Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Memaafkaan adalah Koentji Kemerdekaan bagi Manusia

17 Agustus 2022   19:22 Diperbarui: 17 Agustus 2022   19:25 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Salah Satu bentuk kemerdekaan terhadap diri sendiri adalah dengan memaafkan orang lain. Dengan memaafkan, hati kita menjadi terbebas dari segala kesakitan dan kekecewaan"

Selama kita hidup di dunia ini, ada satu kata yang sering sekali kita dengar, 'Maaf'. Kata itu sesungguhnya hanya empat huruf, tapi pengimplementasiannya sangat berat untuk di ucapkan oleh mulut ketika kita salah. Betul kan?

Minta maaf dan memaafkan adalah dua hal yang sama-sama menyulitkan untuk diterapkan. Jujur saja, menulis dan menjelaskan teori tentang maaf lebih mudah daripada kedua hal diatas. Terkadang, memang seperti itulah polanya, kita hafal dan lihai sekali ketika menjelaskan sebuah teori, namun ketika dihadapkan oleh kenyataan nya, kita mati kutu.

Seringkali kita dihadapkan oleh situasi yang keliru, bahwa maaf adalah simbol dari lemahnya seseorang. Yang menyetujui itu biasanya orang yang gengsi minta maaf. Padahal, minta maaf dan memaafkan itu perlu upaya yang full. Sampai-sampai Mahatma Gandhi Pernah mengatakan, bahwa hanya orang kuatlah yang bisa memaafkan. Jadi, hanya orang yang berjiwa besar dan yang sudah merdeka hatinya yang bisa dengan mudah untuk memaafkan dan minta maaf kepada orang lain.

Maaf adalah sebuah kunci dalam kehidupan manusia. Sebab, pada dasarnya manusia adalah tempatnya salah dan khilaf. Manusia pasti juga bisa marah dan kecewa. Maka dari itu, kehadiran 'maaf' ini bisa menjadi sebuah kunci untuk membuat kita lebih maju karena mampu memaafkan orang lain walaupun menyakitkan. Karena dengan begitu, kita sudah bebas dari yang membenci dan menyakiti kita.

Kalau di pikirkan, banyak sekali kelebihan dan keuntungan dari memaafkan. Selain hati kita bisa lebih 'Plong' dan lebih tenang, ada banyak kunci-kunci yang bisa kita dapatkan ketika kita mampu minta maaf apalagi bisa memaafkan.

Yang pertama, Orang itu menjadi mulia. Memaafkan dan minta maaf adalah salah satu perbuatan yang mulia. Apalagi kita semua tahu, pasti sulit untuk misalkan memaafkan orang yang pernah membenci kita. Nah, karena perbuatan itu sulit untuk dilakukan manusia, maka dari itu, Allah tak tanggung-tanggung memberikan kunci berupa derajat yang sangat tinggi di hari kiamat bagi orang yang mau memaafkan dan minta maaf.

Yang kedua, Surga bisa di dapatkannya. Biasanya ketika Allah sudah menjanjikan hadiahnya adalah surga, maka tandanya perbuatan itu termasuk kategori berat untuk dipraktekkan. Yha salah satunya tentang maaf ini. Karena hanya orang yang kuat dan bertakwa saja yang bisa mampu menjalani ini. Hanya orang istimewa yang mampu minta maaf dan memaafkan. Maka itulah, orang tersebut bisa masuk surga.

Ada satu cerita di zaman Nabi Muhammad SAW. Pada waktu itu, Nabi menjelaskan bahwa akan datang calon penghuni surga yang datangnya dari Sahabat Anshor. Tak hanya satu kali Nabi bilang begitu, namun sampai tiga kali. Kalau sudah begitu, bangkitlah rasa penasaran sahabat lainnya. Para sahabat sampai bertanya-tanya, apakah yang melandasi Sahabat Anshor itu begitu istimewa sehingga nabi menjamin masuk surga. Untuk mencari tahu hal tersebut, seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Amr bin Ash berinisiatif untuk mencari tahu hal tersebut dengan cara menginap beberapa malam di rumah sang anshor tersebut.

Singkat cerita, ketika ia sedang menginap tersebut, malam demi malam ia perhatikan keseharian yang dilakukan oleh sahabat anshor. Ia merasa bahwa selama yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri tak ada yang istimewa dari keseharian sahabat anshor, termasuk ibadahnya seperti sholat, puasa, sedekah juga biasa saja. Lalu karena masih penasaran, Abdullah bin Amr Bin Ash memaksa meminta sang sahabat Anshor tersebut mengingat Kembali amalan apa yang sudah ia lakukan sehingga Nabi SAW menyebut ia akan mendapatkan kunci surga. Setelah mengingat-ingat, ternyata yang membuat sahabat Anshor ini dijamin masuk surga disebabkan karena ia membiasakan dirinya untuk selalu membersihkan hatinya dari rasa marah, iri, dan dengki terhadap orang lain. Termasuk memaafkan orang lain yang menyakiti hatinya. Semua ini ia lakukan setiap menjelang tidurnya, ia benar-benar mengistiqomahkan hal tersebut setiap malamnya.

Tentunya hal ini membuat kita menjadi terpukau. Padahal kalau kita lihat oleh kasat mata, tindakan itu biasa-biasa aja, tapi balasannya sangat luar biasa. Itulah kedahsyatan dari memaafkan. Habib Husein Bin Ja'far Al-Haddar juga turut membahas tentang keuntungan dari memaafkan ini. Selain ia dijamin masuk surga, memaafkan orang yang menzalimi kita adalah salah satu 'kunci' agar kita bisa merayu tuhan.

Yang ketiga, Nabi Muhammad SAW senang kepadanya. Ketika kita mau mendapatkan kunci berupa Nabi senang dan kagum kepada kita, maka kita harus memaafkan seseorang yang telah menzolimi diri kita, seluruhnya. Sesakit apapun itu, hingga sampai ke titik mengiris hati nya, demi Rasulullah bangga kepada kita, ikhlaskan hati kita untuk memaafkannya.

Sulit memang kita menerapkan hal itu. Sungguh tidak mudah untuk memaafkan seseorang yang telah membuat kita sakit hati kepadanya. Memang betul juga memaafkan itu butuh proses, butuh waktu, dan perjuangan. Meski demikian, bukankah kita juga ingin dimaafkan? Bukankah kita juga pernah menyakiti orang lain?

Oleh karena nya, buka hati kita untuk memaafkan dan mau meminta maaf. Memaafkan bukan berarti melupakan apa yang sudah ia lakukan. Namun, memaafkan adalah suatu perbuatan untuk terbebas dari rasa sakit yang telah ia lakukan. Terus kenapa tidak dilupakan juga? Sebab, ada pelajaran penting yang harus di ambil dari kejadian yang kita alami di masa lalu, agar kita tidak berbuat demikian seperti menyakiti hati orang lain di masa yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun