Mohon tunggu...
muhammad alif akbar
muhammad alif akbar Mohon Tunggu... Nelayan - tugas ct

lulus amin

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

pentingnya tidak membatasi pemikiran kehidupan manusia

16 Januari 2021   07:40 Diperbarui: 23 Januari 2021   00:40 1804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di samping berbagai penundaan dan kemalasan, masih banuak lagi yang perlu dilepas dari penjara pikiran Anda. Misalnya saja ketakutan tanpa alasan, rasa tidak percaya diri dan masih banyak lagi hal negatif lain yang semestinya dibebaskan dari pikiran seseorang. Yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana mengelola penjara mental masing-masing individu.Pandai-pandai memilih mana yang semestinya dilepas dan mana yang harus tetap dipenjara.

Ketika kita dikatakan, bodoh, maka kita mudah menjawab, dengan mengatakan, "ya memang itu bukan bidang saya." Ketika orang mengatakan, kamu tidak cocok menangani kerjaan ini, maka dengan mudah kita mengatakan, "ya, memang kerjaan ini terlalu sulit untuk saya." Begitu juga ketika orang mengatakan, penyakit Anda sulit disembuhkan, maka pikiran kita langsung mengatakan memang benar, hidup saya tidak ada harapan lagi. sebagai orang Indonesia juga sadar, bahwa kebanyakan dari kita mudah menyerah, pasrah pada nasib, seolah nasib ditentukan oleh lingkungan, dan kita sendiri tidak mempunyai tanggung jawab memperjuangkan hidup kita sendiri. Dan ironisnya lagi, kita tidak mau memberontak terhadap apa kata orang, atas keadaan.

Sudah saatnya kita memerdekakan diri dari belenggu yang kita buat sendiri, yaitu perasaan pesimistis dan mudah menyerah. Kemerdekaan adalah jembatan emas, yaitu peluang untuk kita menjadi sukses, dan tidak diam dalam keputusasaan. Dalam lingkup kerja, jika ada permasalahan, kecenderungan pertama adalah melempar tanggung jawab. Masalahnya, semua orang menganggap itu bukan bidang saya. Akhirnya, tidak ada yang mengambil tindakan apa-apa. Maka, terjadilah lingkaran kronis problem tentang siapa yang bertanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun