“Orang yang ingin bergembira harus menyukai kelelahan akibat bekerja” -Plato-
Semua orang yang ada di dunia ini pasti pernah merasakan yang namanya capek. Baik itu capek urusan kerjaan, capek urusan perkuliahan, capek urusan percintaan, ataupun capek sebab selalu direndahkan dan dibandingkan. Terkadang, sempat terlintas di pikiran kita bahwa nyerah rasanya lebih pas; bahwa meninggalkan dunia lebih awal rasanya lebih baik. Tapi, apa yang ada di pikiran itu rasanya tak pantas untuk kita setujui.
Walaupun lelah dan capek itu akan terus ada selama kita hidup, dan makin hari makin bertambah dosisnya, kita tentunya harus bisa bertahan bagaiamanpun caranya. Allah sebagai tuhan yang menciptakan kita percaya bahwa kita bisa kuat menjalani segala permasalahan yang dihadapi. Meskipun sambil sedih, meskipun sambil nangis.
Silahkan saja kita menangis karena lelahnya kita menghadapi banyaknya cobaan, silahkan saja kita tumpahkan air mata kita sebab urusan kita yang tak selesai-selesai; tapi jangan pernah sekalipun mengutuk diri kita apalagi menyalahkan kehidupan bahkan pencipta kita. Sebab, Tuhan tau kok batas kemampuan hambanya. Dan Allah ta’ala pun juga yakin kalau kita sanggup dan kuat menghadapi cobaan yang datang silih berganti.
Terkadang kita hanya butuh seseorang yang bisa memahami capek dan lelahnya kita, yang bisa diajak curhat dan berbagi keluh kesah, agar capeknya kita dapat terobati. Namun, mencari seseorang yang seperti itu nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Mungkin hanya sebagian orang saja yang beruntung mempunyai support system yang dapat mengerti keadaan lelahnya. Entah itu datangnya dari orang tua, kekasih pujaannya, maupun dari sahabat baiknya. Namun, bayangkan sebagian lainnya, yang apa-apa ditanggung sendiri, tanpa ada yang mengerti perasaannya, tentu hal ini sangat memberatkan baginya. Tentu, terkadang hal ini semakin membuat ia menyerah dan kehilangan arah.
Namun setelah dipikir-pikir, buat apa kita mengharapkan orang lain yang tak kunjung mempedulikan keaadan kita. Bukankah ada Allah yang maha mendengar segala curahan isi hati kita. Bukankah kita bisa bermunajat dan curhat kepadanya tentang segala kerumitan hidup yang kita jalani. Lalu buat apa lagi kita mengharapkan orang lain menemani kita, sedangkan Allah selalu ada untuk kita; Allah selalu hadir untuk kita.
Perlu diingat, tidak semua pengorbanan yang kita lakukan saat ini, akan cepat membawa hasil. Tidak semua perjuangan yang kita capai selama ini akan langsung membuat kita bahagia. Terkadang pengorbanan dan perjuangan yang kita lakukan selama ini, akan terlihat hasilnya, setelah beberapa tahun kemudian, setelah berpuluh tahun kemudian. Maka pada saat itulah, kita harus banyak bersabar dan tidak mudah menyerah.
Walaupun kita sangat lelah dan ingin berhenti, Ingatlah untuk siapa kita berkorban dan berjuang. Ketika kita berkorban untuk membahagiakan orang tua ataupun kekasih halalnya kita, kita pastinya akan rela capek dan berlelah-lelahan, walaupun yang kita sayangi tersebut kadang tidak tau perjuangan kita. Namun, bukankah suatu perbuatan mulia membahagiakan kedua orang tua dan pasangan kita?
Pada dasarnya, kita sering mendesis dan ingin berteriak, "aku capek, aku udah gak kuat lagi”, tapi lihatlah ketika kita bisa bertahan dan terus berjuang hingga target yang kita inginkan, kita sangat layak untuk disebut sebagai seorang petarung. Sungguh kita pun sudah mengetahui, bahwa sifat seorang petarung yang sejati ialah seseorang yang berani. Bukan hanya berani menghadapi musuh di luar dirinya saja, tapi ia juga berani menghadapi dan menyingkirkan musuh yang ada di dalam dirinya. Dan, lelah termasuk musuh paling utama yang harus dilawan. Sebab, ketika kita memanjakan lelah itu terus bersarang di dalam diri kita, jangan harap kemenangan dan kesuksesan akan kita dapat.
Ketika kita pikirkan kembali kehidupan kita, segala proses yang kita jalani dari kita masih kecil hingga saat tua nanti, rasa capek itu akan terus mengiringi. Sewaktu kita SD, SMP, SMA, tentu kita merasakan capeknya belajar supaya naik kelas dan mendapatkan ijazah. Begitupun ketika kita memasuki bangku perkuliahan, kita pasti merasakan capeknya mengerjakan tugas yang bertubi-tubi dari dosen. Apalagi pada saat akhir perkuliahan, kita pasti merasakan lelahnya saat meyelesaikan skripsi. Demikian pula pada saat kita bekerja, lalu menikah dan punya anak, apakah kita merasakan lelah lagi? tentu saja iya. Sebab Selama kita masih hidup di dunia dengan segala target dan tujuan yang ingin kita capai, rasa capek akan selalu mengikuti. Bahkan, tidak melakukan kegiatan apapun (dibaca: nganggur) tentu itu jauh lebih capek.
Oleh karena itu, bagi yang saat ini sedang lelah dan capek menghadapi persoalan dalam hidup, dan belum mencapai apa yang kita targetkan, bersabarlah. Tidak ada orang di muka bumi ini yang luput dari segala cobaan dan persoalan. Bahkan orang-orang besar yang ada di negeri ini sekarang, dulunya juga menghadapi banyak proses dan problem dalam hidupnya. Pasti dalam perjuangannya dulu, mereka juga merasakan capek seperti yang kita alami sekarang. Sangat mustahil rasanya, seseorang bisa sukses pada masa sekarang, namun ia tidak kuat menghadapi lelah dan capeknya perjuangan di masa dahulunya.