Mohon tunggu...
Muhammad FajarSuryana
Muhammad FajarSuryana Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris - Al Hasra

Telah mengabdikan diri sebagai guru sejak tahun 2017. Sangat tertarik dengan perkembangan budaya dan sosial serta pernah menjadi Duta Pariwisata Kota Depok atau dikenal dengan Abang Mpok Depok pada tahun 2015.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Murid "Nakal": Solusi Tanpa Menghakimi

5 Oktober 2024   19:53 Diperbarui: 5 Oktober 2024   21:51 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Murid yang dianggap "nakal" sering kali menjadi perhatian utama dalam dunia pendidikan. Label ini bisa saja muncul karena perilaku yang dianggap menyimpang dari norma, seperti tidak mematuhi aturan kelas, sering mengganggu teman, atau malas mengerjakan tugas. Namun, penting bagi para pendidik dan orang tua untuk tidak terburu-buru menghakimi. Memahami penyebab di balik perilaku tersebut dan mencari solusi tanpa stigma dapat menghasilkan perubahan yang lebih positif bagi siswa tersebut dan lingkungan sekolah secara keseluruhan.

Pendekatan Tanpa Menghakimi
Labeling atau memberi cap "nakal" pada siswa sebenarnya bisa berbahaya. Ketika seorang anak dicap negatif, mereka cenderung menyerap label tersebut dan mengidentifikasinya dengan kepribadian mereka. Pendekatan yang lebih baik adalah memahami bahwa perilaku anak sering kali merupakan hasil dari pengaruh lingkungan, tekanan psikologis, atau kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi.

Alih-alih menghukum tanpa alasan yang jelas, guru dan orang tua perlu menggunakan pendekatan empatik. Hal ini melibatkan komunikasi terbuka, mendengarkan perspektif siswa, dan membangun kepercayaan. Dengan cara ini, siswa dapat merasa didengar dan dimengerti, bukan hanya dihakimi atas tindakan mereka.

Menganalisis Masalah di Balik Perilaku "Nakal"
Sebelum memberikan solusi, penting untuk menganalisis akar masalah di balik perilaku murid yang bermasalah. Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan perilaku "nakal":

  1. Masalah Keluarga
    Beberapa siswa mungkin menghadapi masalah di rumah seperti perceraian orang tua, kekerasan dalam rumah tangga, atau kurangnya perhatian. Situasi-situasi ini bisa memicu perilaku negatif di sekolah sebagai bentuk pelarian dari perasaan frustrasi atau stress.

  2. Kesulitan Akademik
    Banyak siswa yang berperilaku buruk karena kesulitan mengikuti pelajaran. Ketidakmampuan memahami materi dapat membuat mereka merasa terpinggirkan atau frustasi, yang akhirnya menyebabkan perilaku destruktif.

  3. Kurangnya Dukungan Emosional
    Anak-anak yang kurang mendapatkan dukungan emosional cenderung mencari perhatian melalui cara-cara yang kurang sesuai, termasuk perilaku yang mengganggu. Ini adalah cara mereka meminta perhatian yang mungkin tidak mereka dapatkan di rumah atau di lingkungan sosial mereka.

  4. Pengaruh Lingkungan dan Teman Sebaya
    Lingkungan sosial yang buruk, termasuk tekanan teman sebaya, dapat memengaruhi sikap dan perilaku siswa. Terkadang, siswa terpengaruh oleh teman-teman yang memiliki perilaku yang tidak sesuai dan cenderung mengikuti jejak mereka.

Solusi: Pendekatan yang Menyelesaikan Masalah
Setelah menganalisis masalah, langkah berikutnya adalah mencari solusi yang tepat. Berikut beberapa pendekatan yang dapat diambil untuk menangani perilaku siswa tanpa menghakimi:

  1. Pendekatan Kognitif-Perilaku (Cognitive Behavioral Approach)
    Terapi kognitif-perilaku telah terbukti efektif dalam membantu siswa mengubah pola pikir negatif yang memicu perilaku buruk. Melalui pendekatan ini, siswa diajak untuk mengenali emosi dan pemikiran mereka, kemudian diarahkan untuk mengubah respons mereka terhadap situasi tertentu.

  2. Restorative Practices
    Praktik restoratif bertujuan memperbaiki hubungan antara siswa yang berperilaku tidak baik dengan lingkungan sekitarnya. Ini bisa melibatkan mediasi antara siswa dengan guru atau teman sekelas untuk mencari pemahaman dan resolusi yang lebih konstruktif dibandingkan dengan menghukum.

  3. Mentorship dan Bimbingan
    Memberikan siswa yang berperilaku buruk seorang mentor atau pembimbing dapat membantu mereka mendapatkan dukungan yang lebih personal. Guru atau konselor dapat menjadi tokoh yang siswa percaya untuk membimbing mereka dalam proses pengembangan perilaku yang lebih baik.

  4. Lingkungan Kelas yang Positif
    Guru bisa menciptakan lingkungan kelas yang lebih inklusif dan positif dengan menetapkan aturan yang jelas, namun juga memberi siswa kebebasan untuk mengekspresikan diri. Melalui penguatan positif seperti pujian atau reward bagi perilaku baik, siswa merasa dihargai dan cenderung memperbaiki perilaku mereka.

  5. Kolaborasi dengan Orang Tua
    Membangun komunikasi yang kuat antara sekolah dan orang tua sangat penting untuk memahami lebih dalam masalah yang dihadapi siswa. Diskusi dengan orang tua mengenai apa yang terjadi di rumah bisa membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi pada perilaku buruk siswa di sekolah.

Kesimpulan
Murid "nakal" bukanlah masalah yang hanya dapat diselesaikan dengan hukuman atau penilaian negatif. Setiap siswa memiliki latar belakang dan alasan berbeda yang mendorong perilaku mereka. Sebagai pendidik dan orang tua, penting untuk mendekati siswa dengan empati, menggali akar masalah, dan menyediakan solusi yang mendukung perkembangan mereka secara emosional dan akademis. Dengan demikian, siswa dapat tumbuh menjadi individu yang lebih baik, bukan karena dipaksa, tetapi karena mereka mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.

Sumber Referensi:

  • Noddings, N. (2005). The Challenge to Care in Schools: An Alternative Approach to Education. Teachers College Press.
  • Cohen, J., & Freiberg, J. (2013). School Climate and Classroom Behavior. Teachers College Record.
  • Yeager, D. S., & Dweck, C. S. (2012). Mindsets that promote resilience: When students believe that personal characteristics can be developed. Educational Psychologist, 47(4), 302-314.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun