Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Palestina: Membuat Hati Terluka Saat Memandanginya

5 November 2023   16:40 Diperbarui: 5 November 2023   16:53 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: TribunJogja.com

Tak selamanya pemandangan yg kita saksikan itu indah. Tidak secara terus-menerus pemandangan yang kita lihat, membuat hati kita bahagia. Pada saat ini, dalam jenjang waktu yg tiada terkira, di sebuah wilayah yang tidak ada di dalam peta -Palestina- pemandangan yg membuat hati terluka terus mengemuka. Tidak ada HAM disana. Nyawa manusia yang sejatinya sungguh berharga, dengan mudahnya para perampas itu renggut dengan serangan melalui darat dan udara.  Bejat dan durjana sekali perilaku mereka. Tentu, ketika para pembaca membaca tulisan ini, anda tentu sudah tau siapa "mereka". Apabila salah satu perusahaan makanan cepat saji saja tidak sudi menyebut nama Palestina, maka sebaliknya, di tulisan ini, saya pun juga tidak sudi menyebut wilayah mereka.

Negara adikuasa tak beretika itupun semakin mendukung pemborbardirannya dan tidak sama sekali mencegahnya. Ya, kita tau bahwa negara itulah penyokong utamanya. Genosida dan kejahatan itu dianggap tidak ada oleh bangsa Amerika dan eropa, karena yang ditembaki dan diserang bukanlah warganya, kelompoknya, maupun rasnya. Apalagi ketika melihat tempat suci yang ada diserang, rumah sakit di bom serta sekolah di bumihanguskan dengan menewaskan banyak anak dan Wanita dari segala jenis agama, Inikah yang dinamakan peradaban modern Inikah yang dinamakan kemajuan? Dan inikah yang disebut hak asasi manusia?

Kita semua sudah melihat, betapa jahatnya mereka para penjajah yahudi tersebut. Kita bisa melihat di berbagai berita ketika mereka terang-terangan melarang terjangkaunya bantuan kemanusiaan untuk warga di Gaza yang menderita. Hanya manusia yang mempunyai sifat binatang yang tega melakukan ini. Ya, kita tidak salah menyebut bahwa para penjajah  tersebut sesungguhnya lebih buruk daripada hewan

Kini, yang telah kembali kepada-Nya, yang wanginya bagaikan semerbak bunga tentu telah mendapatkan kenikmatkan di Surga. Hanya iman yang terus hinggap di dada, yang membuat warga negara yang bersimbolkan semangka tetap bertahan di dunia yang penuh derita. Mereka tetap kuat walaupun anak istrinya sudah berlumuran darah. Mereka tetap Ikhlas, menyembahyangkan saudara-saudaranya yang syahid. Sungguh, sebenarnya tak kuasa menulis tentang para pejuang syahid tersebut. Kita dari jauh saja begitu tidak kuat mengamatinya, lantas bagaimana yang mereka rasakan langsung saat ini?

Doa yang kita panjatkan dan kata-kata yang kita suarakan di berbagai media, tentunya tidak bisa langsung merubah keadaan disana apalagi merubah hati yang buta nan tuli pihak PBB. Akan tetapi, setidaknya suara-suara yang kita kobarkan, kata-kata yang terus kita lesatkan di sosial media menjadi bukti bahwa kita akan terus berpihak pada negara Palestina. Walaupun pada saat ini, pembungkaman dan pemabatasan di berbagai platform sosial media terus kelompok penjajah itu lakukan, namun tentu kita tak akan menyerah. Kita akan terus bersatu dalam menggencarkan dan memviralkan simbol-simbol yang berkaitan tentang palestina, termasuk dengan emoji semangka itu.

Bahkan kita akan terus gencarkan secara bersama-sama pemboikotan produk-produk yang mendukung penjajah yahudi tersebut hingga mereka menghentikan agresi dan kejahatannya di tanah Palestina. Dan terbukti ketika kita melihat data yang ada, saham perusahaan-perusahaan besar tersebut anjlok dan sepi pembeli. Beginilah kalau kita bersatu, walaupun yang kita lakukan kecil, tapi akan berdampak besar bila kita berjuang bersama.

Maafkan kami, Hanya inilah bentuk dukungan dan kepedulian yang mampu kami lakukan. Kami tau bahwa engkau wahai saudara-saudara kami yang ada disana, engkau lebih tebal iman, lebih kuat Ikhlas serta lebih luas sabar daripada kami.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun