Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Alam: Sesuatu yang Harus Dijaga Bukan Dizholimi

3 Februari 2023   19:27 Diperbarui: 3 Februari 2023   19:31 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sudah sama-sama melihat fenomena pada zaman sekarang, dimana sudah banyak manusia yang kehilangan akalnya, mengeksploitasi dan membabat habis hutan dan segala ekosistemnya untuk kepentingan dirinya dan kelompoknya. 

Seringkali kita lihat, sebagian manusia yang membuang sampah ke kali dengan begitu banyaknya hingga seplastik besar. Juga, masih banyak orang-orang yang membuang limbah tanpa diolah. 

Tentu, manusia-manusia seperti itu merasa dirinya superior sekali terhadap alam. Memperlakukan alam sebagai objek, hingga merasa berhak berbuat sesuka hatinya, tanpa menyadari dampak yang akan ditimbulkan setelahnya.

Kita sebagai manusia memanglah sangat egois. Secara sadar, kita sedikit sekali menghargai alam atau lingkungan kita. Sering kali kita tidak mempunyai akhlak kepada alam. 

Mungkin kita begitu, karena kita merasa sebagai manusia mempunyai kedudukan yang tinggi sehingga berhak untuk melakukan arogansi. Padahal kalau kita telusuri, manusia itu merupakan bagian dari alam itu sendiri, Sehingga ketika kita merusak alam dengan berbagai macam perlakuan biadab kita; cepat atau lambat kita pasti akan kena getahnya juga. Lihatlah pada hari ini kalau tidak percaya, krisis lingkungan dan bencana sudah terjadi dimana-mana.

Sebagaimana perhatiannya kita kepada pasangan atau teman, seharusnya kitapun juga harus perhatian terhadap lingkungan kita. Sebab, dalam Al Qur'an, pada dasarnya kita diciptakan ke muka bumi itu sebagai khalifah yang harus menjaga dan melestarikan agar keselarasan tetap terjaga; bukan sebagai kompeni (penjajah) bumi. 

Sehingga tak sepantasnya bagi kita yang ibaratnya sudah dikasih tinggal di bumi oleh sang pencipta, namun kita malah seenak hati merusaknya. Apalagi, pada masa kini, turut ikut campurnya teknologi makin memperparah eksploitasi sumber-sumber daya yang ada di bumi. Begitulah kita sebagai manusia, yang makin hari makin tidak mempedulikan alam yang sejatinya merupakan bagian penting dalam kehidupan kita.

Kita pastinya diajarkan untuk beretika dan berakhlak terhadap siapapun oleh guru dan orang tua kita. Namun, kita mungkin lupa, pengaplikasian beretika kita bukan hanya sebatas pada makhluk hidup saja. Kita telah belajar di bangku sekolah, ada yang namanya komponen biotik dan komponen abiotik. 

Seringkali, komponen abiotik inilah yang sering tidak dihargai oleh kebanyakan manusia. Sejatinya, kitapun juga harus berakhlak kepada alam yang mencakup tanah, air, udara dan segala macamnya. Dan beretika dalam ihwal abiotik inilah yang kebanyakan gagal menerapkannya. 

Sebagian dari kita masih membuang sampah tidak pada tempatnya; dan inilah yang disebut tidak beretika. Sebab, seseorang yang beretika tidak berbuat hal demikian. 

Perkataan dari seorang ahli ekologi yang bernama Aldo Leopold sepantasnya memang perlu kita lakukan, ia menyatakan, "perilaku etis adalah melakukan yang benar mesikpun tidak seorang pun melihat." Artinya, walaupun seseorang tidak ada yang melihat, kita tidak boleh membuang sampah ke sungai.

Mungkin sebagian kecil perusak alam itu mengira mereka bisa bebas melakukan apa saja yang mereka mau, yang penting mereka untung. Akan tetapi, mereka mungkin pura-pura tak tahu atau tak tahu beneran bahwa air yang mereka gunakan untuk mandi, nyuci, dan minum; udara bersih yang mereka hirup setiap harinya secara gratis itu tentu menyuplai kehidupan mereka di dunia ini. Makanya itu, kita sebagai manusia tidak boleh sombong hidup di dunia ini. Tanpa tiadanya air dan udara yang bersih, manusia tidak akan bisa bertahan hidup.

Sebetulnya Indonesia memang sangatlah kaya akan ekosistem yang ada hingga hari ini. Maka tak bisa dielakkan, sebagian kecil dari manusia terkadang mencari kekayaan dengan merusak ekosistem atau lingkungan di sekitarnya. 

Mungkin beberapa orang dari sebagian kecil kelompok itu tentu tau itu merusak lingkungan, akan tetapi ketika ia melihat banyak meraup cuan yang berlimpah di bisnis yang merusak lingkungan tersebut; ia langsung memakai kacamata hitam alias pura-pura buta terhadap masalah tersebut. Seolah baginya, uang tampak lebih berharga daripada alam yang ia tempati itu.

Selain itu, sebagian orang ada juga yang berdalih bahwa bisnisnya ini legal secara hukum, sehinga tak akan merusak lingkungan dan membahayakan manusia dan makhluk lainnya. Mempercayai hal itu tentu sangatlah sulit. 

Walaupun sudah ada payung hukum dan yang dihasilkannya bisa membawa banyak manfaat juga bagi kita sebagai manusia, bukan tak mungkin bisnis itu bisa bertindak merusak ekosistem yang ada. 

Sebagaimana keberadaan dari tambang yang memang betul, barang yang ada di sekitar kita seperti mobil, motor, kompuer, bahkan alat-alat dapur membawa manfaat bagi manusia. Akan tetapi banyak juga catatan yang bersumber dari WALHI yang menyebutkan bahwa keberadaan tambang itu bukan hanya merusak ekosistem yang ada di wilayah itu, namun lebih parahnya, keberadaannya memporak-porandakan ekonomi masyarakat sekitar.

Tulisan ini tentu hanya merupakan komentar biasa dari manusia tak istimewa yang belum sepenuhnya bisa menjaga lingkungan dengan baik. Tetapi, saya dan kiranya kita semua menginginkan tatanan alam semesta Ini tetap terjaga. 

Sebab, inilah tugas kita diciptakan di dunia ini, melestarikan dan memperindah alam semesta yang sedari awal diciptakan memang sudah indah. Kita harus berjuang untuk menjaga ekosistem dengan minimal tidak membuang sampah sekecil apapun di got atau kali di dekat rumah kita.

Ingatlah, apa yang kita lakukan sekarang pada alam, efeknya akan terasa pada anak cucu kita di masa depan. Maka dari itu, sudah saatnya mulai sekarang kita harus mengurangi bahkan berhenti untuk berbuat zholim terhadap alam, dalam bentuk apapun. Sudah saatnya kita yang hanya sebentar di dunia, bergerak untuk menjaga alam agar tetap lestari dan indah. 

Sudah saatnya juga kita yang terlampau boros dalam menggunakan air, listrik, dan energi lainnya, mulai memakai secukupnya saja.  Selama kita masih mau melakukan itu, selama itu pula, anak cucu kita masih bisa menghirup udara dengan segar dan mendapatkan air yang bersih. Untuk itu, ketika kita peduli terhadap keberlangsungan hidup anak kita nanti, maka mulai dari sekarang, yuk jaga alam!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun