Sama halnya dengan penderitaan yang hadir akibat presepsi pikiran, maka kebahagiaan pun bisa diciptakan dengan pikiran yang jernih. Dengan demikian Terlalu banyak pikiran (Overthinking) yang cenderung negatif tidaklah dapat menyelesaikan masalah sedangkan menggunakan pikiran yang jernih, produktif, serta seimbang dapat meringankan kita dalam menghadapi masalah kehidupan menuju yang lebih baik. Â Layaknya sabda sang Buddha "siapa yang berpikir dirinya mampu melakukannya, akan mampu melakukannya".
"Janganlah berbuat jahat, tambahkanlah kebaikan dan sucikan pikiran. Inilah ajaran Buddha" ~ Kitab Dhammapada 183
Hidup terus berjalan dan masalah tidak akan pernah selesai hanya dengan berdiam diri sambil terlalu banyak berpikir meratapi nasib. Setidaknya lakukanlah hal-hal yang produktif yang bisa kita kerjakan serta sambil berjalan melakukan yang terbaik yang kita bisa. maka kelak ketika saatnya tiba kebaikan akan datang dari apa yang kita kerjakan sekarang. "hidup ini singkat, Waktu cepat berlalu. Ungkap sifat sejati (manusia). Sucikan pikiran dan hati untuk mencapai kebahagiaan. Berbaik hatilah, berbelas kasih. bermurah hatilah, berbuat baik. Konsentrasi, pahami, dan bangkit".
 Kebahagiaan tidak hanya butuh kejernihan pikiran namun kebahagiaan juga butuh dicapai dengan tindakan. . Menurut filsuf jerman Arthur Schopenhaeur, Penderitaan dapat dihilangkan dengan tiga Cara yaitu Lewat Estetis, Etis dan Asketis. Maka Berbuat baik (Etis) merupakan salah satu cara efektif untuk mengurangi penderitaan diri serta dapat mengurangi penderitaan orang lain. Oleh karena itu teruslah berpikir positif dan berbuat kebaikan karena "Ribuan lilin dapat dinyalakan dari satu lilin, dan nyalanya tidak akan berkurang. Begitu pula dengan Kebahagiaan, ia tidak pernah berkurang walau dibagi-bagi".
Saudaraku, Buddhisme yang diajarkan Buddha kiranya bukan hanya sekedar ajaran keagamaan namun juga merupakan way of life yang bersifat universal. Artinya semua orang dapat meneladani kebijaksanaan Sang Buddha sebagai hikmah pengetahuan tanpa perlu khawatir melepaskan kepercayaannya. Karena pada dasarnya setiap ajaran dan pengetahuan didunia ini pasti memiliki subtansi nilai-nilai yang universal yang bisa kita ambil sebagai bekal pembelajaran menuju hidup yang lebih positif kedepannya.
Referensi:
[1] Ratna widia. you are Overthinking.Yogyakarta: Psikologi corner,2020.
[2] Yuval Noah harari. Sapiens.jakarta: KPG,2017
[3] Karen Amstrong. Sejarah tuhan.Bandung:Mizan,2011
[4] Sasanesa seng hasen. ikhtisar ajaran Buddha.Yogyakarta:Vidyasena production,2008
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H