Terkadang ada yang bertanya begini, "kalau dunia ini diciptakan oleh Tuhan, mengapa dia tidak menciptakan dengan sempurna, sehingga tak perlu ada kerusakan di muka bumi ini".Â
Meminjam perspektif Gottfried Leibniz --seorang filsuf-- bahwa alasan mengapa Tuhan tidak menciptakan dunia dengan sempurna, sebab hanya Dia-lah yang sempurna.Â
Cobalah tengok diri kita, apakah kita diciptakan dengan sempurna? Â Tidak, kan. Walaupun dunia diciptakan dengan tidak sempurna.
Tapi Tuhan menciptakan alam semesta ini; dunia ini, dengan skala yang terbaik. Hanya saja kita lupa, terkadang bencana itu hadir, kitalah penyebabnya.Â
Manusialah yang merusak alam ini duluan. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Ar-rum ayat 41 yang berbunyi, Zaharal fasadu fil-barri wal-bahri bima kasabat aidinnas -- telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia.
Pada zaman modern ini, manusia menganggap dirinya sebagai satu-satunya makhluk yang 'berkesadaran' di semesta ini.Â
Ia menganggap dirinya sebagai subjek. Sementara yang lainnya seperti binatang, tumbuhan, bahkan alam semesta termasuk bumi yang dipijakkan oleh manusia seolah hanya hadir untuk melengkapi kehidupan manusia; seolah hanya menjadi objek.Â
Namun anehnya, ketika terjadinya bencana di muka bumi ini, mereka menyalahkan alam; mereka menyalahkan Tuhan. Padahal, manusia sendirilah biang keroknya.Â
Walaupun tidak semua bencana yang terjadi akibat ulah manusia, namun pada masa modern ini, bencana lahir dan hadir ketika manusia merusak alamnya, mengeksploitasi hutannya, sehingga terjadilah bencana seperti banjir dan tanah longsor.
Tulisan diatas bukanlah ditujukan untuk mereka yang sedang ditimpa bencana pada saat ini, akan tetapi tulisan ini sebagai bentuk kontemplasi untuk diri kita masing-masing agar lebih peka terhadap lingkungan kita.Â
Datangnya bencana alam pada saat ini menjadi peringatan Tuhan kepada seluruh hambanya agar bisa meningkatkan kualitas diri menjadi lebih baik lagi.