Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Sekelumit Analisis Novel Bumi Manusia - Pramoedya Ananta Toer

6 Februari 2024   14:39 Diperbarui: 6 Februari 2024   14:54 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Bumi Manusia Via Dokumentasi Pribadi

Pada awalnya, tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas saya dalam mata kuliah Sosiologi Indonesia. Lalu, sebagai bentuk penghormatan terhadap karyanya dan untuk mengenang hari kelahiran penulisnya pada hari ini -6 Februari-, tulisan ini sengaja 'tampil' di Blog Kompasiana.

Tidak mudah menulis roman sejarah dikala "Pram" -sapaan akrab dari Pramoedya Ananta Toer (1925-2006)- sedang diasingkan di pulau buru, sebuah pulau terpencil yang terletak di Provinsi Maluku. Bumi Manusia, karya Pramoedya yang pertama dalam series tretalogi pulau buru adalah suatu roman yang terlahir berdasarkan hasil riset sejarah yang ia lakukan secara mendalam. Tentunya hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Kurniawan (2022), bahwa Pramoedya adalah sesosok pengarang yang rajin sekali dalam melakukan dokumentasi, sehingga tak khayal, banyak sekali karya-karyanya lahir berdasarkan proses penelitian sastra terlebih dahulu.

Kepiawaiannya dalam menulis, membuat Pramoedya sebagai seorang sastrawan, tentunya mudah sekali untuk mentransformasikan fakta-fakta sejarah tersebut ke dalam bentuk fiksi. Penggambaran tokoh utama yang dibuat Pram dalam Bumi Manusia, yakni Minke bukan hasil dari asal-asalan Pram membuat nama tersebut. Akan tetapi prototipe tokoh Minke merupakan suatu gambaran dari seorang pelopor jurnalistik Indonesia, Raden Mas Tirto Adhisoerjo (Kurniawan, 2022). Namun yang perlu diketahui lebih utama ialah, roman ini hadir karena Pramoedya ingin mengemukakan gagasan dan nilai yang ia tuliskan dari sisi dan caranya yang berbeda.

Layaknya novel roman pada umumnya, roman Bumi Manusia tentunya merupakan sebuah karya yang memasukkan banyak unsur yang ada di dalamnya yakni sejarah, politik, dan budaya. Dengan berlatar belakang di awal abad ke-20, pada era kebangkitan nasional, Pramoedya menuliskan kisah sejarah dan menuangkan gagasannya di roman tersebut.

Minke: Pemuda lugu yang Mengagumi Kebudayaan Barat

Minke adalah tokoh utama yang digambarkan oleh Pramoedya di dalam romannya. Dikisahkan dalam roman tersebut, Minke adalah seorang pemuda pribumi lugu yang lahir pada tahun 1880. Minke dilahirkan dan juga dibesarkan di lingkungan keluarga priyayi. Karena mempunyai kelebihan inilah, Minke bisa mencicipi pendidikan Eropa yang tidak semua orang pada waktu itu bisa mendapatkan pendidikan tersebut. Mendapatkan kesempatan menuntut ilmu di HBS, membuat Minke bertambah cemerlang. Pergaulannya yang semakin bertambah kualitas, dengan berteman kepada orang-orang Eropa yang berpandangan rasional, membuat Minke berubah menjadi seorang pembelajar yang kagum akan kehebatan pendidikan Barat yang lambat laun menyadari keadaan bangsanya yang saat itu memang sedang terjajah.

Pada perkembangan roman tersebut, awalnya Minke merasa risau karena perbedaan latar belakang dirinya yang berdarah daging sebagai orang jawa yang bersifat tradisional; bertentangan dengan latar belakang pendidikan Eropanya yang cenderung liberal. Hingga, setelah melewati hal kontradiktif tersebut, Minke tersadar lewat pendidikan Eropa itulah ia nantinya mengetahui, bahwa tradisi bangsanya yang menjadi peghambat kemajuan (Hun, 2011). Walaupun begitu, Minke tetap berusaha untuk mengakui bahwa jati dirinya adalah sebagai seorang Jawa.

Sebagaimana remaja pada umumnya, di awal roman tersebut, selain digambarkan sebagai pengangum Eropa, Pramoedya menggambarkan Minke sebagai penggila Wanita. Hal ini terungkap ketika temannya yang bernama Robert Suurhof memanggilnya dengan sebutan Philogynik. Lebih lanjutnya, bermula dari ajakan Robert Suurhof, Pramoedya menggambarkan lebih jauh pertemuan yang menyebabkan benih cinta antara Minke dan Annelies. Berawal dari bertamunya Minke ke rumah Annelies inilah, rasa jatuh cinta pada pandangan pertama itu muncul. Pada momen itu juga, Minke bertemu dengan seorang Nyai yang bernama asli Sanikem, ibu dari Annelies.

Nyai Ontosoroh: Gundik yang Berwawasan Luas

Digambarkan pada roman tersebut, Nyai Ontosoroh yang bernama asli Sanikem dulunya hanyalah seorang gundik yang dijual oleh ayahnya kepada seorang totok Belanda yang bernama Herman Melemma. Namun, seiring kebersamaannya dan berkat pendidikan yang diajarkan oleh sang tuannya tersebut, Nyai Ontosoroh berubah menjadi perempuan yang tegas, cerdas, dan memiliki sikap keras terhadap para penindasnya. Digambarkan juga di roman Bumi Manusia, Tuan Mellema yang telah mendidik dan mengajarkan Nyai berubah menjadi seseorang yang tidak terurus dan tampak seperti seorang yang sudah kehilangan akal dan moral dalam dirinya.

Pertemuannya dengan seorang gundik yang bernama Nyai Ontosoroh, membuat Minke semakin mempertajam jati diri dengan lebih terbuka terhadap ilmu pengetahuan barat. Bisa dibilang, lewat seorang Nyai, Minke mendapatkan pedidikan tambahan untuk bisa bersikap lebih inklusif terhadap hal apapun. Hal ini tentunya selaras dengan pandangan Budiardjo (1981) yang mengemukakan bahwa Nyai Ontosoroh adalah seseorang yang paling berpengaruh dan memegang peranan penting dalam mendorong Minke bergerak ke arah pikiran-pikiran yang modern, hingga pada akhirnya nanti, ia menjadi pemberontak terhadap ketidakadilan yang diciptakan oleh kolonial Belanda. Maka dari penggambaran itu, selain kagum dengan sosok Nyai Ontosoroh, Minke juga semakin bertambah kagum pada dunia modern, dunia yang tentunya bertolak belakang dengan tempat kelahirannya yang cenderung bersifat feodalistik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun