Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Sekelumit Analisis Novel Bumi Manusia - Pramoedya Ananta Toer

6 Februari 2024   14:39 Diperbarui: 6 Februari 2024   14:54 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Bumi Manusia Via Dokumentasi Pribadi

Tampak jelas sekali dalam penggambaran tersebut, Pramoedya tentunya berpihak dan menunjukkan sikap untuk mendukung nasionalisme dan menolak penjajahan yang dilakukan oleh Belanda (Hun, 2011). Selain persoalan Bahasa Belanda, Pramoedya juga menyinggung bahasa Jawa. Dalam Penggambaran diroman tersebut, Minke menolak saran ibundanya untuk menulis dengan bahasa Jawa. Penggambaran itu bisa ditafsirkan sebagai salah satu bentuk penolakan kebudayaan Jawa yang pada saat itu sedang menunjukkan wajah feodalismenya melalui para Priyayi.

Jika ditinjau lebih jauh, sebenarnya sangat tepat sekali ketika Pramoedya di dalam romannya menunjukkan bahasa Melayu sebagai bahasa yang bukan hanya sebagai simbol perlawanan, namun lebih terpentingnya lagi adalah sebagai bahasa yang bisa menyatukan bangsa. Sebab, hanya dengan menggunakan bahasa Melayu, masyarakat pada masa itu lebih cepat tersadarkan bahwa ia terjajah; bahwa ia sedang tertindas. Maka dari itu, melalui bahasa Melayu tentunya bisa membentuk dan menumbuhkan apa yang disebut Ben Anderson sebagai Imagined Communities. Lebih lanjutnya, dari menulisnya Minke dalam bahasa Melayu, hal tersebut bisa disambungkan dengan teori yang dituturkan oleh Anderson (1986) tersebut yang menyatakan bahwa bahasa bisa menjadi sebuah faktor yang penting untuk menghasilkan suatu solidaritas khusus dan menbentuk suatu komunitas bayangan yang pada saat sebelumnya belum saling mengenal dan terhubung. Dalam istilah yang lain, bahasa bisa menjadi kunci untuk menumbuhkan nilai nasionalisme pada suatu masyarakat.

Kesimpulan

Kemunculan roman Bumi Manusia tentunya tidak terlepas dari perhatian yang sangat serius yang dilakukan oleh Pramoedya Ananta Toer. Dengan menggunakan gaya Bahasa percakapan, tentunya Pramoedya bisa menyampaikan gagasan dan nilai-nilai yang hendak ia sampaikan ke pembaca. Penggambaran tokoh Minke di dalam roman Bumi Manusia tentunya tidak terlepas dari sosok Pramoedya sendiri. Sebab, di dalam diri Pramoedya sendiri, ia menanamkan sikap nasionalisme terhadap bangsanya. Walaupun di dalam sejarah hidupnya pernah dipenjara tiga kali -tiga tahun dalam penjara Belanda, satu tahun dalam penjara orde lama, dan 14 tahun dalam tahanan orde baru- namun Pramoedya berhasil menciptakan karya sastra yang dikemas begitu apik dan menarik. Sehingga tak salah, karya Pramoedya yang satu ini dan tiga roman lanjutannya, masih begitu monumental dan masih banyak dibaca serta dikoleksi oleh banyak orang hingga pada saat hari ini.

Mungkin, apa yang penulis ungkapkan disini, masih banyak nilai-nilai dari roman Bumi Manusia yang belum dibahas secara komprehensif. Namun kehadiran roman ini tentunya memberikan sumbangsih positif. Lewat gagasannya yang begitu cemerlang, Pramoedya telah ikut andil untuk berkontibusi terhadap bangsanya dengan sebaik-baiknya dan seharomat-hormatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun