Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Love

Bergembiralah dengan Kelahiran Rasulullah SAW!

1 Oktober 2022   22:48 Diperbarui: 1 Oktober 2022   22:51 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak akan cukup rasanya lembaran yang ada ini untuk mengungkapkan keseluruhan cinta yang ada di hati ini kepada Nabi Muhammad Shallahu 'Alaihi wa salam. Jujur saja, walaupun kita masih sedikit menjalankan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad, walaupun kita masih belum sempurna mengikuti akhlak dan perbuatan Rasul, namun hati ini tak akan bisa bohong, kita cinta Nabi Muhammad melebihi apapun juga.

Cinta kepada Nabi Muhammad SAW mesti ada di dalam diri kita. Cinta kepada Nabi pun juga bisa di manifestasikan dalam bentuk apapun itu. Misalkan, Nabi bersiwak, kita yang cinta sama Nabi ikut bersiwak; Nabi mengajarkan untuk selalu menuntut ilmu, kita yang cinta sama Nabi, harus selalu menuntut ilmu; Nabi tersenyum dan tidak marah ketika dihina, kita pun juga harus begitu.

Bentuk cinta yang diuraikan diatas atau kisah teladan Nabi yang kita dapatkan biasanya, tentunya selain dari referensi kitab yang kita baca, hal itu di dapatkan dari suatu majelis ilmu. Mungkin rasanya agak aneh, ketika menyelenggarakan majelis ilmu di hari kelahiran Nabi SAW (dibaca: Maulid) itu tidak dibolehkan atau bahkan di sesatkan.

Seringkali kita lihat dan kita dengar, ada seseorang yang mengaku cinta Rasulullah SAW, namun ia membid'ahkan seseorang yang menyelenggarakan maulidur rasul. Bahkan, ada pula yang berseru ketika maulid itu dilaksanakan, kita tidak boleh untuk ikut dan hadir. Heran sekali saya ketika ada sosok yang mengatakan itu, Tidak bolehkah kita itu gembira dan senang atas kelahiran panutan kita Bersama? Tidak bolehkah kita menyambut hari lahirnya Nabi SAW dengan bershalawat kepadanya secara beramai-ramai?

Pada saat ini, kita sudah memasuki Bulan Rabiul Awal, bulan Nabi kita tercinta dilahirkan. Yang dimana, kita sebagai umatnya yang mengharapkan syafaatnya, bergembira atas kelahiran beliau. Kalaulah Abu Lahab saja yang tidak beriman kepada Nabi, namun ia bergembira atas kelahiran Rasulullah dengan memerdekakan budaknya yang bernama Shuaibah, masa kita sebagai umatnya, sebagai pengikutnya tidak bergembira atas kelahiran beliau SAW?

Bila saja kita bergembira atas ulang tahunnya anak kita atau orang tua kita, maka kenapa kita tidak bergembira dengan hari kelahirannya Nabi? Apakah karena Nabi tidak pantas di gembirakan atau di puji-puji?

Padahal kalau kita lihat dan telisik lebih dalam apa saja isi dari kegiatan maulid ini tentunya akan membuat mereka (yang menyesatkan) menjadi tau dan terketuk hatinya untuk tidak mengatakan hal itu Kembali.

Pertama, seseorang yang pergi ke acara maulid sama saja ia pergi dalam keadaan menuntut ilmu. Kok bisa begitu? Yha jelas saja, mereka yang hadir di majelis maulid tersebut pastinya mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru dari kisah Nabi teragung, Muhammad SAW. Jadinya, tak akan merugi seseorang yang pulang dari acara maulid tersebut kecuali hatinya akan bertambah cinta dengan sosok yang dicintainya, jiwanya menjadi tenang, dan pikirannya akan selalu mengikat kepada ajaran yang dibawa oleh Sayyidina Muhammad SAW.

Kedua, Apabila Maulid itu diselenggarakan pada malam hari sehabis isya, pastinya seseorang yang hadir di acara tersebut pasti melaksanakan sholat berjamaah terlebih dahulu serta ditambah sholat sunnah 2 rakaat. Tau kan keutamaan dan besarnya pahala dari dilaksanakannya sholat berjamaah di Masjid lalu ditambah dengan sholat sunnah?

Ketiga, Seseorang yang hadir di majelis Maulid pasti mendengarkan lantunan ayat Al Qur'an serta mendengarkan qosidah yang isinya puji-pujian terhadap Rasulullah SAW. Mungkin nampaknya, mereka (yang menyesatkan) akan mengatakan, "tidak boleh bersenandung di dalam masjid...tidak boleh memuji-muji nabi secara berlebihan". Untuk jawaban itu, saya akan membalasnya dengan jawaban cukup komprehensif disini. Siapa bilang kita tidak boleh membacakan qosidah dan bersenandung kepada Nabi, namun di dalam hadist shohih yang bisa kita lihat dalam riwayat Imam Annasa'I, Imam Ibnu Majah, dan Imam Abu Dawud diceritakan disitu bahwa Hasan bin Tsabit tengah bernasyid dalam suatu masjid, namun tiba-tiba ditegurlah oleh Sahabat Umar bin Khattab. Lalu singkat cerita, Hasan bin Tsabit menjawab teguran Sahabat Umar dengan perkataan, "Umar, saya dulu di masjid bernasyid dan disitu ada seseorang yang lebih baik dan mulia darimu, dialah Nabi Muhammad SAW" dan pada saat itu juga ada Abu Hurairah sang saksi kunci yang membetulkan Nabi pernah mengatakan itu. Juga, untuk jawaban tidak boleh memuji Nabi secara berlebihan, saya pikir argumen itu hanyalah sebuah omongan yang mereka kira, Nabi hanyalah seorang manusia biasa seperti kita. Mereka seakan tidak pernah ingat, saat sakaratul mautnya Rasulullah SAW, beliau masih mengingat kita dan berjanji akan memberikan syafaat dan juga meminta kepada Allah agar kita umatnya selamat di hari Akhir nanti. Maka dari itu, selayaknya kita pantas memuji Nabi Muhammad. Kita setulusnya, pantas untuk memuji beliau sebanyak mungkin.

Keempat, Seseorang yang ikut memperingati maulid Nabi SAW di Masjid atau dimanapun tempatnya, pastinya bertemu dengan orang lain, dalam arti lain sesama mereka melakukan silaturahim dengan menyapa seseorang, menjabat tangannya, menanyakan kabarnya, lalu di ujung acara, mereka makan Bersama-sama; bukankah hal itu baik? Bukankah hal itu dianjurkan oleh Nabi SAW untuk menjaga tali silaturahmi?

Oleh karena itu, cukuplah bagi kita untuk menyebutkan empat alasan itu untuk melakukan maulid Nabi Muhammad SAW. Biarkan saja seseorang yang tidak bergembira dan menyesatkan seseorang yang merayakan maulid Nabi SAW. Sebab, hati kita dipenuhi rasa bergembira dengan menyambut hari kelahiran Nabi SAW dikarenakan datangnya izin dan restu dari Allah. Ketika Allah Ta'ala tidak ridho dengan kita, maka kita tak akan dibuat gembira atas kelahiran kekasihnya.

Akhir kata, rasanya sangat penting saya menuliskan sebuah bait di dalam kitab burdah yang menunjukkan betapa agung nya Nabi Muhammad SAW. Allah ta'ala berfirman di dalam hadits qudsi, Laulaka laulaka yaa Muhammad ma khalaqtul aflak -Andaikan bukan karena lantaran engkau wahai Nabi Muhammad, maka tak akan kuciptakan alam semesta. Kalau saja kita bergembira dengan kelahiran anak kita atau hewan peliharaan kita, lantas mengapa kita tidak boleh bergembira dengan kelahiran sesosok manusia yang dalam syair disebut sababul a'dzhom likullil maujuud -- Sebab terbesar bagi lahirnya seluruh ciptaan, beliaulah Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa salam.

Maka bergembiralah, giranglah, senyumlah, dan sambutlah kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan bersholawat dan memuji beliau sebanyak-banyaknya. 

Shollu Alaa Nabiyyuna Muhamm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun