Mohon tunggu...
Devan Alhoni
Devan Alhoni Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas Dan Konsultan Independen

Seorang penikmat karya-karya abstrak dan filosofis, Saya memiliki hasrat yang mendalam untuk menjelajahi makna-makna tersembunyi dalam setiap untaian kata. Pena dan buku menjadi kawan setianya dalam mengarungi samudra gagasan yang tak berbatas. Bagi saya, menulis bukan sekadar mengekspresikan pemikiran, melainkan juga upaya untuk menggali kebenaran di antara celah-celah realitas. Membaca pun tak hanya sekadar aktivitas menelan baris demi baris kata, tetapi juga menjadi petualangan intelektual yang tak pernah usai. Dengan kecermatannya dalam mengurai konsep-konsep kompleks, saya senantiasa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang eksistensi manusia dan alam semesta. Baginya, dunia adalah panggung metafisika yang tak pernah mengering dari teka-teki untuk dipecahkan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tren Baru di Dunia Smartphone, Kebangkitan "Dumbphone" dan Pergeseran Pasar Global

31 Juli 2024   23:16 Diperbarui: 31 Juli 2024   23:23 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Harga yang lebih kompetitif: Produk lokal Tiongkok umumnya menawarkan harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan iPhone.

Dukungan pemerintah: Pemerintah Tiongkok telah mengeluarkan himbauan kepada masyarakatnya untuk lebih mengutamakan produk lokal. Bahkan, para pegawai negeri sipil di Tiongkok kini dilarang menggunakan produk Apple atau Samsung untuk keperluan kerja.

Dampak Geopolitik terhadap Industri Smartphone

Perkembangan ini tidak hanya mempengaruhi peta persaingan di industri smartphone, tetapi juga mencerminkan dinamika geopolitik yang lebih luas antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Apple, yang masih memproduksi lebih dari 95% produknya di Tiongkok, kini menghadapi tekanan dari berbagai pihak, termasuk investor dan politisi Amerika, untuk memindahkan fasilitas produksinya ke negara lain seperti Vietnam atau India. Hal ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan antara AS dan Tiongkok, serta kekhawatiran akan ketergantungan yang terlalu besar pada Tiongkok.

Samsung, di sisi lain, telah mulai mengambil langkah antisipasi dengan mengurangi ketergantungannya pada Tiongkok. Perusahaan asal Korea Selatan ini telah mulai menutup beberapa pabriknya di Tiongkok dan memindahkan produksi ke negara-negara lain.

Namun, memindahkan produksi dari Tiongkok bukanlah hal yang mudah. Tiongkok memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan, termasuk tenaga kerja yang relatif murah, infrastruktur yang mapan, dan ekosistem pemasok yang kompleks. Selain itu, banyak komponen kunci smartphone, seperti prosesor, chipset, memori, baterai, dan kamera, diproduksi oleh perusahaan-perusahaan di Asia, termasuk Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Tiongkok sendiri.

Opsi untuk memindahkan produksi ke Amerika Serikat juga menghadapi tantangan tersendiri. Biaya tenaga kerja yang jauh lebih tinggi, kurangnya infrastruktur manufaktur yang sesuai, dan jarak yang jauh dari pemasok komponen utama membuat ide ini sulit direalisasikan. Bahkan jika Apple nekat memindahkan produksinya ke AS, mereka mungkin tetap tidak akan memenuhi standar "Made in America" yang ditetapkan oleh pemerintah AS, yang mensyaratkan 75% komponen harus diproduksi di dalam negeri.

Fenomena "Dumbphone": Kembali ke Dasar

Di tengah persaingan sengit di pasar smartphone dan kompleksitas geopolitik yang melingkupinya, sebuah tren kontras mulai muncul di beberapa negara maju: kebangkitan "dumbphone" atau ponsel sederhana.

"Dumbphone", istilah yang mengacu pada ponsel dengan fitur terbatas yang hanya bisa digunakan untuk menelepon, mengirim SMS, dan mungkin beberapa fungsi dasar lainnya, kini mendapatkan popularitas baru di negara-negara seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Australia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun