Peran Masyarakat dan Pemerintah dalam Menjaga Ekologi Lingkungan di Wisata Kali Cemplong Kabupaten Malang

Peran Masyarakat dan Pemerintah dalam Menjaga Ekologi Lingkungan 

Di Wisata Kali Cemplong Kabupaten Malang

Oleh:Muhammad Kresna Dutayana

S-1 Pendidikan Sosiologi/Universitas Negeri Malang

Latar Belakang

Manusia tidak akan pernah terlepas dari pengaruh lingkungan, sebaliknya juga peran manusia juga sangat penting untuk membangun lingkungan agar bisa lebih baik. Untuk arti dari ekologi sendiri adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan alam sekitarnya, sedangkan arti dari ekologi budaya adalah membahas mengenai cara-cara digunakannya kebudayaan oleh manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya (Sugiarti, dkk, 2019). Dari hal ini menjadikan adanya pola yang timbul akibat dari pengaruh interaksi manusia dengan lingkungan, terutama bisa membuat suatu budaya yang terbentuk oleh faktor lingkungan ataupun lingkungan menjadi berubah akibat faktor dari kebudayaan manusia. 

Lingkungan sangatlah penting untuk dijaga, sebab merupakan keseimbangan kehidupan yang mana lingkungan merupakan tempat untuk bertahan hidup makan dan minum, berinteraksi, tempat tinggal, dan untuk memenuhi sumber daya alam. Pengelolaan yang baik oleh seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah dalam menjaga lingkungan sangatlah penting, agar tidak membawa bencana alam yang dapat menimbulkan dampak negatif dan tentunya bisa memberikan manfaat yang positif.

Wisata kali Cemplong Kabupaten Malang, yang terletak di Dusun Jabon, Desa Mangliawan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang (Seru.Co.Id., 2020). Wisata ini terdapat hubungan ekologi antara masyarakat dengan lingkungan, yang membuat inovasi lingkungan menjadi terawat dan tentunya menambah devisa perekonomian. 

Peran masyarakat sekitar khususnya Dusun Jambon dan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Unit kali Talang, membuat sungai yang semula banyak sampah dan tanaman liar diantara tanaman bambu bisa menjadi tempat yang terawat dan menjadi destinasi wisata kali Cemplong (Seru.Co.Id., 2020). Pengelolaan lingkungan ini menjadi terawat namun, wisata ini masih tergolong baru yang bisa membuat dinamika perubahan lingkungan kedepanya apakah lebih terawat atau sebaliknya. 

Hal itu disebabkan banyaknya wisata yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, akibat pola hidup masyarakat dan pengunjung wisatawan yang dapat menimbulkan sampah ataupun pencemaran lingkungan. Perlunya penerapan perilaku menjaga lingkungan yang baik sebab, dinamika perubahan sosial budaya dapat terus berubah dan tidak terduga. Fokus yang akan diamati lebih dalam mengenai persoalan lingkungan ini yaitu, dampak positif dan negatif dari peran masyarakat dan pemerintah bagi ekologi lingkungan dari pengelolaan wisata kali Cemplong dalam dinamika kehidupan.

Pembahasan

Topik ini dikaji dengan perspektif sosiologi lingkungan yang membahas permasalahan lingkungan serta, mengenai interaksi antara lingkungan dan masyarakat (William R. Catton, Jr & Riley E. Dunlap, 1978, pp. 41-49). 

Pada paradigma baru/NEP (New Environmental Paradigm) menyatakan lingkungan fisik mempengaruhi secara langsung ataupun tidak langsung terhadap kehidupan sosial. Masyarakat Dusun Jambon dan Kelompok Sadar Wisata sudah baik dalam interaksinya dengan lingkungan, yang membuat sungai dan tanaman liar diantara pohon bambu, diubah menjadi wisata kali Cemplong yang menambah pendapatan perekonomian warga sekitar dan tentunya merawat lingkungan. Peran pemerintah sangat dibutuhkan yang masuk dalam teori sosiologi institusional yaitu peran institusi atau lembaga dalam struktur kelembagaan yang bisa mempengaruhi sosial dan lingkungan. 

Menurut Sunarto (2004, h. 53) bahwa, menurut Emile Durkheim kajian sosiologi merupakan studi tentang institusi. Gillin&Gillin dalam Manggolo (2011), menjelaskan karakteristik dari institusi yaitu: (1) berbentuk organisasi; (2) terdapat tingkat kekekalan tertentu; (3) tujuan yang dicapai; (4) perangkat untuk mencapai tujuan; (5) berbentuk simbol-simbol; (6) dan terdapat dokumentasi tertulis dan tak tertulis. 

Jadi pemerintah bisa membantu pengelolaan sungai yang baik dalam wisata ini agar termanfaatkan dengan maksimal, terutama bisa memberikan dana pengelolaan untuk sungai dapat dijadikan irigasi sawah, bisa melakukan pemberdayaan ikan disekitar sungai, dan mendisiplinkan dengan membuat aturan agar tidak (membuang sampah sembarangan atau limbah dan menangkap ikan dengan strum atau racun disungai wisata ini).

Terutama masyarakat yang membuka toko atau kedai makan dan minum, bisa membuang sampah yang baik, sebab jika dibuang ditempat sembarangan terutama di sungai dapat membuat banjir. Untuk itu masyarakat harus beradaptasi untuk tidak membentuk ekologi budaya membuang limbah ataupun sampah disungai atau sembarang tempat dan tidak mengeksploitasi pohon bambu tetapi mewujudkan tebang pilih/reboisasi, tujuanya agar pengelolaan lingkungan menjadi wisata tidak menimbulkan dampak negatif. 

Maka dari itu peran pemerintah sangat penting untuk membuat peraturan agar mendisiplinakan tidak membuang sampah ataupun limbah disungai dan disebarang tempat dan tidak mengeksploitasi pohon bambu supaya bisa menerapkan tebang pilih/rebosisasi, agar teritegrasi dalam mewujudkan kelestarian lingkungan bersama dengan peran masyarakat dan kelompok sadar wisata yang sudah mengelola dengan baik. Latensi atau pemeliharaan pola dari norma atau nilai pada peraturan agar merawat lingkungan sangat diperlukan agar tidak terjadi penyimpangan seperti membuang sampah sembarangan, eksploitasi tanaman bambu untuk dijadikan wahana wisata, tidak terjadi banjir, dan tidak mencemari limbah disungai. 

Untuk hal yang dibahas tadi masuk kedalam teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons, yaitu sekema AGIL (Adaptasi/Adaptation, Pencapaian Tujuan/Goal attainment, Integrasi/Integration, dan Pemeliharaan/Latency) (Ritzer, 2012). Ekologi kebudayaan masyarakat berperilaku melestarikan lingkungan harus ditingkatkan, sebab lingkungan wisata ini sangat rawan dengan pencemaran lingkungan dari limbah/sampah terutama disungai yang bisa membuat banjir ataupun pencemaran air dan eksploitasi pohon bambu tanpa adanya tebang pilih/reboisasi.

Kesimpulan 

Jadi peran masyarakat khususnya Dusun Jambon dan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Unit kali Talang, sudah baik dalam merawat ekologi lingkungan. Sebab, sudah membuat sungai saat itu banyak sampah dan tanaman liar diantara pohon bambu kini diubah menjadi destinasi wisata kali Cemplong yang merawat lingkungan. Peran masyarakat dan pemerintah sangat penting untuk menjaga dan melestraikan lingkungan ini, sehingga teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons (sekema AGIL) dan teori institusional sangat tepat digunakan. Serta lingkungan wisata ini berpotensi dalam menimbulkan pencemaran lingkungan dari limbah dan sampah maupun eksploitasi pohon bambu, sehingga harus adanya kedisiplinan melestarikan lingkungan.

Daftar Pustaka

Dunlap, Riley, dkk. (2002). Sociological Theory and the Environment: Classical Foundations, Contemporary Insights. New York: Rowman & Littlefield Publishers. ISBN 978-074-2501-86-7.

Manggolo, Herwanto Aryo. (2011). Pranata Sosial: Pengertian dan Fungsi. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Narwoko, J. D. & Suyanto, B. Jakarta. Kencana.

Ritzer, George. (2012). Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Posmodern. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Seru.Co.Id. (2020). Wisata Kali Cemplong, Tempat Kongkow Mainstream Bantaran Sungai – Bambu di Jalur Gaza. https://seru.co.id/wisata-kali-cemplong-tempat-kongkow-mainstream-bantaran-sungai-bambu-di-jalur-gaza/. (Diakses 5 Juni 2021).

Sugiarti, dkk. (2019). Ekologi Budaya: Studi Ekologi Dalam Bingkai Kajian Sastra Interdisipliner. Universitas Muhammadiyah Malang

Sunarto, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta. Lembaga Penerbit Universitas Indonesia.

William R. Catton, Jr dan Riley E. Dunlap. (1978, pp. 41-49). Environmental Sociology : A New Paradigm. American Sociological Association. http://www.jstor.org/stable/27702311. Accessed: 21/09/2013.