Makhluk yang paling sempurna adalah manusia. Pada dasarnya, manusia memiliki entitas yang paling lengkap dan unik diantara makhluk tuhan lainnya. Akal yang ada pada diri manusia, tentunya tidak dimiliki oleh binatang. Begitupun hal nya hawa nafsu, manusia mempunyai hawa nafsu, sementara malaikat tidak memilikinya. Sehingga dalam hal prakteknya, manusia mempunyai kesempatan untuk bisa lebih tinggi derajatnya daripada malaikat; dan tak menutup kemungkinan juga manusia bisa lebih rendah derajatnya daripada binatang.
Kesempatan manusia untuk bisa mengalahkan malaikat; untuk bisa lebih mulia daripada malaikat tentunya didasari ketika ia mampu menundukkan dan menjinakkan hawa nafsunya. Akan tetapi, pada realitanya, hanya sebagian manusia yang selalu menjalankan perintah Allah Ta'ala yang mampu mengalahkan malaikat. Sisanya, sebagian manusia lainnyaa, mungkin ada yang dibawah malaikat; dan ada pula, tak menutup kemungkinan, karena manusia itu selalu menuruti hawa nafsunya, ia bisa lebih buruk dan lebih rendah daripada binatang.
Secara fisik, manusia hampir mirip sebagaimana binatang. Keduanya tentunya mempunyai esensi seperti makan dan minum; beristirahat dan tidur; berbicara dan berkomunikasi. Pada esensi yang ketiga, perlu digarisbawahi, ada sedikit perbedaan antara cara sesama manusia berbicara dengan sesama hewan berbicara. Namun perbedaan keduanya yang mencolok, yang bisa membuat manusia lebih bisa mengontrol dan memilah baik dan buruk ialah karena manusia mempunyai akal.
Kita sebagai manusia seringkali dipermainkan oleh nafsu yang ada dalam diri. Acapkali kita dikuasai oleh hawa nafsu yang terus-terusan membelenggu diri kita. Hawa nafsu akan terus tumbuh dan melekat di dalam tubuh kita, diawali ketika manusia tidak bisa mengontrol dan terlalu berlebihan dalam tiga hal: tidur, makan, bicara.
Manusia memang membutuhkan tidur. Tak mungkin ada manusia hidup di dunia ini, namun ia mencoba terus-terusan untuk tidak tidur selama 3 hari saja misalnya. Tentunya ketika ia mencoba melakukan itu, kondisi kesehatan tubuhnya akan langsung menurun, bahkan ketika itu dilakukan terus menerus, akan menimbulkan penyakit yang berbahaya. Begitupun ketika ia terlalu berlebihan dalam tidurnya, misalkan ia tidur selama 10 jam sehari secara terus-terusan, maka tubuh akan mengeluarkan reaksi yang buruk juga.Â
Badan kita pasti lemah, lembek, dan seperti tak mempunyai semangat, sehingga kita tidak menjadi seseorang yang produktif. Selain itu, ketika kita biarkan begitu saja, kita akan kehilangan banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat.
Padahal, Allah telah memberikan waktu kepada kita 24 jam dalam sehari. Semuanya sama. Namun, anehnya tidak semua manusia pandai mengoptimalkan waktunya. Seseorang yang sukses di dalam kehidupannya, sudah tentu ia tidak berlebihan dalam tidurnya. Seseorang yang Ahli ibadah dan selalu patuh kepada Allah, ia tidak tidur berlebihan, sebab mereka tau, bahwa hal itu akan memanjakan hawa nafsunya.Â
Mereka, orang-orang yang sukses dunia ataupun sukses akhirat tau bahwa tidur yang berlebihan tiada ada manfaatnya. Nabi Muhammad SAW adalah seseorang yang paling menjaga waktu tidurnya. Rasulullah hanya tidur selama 6 jam. Di dalam hadits disebutkan, bahwa "Rasulullah SAW tidur pada awal malam dan bangun pada penghujung malam. Lalu beliau melakukan sholat".
Selain tidur, manusia juga membutuhkan makan. Tidak ada manusia yang mampu bertahan hidup, terkecuali dalam tubuhnya ada asupan makanan yang cukup. Namun, bukan berarti kita bisa makan sepuas kita. Bagaimana kita ingin mengontrol nafsu kita, kalau dalam hal makanan saja, kita terlalu berlebihan dalam menyantapnya. Bukankah kita sudah tau, bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu merusak? Bukankah kita sudah tau bahwa terlalu banyak makan bisa merusak produktivitas yang kita lakukan. Tentu hal ini masih ada kaitannya dengan tidur tadi, bahwa seseorang yang kebanyakan makan, membuat tubuh dia menjadi lemas dan mengantuk sehingga waktunya dia terbuang sia-sia saja.
Lagi-lagi pada hal makan ini, kita masih belum mampu untuk mengalahkan nafsu yang ada di dalam diri. Kita seringkali ketika ada makanan enak di rumah, rasa-rasanya mulut tak mau berhenti mengunyah makanan itu, padahal pada saat itu perut kita sudah terisi penuh. Hal inilah yang tentunya dilarang dalam Islam. Nabi SAW pernah bersabda, "Cukuplah bagi anak adam mengambil beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya". Banyak yang masih salah paham, kalau dengan kita mengkonsumsi dan mengisi banyak makanan, tubuh kita akan menjadi tambah kuat.Â
Padahal hal itu tentunya salah besar. Pada kenyataannya, tubuh kita sudah menjadi kuat ketika kita mengkonsumsi makanan secara cukup, sesuai dengan takaran kita sendiri. Jangan sampai, ketika berlebihan dalam makan, kita gampang terkena penyakit. Jangan sampai, makanan yang pada hakikatnya merupakan nikmat dari tuhan, akan menjadi bumerang yang membuat tubuh kita semakin rawan terjangkit masalah Kesehatan.
Terakhir, dalam hal berbicara. Banyak manusia yang masih tak mampu untuk menjaga mulutnya dari berkata-kata yang terlalu berlebihan. Juga, masih banyak manusia yang dengan mulutnya, ia hanya berkata buruk dan bahkan mencaci maki sesama saudaranya. Perbuatan ini tentunya berasal dari hawa nafsu kita. Kita seakan masih terus disetir oleh hawa nafsu kita. Jadinya, sulit rasanya untuk menggunakan mulut kita agar berkata yang baik-baik saja; agar berkata yang tentunya membawa manfaat untuk diri kita.
Rasa-rasanya, pada saat ini, kita perlu belajar untuk mengunci mulut kita dan diam saja daripada berbicara yang tiada maknanya. Tak patut rasanya mulut kita seperti comberan yang penuh dengan kotoran dan sampah. Memang betul, seperti hal nya makanan, berbicara merupakan suatu anugerah dari tuhan, akan tetapi gunakan mulut kita untuk hal-hal yang memang perlu seperti belajar dan menuntut ilmu atau bahkan ketika kita sedang bekerja. Tentunya ketika digunakan seperti itu, berbicara tidak dipermasalahkan.
Akan tetapi perlu adanya perhatian, untuk menjadi seseorang yang menempatkan lisan di belakang hati. Hal ini berguna agar kita bisa menimbang dan memilah mana kata-kata yang pantas untuk dikeluarkan. Agar kita tak jatuh dalam perbincangan yang tak tau arah tujuan dan berakhir sia-sia saja.Â
Bahkan, lebih parahnya, bisa menimbulkan dosa. Rasulullah SAW adalah seseorang yang bila ingin mengeluarkan kata-kata dari mulutnya, beliau terlebih dahulu memikirkannya. Bahkan, semasa hidupnya dahulu, Nabi Muhammad merupakan seseorang yang singkat dan padat ketika berbicara dan menjelaskan sesuatu.Â
Beliau bukanlah seseorang yang bertele-tele dan panjang lebar ketika berbicara. Hal ini tergambarkan ketika kita melihat dan membuka kitab hadits, seperti Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim. Sangat jarang sekali ditemukan di dalam kitab tersebut, lafadz satu hadist yang sampai 2-3 halaman.
Oleh karena itu, dalam kehidupan ini, harus diakui bahwa kita masih kalah dengan nafsu kita. Rata-rata dari kita masih belum bisa untuk tidak terlalu berlebihan dalam makan, tidur, dan bicara. Kita seakan tak tau, bahwa ketika kita melakukan tiga hal itu dengan porsi berlebih, hawa nafsu akan makin sulit dikendalikan.
Hidup kita akan terkendali ketika kita mampu terlebih dahulu untuk mengendalikan nafsu kita. Kita bisa menguasai kehidupan, ketika kita bisa menguasai nafsu kita. Untuk itu, yuk perlahan kurangi ketiga hal tersebut, agar kita tak terperosot kepada tingkatan yang membuat kita lebih rendah dan lebih buruk daripada binatang. Â
Walaupun dalam tiga hal itu, manusia sama dengan binatang, namun pada penciptaannya, manusia diciptakan jauh lebih mulia daripada binatang, sebab manusia mempunyai akal. Jadinya, kita sebagai manusia merasa malu, ketika dalam kehidupan, kita masih layaknya seperti binatang yang tidak bisa mengontrol segala yang berlebihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H