Dengan mempertimbangkan kedua sisi tersebut, dibutuhkan kehati-hatian dari Bank Indonesia dalam mengendalikan nilai tukar Rupiah untuk memastikan kestabilan ekonomi dalam negeri.
Apabila pada 2045 nanti Indonesia benar-benar menjelma menjadi salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia, sudah bisa dipastikan Rupiah akan memiliki daya tarik yang signifikan di pasar global. Namun, perjalanan menuju status ini tidaklah mudah dan masih terdapat tantangan yang perlu dihadapi.
Menurut Reni, salah satu faktor kunci masa depan Rupiah adalah diversifikasi ekonomi Indonesia yang berkelanjutan. "Beralih dari ketergantungan pada ekspor komoditas menuju struktur ekonomi yang lebih bervariasi dan kuat merupakan hal yang sangat penting. Diversifikasi ini dapat memberi stabilitas yang lebih baik pada Rupiah karena tidak terlalu rentan terhadap fluktuasi harga komoditas global."
Dengan struktur ekonomi yang lebih bervariasi, Indonesia dapat mengurangi ketergantungannya pada sektor-sektor tertentu seperti pertambangan dan perkebunan yang selama ini masih menjadi tumpuan ekspor. Hal ini perlu dilakukan mengingat kedua sektor tersebut rawan terkena gejolak harga komoditas di pasar dunia.
"Pemerintah perlu mendorong industri-industri bernilai tambah tinggi seperti manufaktur, jasa keuangan, hingga teknologi informasi agar bisa menjadi kontributor baru bagi perekonomian dan mengekspornya ke mancanegara,"
Selain diversifikasi ekonomi, Pemerintah Indonesia perlu fokus pada reformasi struktural seperti memperbaiki iklim investasi dan mengatasi defisit infrastruktur yang selama ini masih menjadi salah satu kendala dalam meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global.
Pembenahan dari sisi sumber daya manusia (SDM) juga menjadi faktor krusial. SDM yang kompeten dan terampil akan menciptakan tenaga kerja produktif yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini sekaligus membuka peluang Indonesia untuk mengekspor jasa tenaga kerja terampilnya ke berbagai negara di masa depan.
Di sisi lain, diseminasi nilai-nilai Rupiah di kawasan regional khususnya di Asia Tenggara melalui penguatan kerja sama ekonomi seperti ASEAN Economic Community, bisa turut mendongkrak peran Rupiah dalam perdagangan dan keuangan regional.
"Kemungkinan rupiah menjadi mata uang yang lebih umum digunakan dalam transaksi regional dapat meningkatkan status globalnya dan sekaligus mengurangi ketergantungan negara-negara di Asia Tenggara terhadap dolar Amerika,"
Namun selain faktor-faktor di atas, kebijakan Bank Indonesia dalam mengelola nilai tukar Rupiah tetaplah memegang peranan sentral. Meski Rupiah sempat mengalami berbagai gejolak di masa lalu, faktanya kebijakan Bank Indonesia kerap berhasil menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah.
Ke depannya, dibutuhkan sinergi antara kebijakan moneter yang tepat sasaran dengan upaya reformasi struktural yang berkelanjutan agar Rupiah dapat meraih masa depan yang gemilang di pentas ekonomi global. Dengan kekuatan ekonomi yang terus bertumbuh, diversifikasi sektor unggulan, serta kebijakan yang efektif, Rupiah berpotensi untuk menjelma menjadi salah satu mata uang paling berpengaruh dan stabil di kawasan regional maupun internasional. Semua akan bergantung pada komitmen dan tekad Indonesia dalam meraih visi ekonomi di masa depan.