Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Episode 1: Tetap bermain walau tidak dapat izin

27 Februari 2022   11:18 Diperbarui: 27 Februari 2022   11:20 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Reaksi sama pun dilakukan oleh Ojan, ia sangat kaget sekali ketika itu. Sampai-sampai kacamata dan topi yang ia gunakan, terlepas bersamaan ketika ia jatuh. Untung saja keduanya tidak terluka dan lecet. Hanya sedikit kaget saja. Ia yang ketika itu diboncengi, tak melihat persis mobil itu dari arah samping terus menerobos jalanan hingga motor Nugro mengerem mendadak lalu menabrak mobil itu. Padahal Nugro ini tidak mengemudikan motornya terlalu kencang pada saat itu. Namun, karena ia terhalangi oleh mobil lain di depannya, jadinya ia tidak melihat bahwa ada mobil lain menerobos dari arah kanan pertigaan. Dan hasilnya Ojan, nugro, dan motornya agak sedikit terpelanting ke bahu jalan. Sementara temen Ojan satu lagi, yaitu Arib tidak menabrak apapun, ia aman-aman saja pada saat itu.

melihat kejadian laka lantas tersebut, tiga orang satpam bergegas menghampiri dan membantu membangkitkan dan meminggirkan motor yang terjatuh tadi. Di saat yang bersamaan, pengguna mobil yang tertabrak tadi juga meminggirkan mobilnya, lalu turun dari mobilnya dan menghampiri Ojan dan Nugro yang ekspresi wajahnya masih terlihat kaget setelah kejadian itu.

"Kalian gak kenapa-napa dan gaada yang luka kan", Tanya pengemudi Mobil dalam keadaan kikuk.

"Gak apa-apa kok pak, cuma kaget aja ini kita", Nugro langsung menimpali dengan jawaban yang lugu.

Sepanjang suasana kejadian tersebut, tidak ada yang meluapkan emosinya sampai baku hantam perkataan dan main tangan siapa yang salah. Nugro dan pengemudi tersebut masing mengemukakan argumen  pembelaannya secara damai bahwa mereka sudah melakukan yang benar. Nugro berpendapat bahwa wajar saja dia tetap meng-gas motornya, karena ia mengetahui bahwa jalur jalan yang dilintasinya sedang berlampu hijau walaupun ia tidak menyadari ada mobil yang tetap nrobos. Sementara di pihak lain, pengemudi mobil berpendapat, wajar saja jika ia tetap menerobos pertigaan tersebut, secara ia melihat bahwa dari jalur berbeda sepertinya nampak sepi, sehingga ia tetap menginjak gas nya.

"Wajar saja dong kalau saya begitu, kan mas tau ini jalanan kota, yang sah-sah saja tetap menerobos di saat di jalur lain sepi walaupun pada saat lampu merah," Begitulah Pembelaannya, yang menurut logika tetap saja ia yang salah.

Kekikukan terjadi lagi setelah obrolan itu. Hingga beberapa menit menjelang, kata damai diantara dua pihak pun disepakati. Jadinya tidak ada ganti rugi di dalam laka lantas tersebut. Padahal kalau dilihat dengan mata, jelas sekali harusnya Nugro meminta ganti rugi kepada pengendara mobil tersebut. Selain ia yang salah, motor Nugro pun juga mengalami sedikit kerusakan di bagian mika lampu depan motornya yang pecah. Karena tak mau ribet dan semakin rumit, Nugro pun mengalah dan tampak pasrah. Daripada pengendara mobil itu juga ikut-ikutan minta ganti rugi karena bagian belakang mobilnya juga agak sedikit penyok, yaudah pikirnya lebih baik diselesaikan dengan sama-sama damai saja.

Perjalanan dilanjutkan ke tempat yang mereka telah sepakati. Setibanya disana Ojan, Arib dan Nugro langsung duduk di sebuah warung makan beralaskan anyaman bambu di tepi danau kecil yang cocok untuk melepas kesumpekan dalam diri. Sambil menunggu makanan dan minuman datang,  Perbincangan tentang wanita yang disukai menjadi topik yang tak ada abis-abisnya dipikirkan dalam pikiran ketiga lelaki agak buaya tersebut.  

Syahdu sekali nongkrong nya Ojan bersama teman-temannya. Obrolan yang walaupun ada bahasan tentang romantika nya, namun disana juga ada obrolan yang terselip makna-makna tentang pembahasan isu-isu mengenai agama. Masalah masa depan mereka setelah kuliah nanti juga telah diobrolkan mulai sekarang. Sebenarnya tak ada yang sia-sia bila Ojan bermain bersama mereka. Pasti Selalu ada diskusinya. Apalagi tempat nongkrongnya mendukung untuk melakukan itu. Bisa dipastikan tak tau waktu bila tak ada yang mengingatkan.

Tiga jam sudah mereka duduk di sebuah warung makan di tepi danau. Waktu yang bila tidak dirasakan cepat sekali berlalunya. Merekapun bangkit dari duduknya, bersiap-siap untuk pulang masing-masing ke rumahnya. Mereka pun resmi benar-benar berpisah setelah mengantarkan Ojan ke Stasiun.

Jangan dikira kisah ini berhenti ketika mereka sudah berpisah dan pulang ke rumah masing-masing. Justru pada saat jalan arah pulang, kesialan dan kemalangan terjadi kembali. Kejadian ini bukan terjadi pada Nugro yang menabrak mobil kembali. Bukan juga kepada Arib yang kehujanan saat pulang. Namun ini terjadi pada Ojan si Anak kereta yang salah mengambil langkah ketika mau turun di Stasiun mana ia. Alih-alih Ojan hendaknya dan biasanya turun di Stasiun Jatibangsa namanya. Namun, untuk sampai di stasiun tersebut, ia harus berganti kereta lagi sebanyak dua kali. Capek lah turun-turun, ungkap nya dalam hati. Maka, agar tidak rumit perjalanan nya, diputuskanlah ia turun di Stasiun Merah dan berganti moda transportasi menaiki busway.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun