Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gaya Hidup Maksimalis, Masihkah Laris?

5 September 2022   19:57 Diperbarui: 5 September 2022   20:09 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Freepik

Gaya hidup seorang manusia tentunya berbeda-beda dalam kesehariannya. Ada yang hidup nya minimalis dan sederhana dalam penampilannya, ada juga seseorang yang hidupnya terkesan maksimalis dan terlalu boros.

Sebenernya tidak masalah manusia tersebut mau mempunyai gaya hidup seperti apa, namun kita seharusnya berpikir, gaya hidup manakah yang membuat kita sengsara dan mana yang membuat kita bahagia.  Sebab, dalam hidup ini, semua orang pasti menginginkan kebahagiaan bukan? Akan tetapi gaya hidup manakah yang bisa mendekatkan kita kepada kebahagiaan? Maksimalis atau minimalis?

Ketika kita menelisik pada kehidupan di era modern ini, banyak sekali manusia yang mempunyai gaya hidup yang berlebihan dan maksimalis. Seringkali dengan kacamata pribadi saya melihat, orang-orang terdekat saya yang membeli barang bukan karena kebutuhannya, namun karena keinginannya.

Begitupun pada umumnya terjadi, seringkali kita melihat bahwa seseorang membeli barang karena terkena racun yang bernama 'trend', yang seolah-olah ketika kita tidak memilikinya, kita ketinggalan zaman. Padahal yang namanya 'trend' tersebut pasti hanya sementara saja, di lain waktu ada lagi trend lainnya. Kalau dipikir-pikir, barang yang lagi hitz itu akan terus bermunculan dan ada setiap waktunya untuk menggiurkan para pembeli. Tak ada habisnya.

Sekarang ini banyak orang yang mabuk tak tentu arah, merasa membeli barang yang seolah-olah penting bagi dirinya, namun pada fakta yang sebenarnya, barang itu tidak penting-penting banget. Barang itu dipakainya hanya untuk gaya-gayaan saja.

Dalam pengertian sederhana, gaya hidup maksimalis adalah sebuah cara hidup yang terkesan buruk disebabkan karena terlalu berlebihnya barang yang kita punya sehingga pada akhirnya akan berujung pada sesuatu yang hanya menjadi sampah yang tiada ada guna nya. Kenapa disebut sampah? Sebab barang tersebut hanya digeletakkan begitu saja; disimpan tanpa pernah tahu kita memakainya lagi, Hingga bisa menjadi tumpukan yang makin tinggi dan banyak

Tidak habis pikir rasanya terhadap seseorang yang mempunyai gaya hidup seperti itu. Mempunyai barang yang terkesan menumpuk. Membayangkan nya saja sudah pusing melihat barang-barang yang bergeletak di sudut ruang rumah. Apakah kalian tidak stres dan sumpek melihat barang kalian yang berlebih wahai manusia maksimalis?

Tanpa kita sadari, sebuah gaya hidup maksimalis itu tentunya bisa membuat seseorang jatuh ke lubang distraksi dan kejenuhan yang makin lama dibiarkan, semakin parah efeknya. Jadinya, bukannya kebahagiaan yang di dapatkan dari gaya hidup ini, malah bisa mengakibatkan sebaliknya.

Tentunya bisa ketika kita mau mengubah gaya hidup tersebut. Dimulai dari self control agar kita bisa memilah mana barang yang penting dan mana yang tidak. Agaknya, ini penting sekali untuk ditekankan, sebab hal ini menyangkut soal kebiasaan yang kita terapkan kedepannya. Agar kita tidak membiasakan juga sifat yang dilarang oleh agama, mubazir.

Di dalam ajaran Islam, sikap mubazir dan berlebih-lebihan itu sangat ditentang keras oleh Allah dan Nabi Muhammad SAW. Sampai-sampai Allah berfirman di dalam Surat Al Isra ayat 27, Innal Mubazziriina kaanu ikhwanaa Syayaathin -- Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudaranya setan. Tahu kan sifatnya setan itu seperti apa dan gimana?

Begitupun juga di dalam surat dalam Al Qur'an yang lain, bahwa Allah tidak suka kepada orang yang berlebihan. Baik itu berlebihan sebab makanan dan minuman, pakaian, ataupun barang lainnya. Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan Nabi Muhammad SAW yang mana hidupnya sangat sederhana dan minimalis sekali.

Gaya hidup maksimalis adalah sesuatu yang buruk dan juga bertentangan dari ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Maka daripada itu, mengapa tidak menerapkan gaya hidup yang sederhana saja. Sederhana atau minimalis itu bukan diartikan sama sekali tidak mempunyai barang kok, tetapi gaya hidup minimalis adalah sebuah pola hidup yang betul-betul mempunyai barang yang hanya dibutuhkan saja.

Oleh karena itu, konsumsilah apapun itu dengan tidak mubazir. Takutnya, ketika kita menginginkan barang namun tidak mempunyai uang, maka kemungkinan besar kita akan melakukan segala cara yang diharamkan.

Mungkin rasanya pantas bila kita kaitkan para koruptor dengan gaya hidup maksimalis ini. Seseorang yang korupsi pada realita hidupnya adalah sesosok yang mempunyai gaya hidup yang demikian. Rasanya sangat mustahil, bila koruptor datangnya dari seseorang yang mempunyai gaya hidup yang minimalis. Sebab, manusia yang mempunyai gaya hidup minimalis biasanya adalah seseorang yang sederhana dan merasa cukup terhadap apa yang ia punya. Tidak mubazir dan tidak berlebihan. Ia selalu bersyukur terhadap rezeki yang diberikan oleh tuhannya.

Terakhir, sulit rasanya kita menerapkan gaya hidup minimalis, seumpama kita masih saja melihat diskon atau promo-promo di toko online kesayangan anda. Untuk itu, mari kuatkan dan bangun karakter kita untuk selalu bersikap sederhana dan merasa cukup terhadap apa yang sudah kita punya.

Oleh karena itu, yang seharusnya dilarisi itu bukan suatu perbuatan yang dimandori sama setan, tetapi yang pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW yaitu pola hidup minimalis atau sederhana saja. Sungguh sangat bagus, bila di saat ini, konsep hidup minimalis sudah mulai dilirik banyak pihak.

Mulailah belajar untuk hidup yang lebih sederhana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun