembunyi dalam setiap untaian kata. Pena dan buku menjadi kawan setianya dalam mengarungi samudra gagasan yang tak berbatas. Bagi saya, menulis bukan sekadar mengekspresikan pemikiran, melainkan juga upaya untuk menggali kebenaran di antara celah-celah realitas. Membaca pun tak hanya sekadar aktivitas menelan baris demi baris kata, tetapi juga menjadi petualangan intelektual yang tak pernah usai. Dengan kecermatannya dalam mengurai konsep-konsep kompleks, saya senantiasa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang eksistensi manusia dan alam semesta. Baginya, dunia adalah panggung metafisika yang tak pernah mengering dari teka-teki untuk dipecahkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Brexit, Pandemi, dan Kiamat Ekonomi: Bagaimana Inggris Menghancurkan Dirinya Sendiri

7 September 2024   08:10 Diperbarui: 7 September 2024   08:18 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun menghadapi tantangan yang berat, banyak ahli ekonomi berpendapat bahwa Inggris memiliki potensi untuk bangkit kembali. Negara ini masih memiliki keunggulan kompetitif di berbagai sektor, termasuk jasa keuangan, teknologi, dan pendidikan tinggi.

"Inggris memiliki bakat, inovasi, dan semangat kewirausahaan yang luar biasa," kata Dame Sharon White, Chair John Lewis Partnership. "Kita perlu memanfaatkan kekuatan ini untuk membangun kembali ekonomi kita."

Beberapa sektor ekonomi memang menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang menjanjikan. Industri teknologi Inggris, misalnya, terus berkembang pesat. London tetap menjadi salah satu pusat teknologi terkemuka di Eropa, dengan investasi venture capital yang terus mengalir ke startup-startup inovatif.

"Krisis saat ini telah mendorong banyak inovasi," kata Eileen Burbidge, partner di Passion Capital dan mantan penasihat teknologi untuk pemerintah Inggris. "Kita melihat munculnya solusi-solusi kreatif untuk masalah-masalah mendesak, dari teknologi cleantech hingga fintech yang membantu orang mengelola keuangan mereka dengan lebih baik."

Sektor manufaktur Inggris juga menunjukkan tanda-tanda ketahanan. Meskipun menghadapi tantangan dari Brexit dan gangguan rantai pasokan global, beberapa perusahaan manufaktur Inggris berhasil beradaptasi dan bahkan berkembang.

"Kami telah berinvestasi besar-besaran dalam otomatisasi dan pelatihan keterampilan baru bagi karyawan kami," kata Jane Wilson, CEO sebuah perusahaan manufaktur di Midlands. "Ini memungkinkan kami untuk tetap kompetitif di pasar global yang semakin menantang."

Namun, jalan menuju pemulihan ekonomi penuh masih panjang dan berliku. Inggris masih harus mengatasi berbagai tantangan struktural, termasuk produktivitas yang rendah, ketimpangan regional yang lebar, dan transisi menuju ekonomi rendah karbon.

"Kita perlu rencana ekonomi nasional yang komprehensif," kata Sir Keir Starmer, pemimpin Partai Buruh oposisi. "Ini harus mencakup investasi besar dalam infrastruktur, pendidikan, dan keterampilan, serta strategi industri yang jelas untuk mendorong pertumbuhan di seluruh negeri."

Pelajaran dari Krisis

Krisis ekonomi yang melanda Inggris adalah sebuah pelajaran penting tentang betapa rapuhnya bahkan ekonomi yang paling maju sekalipun ketika dihadapkan pada serangkaian guncangan yang berat. Ini juga menunjukkan betapa pentingnya kebijakan ekonomi yang hati-hati dan berpandangan jauh ke depan.

"Krisis ini harus menjadi wake-up call bagi kita semua," kata Dr. Miatta Fahnbulleh, CEO New Economics Foundation. "Kita perlu membangun kembali ekonomi kita dengan cara yang lebih adil, lebih berkelanjutan, dan lebih tahan terhadap guncangan di masa depan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun