Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sebuah Corat-coretan mengenai Kebahagiaan

31 Maret 2022   23:20 Diperbarui: 31 Maret 2022   23:30 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


Kalau kita berpikir saja, sudah berapa banyak fasilitas yang Allah kasih untuk kita hidup di dunia ini, sehingga semuanya serba mudah, maka kita akan bahagia. Kita diberi kenikmatan oleh Allah yang jumlahnya tak terhingga, mulai dari yang nempel di tubuh kita, seperti misalnya dimulai dari akal kita, yang dengannya kita mampu berpikir mana yang baik dan mana yang buruk. Juga kita diciptakan dalam porsi yang pas, mata ada dua, telinga ada dua, tangan dan kakipun juga ada dua. Semuanya diberi Tuhan dengan gratis untuk Hamba nya.

Belum lagi kenikmatan yang tidak secara langsung kita sadari, membuat hidup kita dibuat seenak mungkin. Tapi terkadang, kebanyakan manusia sering mengabaikan itu. Karena nya, ada yang bilang, ketika kita terus-terusan sumpek, pusing tentang hidup, stress, sedih berlarut-larut, berarti ia termasuk kategori yang melecehkan Tuhan. Tuhan tersinggung ketika manusia kebanyakan sedihnya, daripada bahagia nya.

Mungkin, bila dilihat secara nyata, ada memang sebagian orang yang tidak mau dan tidak ingin bahagia. Jelas, itu merupakan suatu kekeliruan yang nyata dan hal itu bisa membawa dampak negatif. Ketika ia sengaja tidak ingin bahagia, maka jelasnya, ia selalu menemukan dan berada di lingkup yang dipenuhi dengan hal kejelekan dan keburukan. Sehingga, memang tambah jelas juga, ketika ia sudah dalam situasi seperti itu, kebahagiaan tidak diperlihatkan untuknya.

Walaupun dalam teknis dan prakteknya, kebahagiaan sulit untuk diterapkan, namun kita bisa mengatur diri kita, membuat diri kita melakukan sesuatu yang berlandaskan kebahagiaan. Ketika kita tau, kebahagiaan kita itu seperti apa, jalankan saja pelan-pelan dengan step by step, dengan begitu kita bisa merasakannya sedikit demi sedikit hingga pada akhirnya, kita berada di puncaknya.

Begitupun, Ketika kita sedang banyak masalah, Boleh kita mencurahkan kesedihan, bete atas masalah yang dihadapi, namun coba lihatlah, banyakan mana antara nikmat yang engkau miliki yang diberi oleh Allah selaku Tuhanmu dengan masalah yang sedang kamu hadapi. Tentu saja masalahmu itu tidak sebanding dengan pemberian nikmat tersebut.

Oleh karena nya, kita harus tetap bahagia. Jadikan kebahagiaan itu merupakan 90% dari kehidupanmu dan sisakan 10% untuk bersedih dan menangis. Dominankan kebahagiaan daripada kesedihan. Carilah kebahagiaan itu dimana saja engkau temui. Bila kebahagiaan itu di satu pintu tertutup, temui dan berangkatlah ke salah satu pintu yang terbuka. Helen Killer, seorang American Author pernah berkata, "kita terlalu lama berdiri di depan pintu yang ketutup, sehingga kita tidak pernah melihat satu pintu lain yang terbuka."

Semoga, dengan kita bahagia ketika hidup di dunia, kita bisa merasakan kebahagiaan yang lebih abadi, yaitu di akhirat kelak. Salam Bahagia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun