Mohon tunggu...
Muhammad SyaifulArief
Muhammad SyaifulArief Mohon Tunggu... Guru - Roosibun writer

رب سكوت ابلغومن كلام

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Tasawuf dan Politik di Priangan Abad ke-20

24 September 2023   21:00 Diperbarui: 24 September 2023   21:02 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mencegah gerakan tasawuf doktrin Baha'I dari Belanda dengan gerakan-gerakan Tarekat di Priangan. Gerakan tarekat yang diwakili oleh kaum Godebag (TQN Suryalaya), kaum Wara'i (Tarekat Idrisiyah), dan kaum Tijani (Tarekat Tijaniyah) pada dasamya adalah gerakan sufisme yang berkembang sebagai keagamaan masyarakat setempat. Ketiga tarekat ini mengembangkan doktrin sufi tentang ajaran-ajaran Islam bersifat esoterik, yaitu melalui sistem ajaran dan ritual yang dijabarkan para mursyid masing-masing tarekat. Setiap tarekat dengan metode gerakannya yang berbeda-beda dapat direspon oleh masyarakat karena situasi keagamaan masyarakat yang tradisional mengarah kepada peningkatan spiritual dan perbaikan moral.

Karena situasi keagamaan masyarakat yang masih bercampur antara polanya yang singkretik dan pola ortodoks gerakan kaum tarekat berproses dalam aktivitas-aktivitas keagamaan yang berbeda pula antara pola akomodatif dan pola reaktif ataupun menunjukan perpaduan antara pola ini. Pertumbuhan serta perkembangan gerakan selalu menunjukan keterjalinan unsur unsur dan ritual, bahkan berpengaruh terhadap perkembangan sosial dan politik.

  • Ajaran tarekat
  • Doktrin sufi
  • Prilaku sosial dan politik
  • Ritual tarekat

Gerakan kaum tarekat berdasarkan doktrin sufi yang dijabarkan dalam pengembangan ajaran serta ritual tarekat dapat tumbuh dan berkembang sebagai gerakan sosial-politik. Gerakan ini berlangsung dalam hubungan kaum tarekat dengan pemerintah yang berkuasa ataupun keterlibatan mereka dalam situasi sosial-politik yang dihadapi. Gerakan-gerakan yang ditimbulkan oleh kaum tarekat berlangsung dan terus berubah sesuai dengan dinamika sosial-politik di Indonesia. Namun gerakan sosial-politik tersebut juga didasarkan pada perubahan interpretasi kaum tarekat terhadap pengembangan doktrin sufi dengan memodifikasi gerakan-gerakan tarekat yang disesuaikan dengan perubahan sosial-politik selama abad XX. Oleh karena itu, masing-masing tarekat tumbuh dan berkembang melalui peran-peran keagamaan atas kebutuhan spiritual dan moral masyarakat yang didukung perubahan perilaku hubungan sosial-politik.

Hubungan kaum tarekat dengan masyarakat dan pemerintah selalu bertolak dari proses interaksi guru-murid, yang dikembangkan dalam gerakan keagamaan dan sosial-politik dan interaksi tersebut berpengaruh terhadap hubungan timbal-balik dengan pemerintah, partai-partai politik, dan organisasi-organisasi massa. Keterjalinan peran-peran sosial-politik kaum tarekat dimaksud, secara skematis, dapat digambarkan di bawah ini.

  • Interaksi sosial kaum tarekat
  • 1. Guru tarekat.
  • 2. Murid-murid tarekat.
  • 3. Gerakan keagamaan sosial dan politik.
  • 4. Pemerintah, Partai Politik, Organisasi Massa.

Sistem hubungan guru-murid pada masing-masing tarekat dikembangkan melalui aktivitas-aktivitas ritual, pendidikan, dan dakwah. Aktivitas keagamaan ini berfungsi  sebagai media hubungan sosial-politik. Adapun peranan sosial-politik melalui media-media itu berlangsung sebagai berikut. Pertama, kaum tarekat melakukan mobilitas sosial dan gerakan untuk mengembangkan politik nasionalisme dan anti-penjajah pada akhir pemerintahan Belanda dan semasa pendudukan Jepang.

Perilaku politik mereka berlangsung dalam proses antagonistik terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial. Peranan kaum tarekat pada masa ini memperoleh dukungan masyarakat karena perilaku politiknya tersebut. Selain itu, masyarakat menjadikan tarekat sebagai jalan ruhaniah dan kekuatan kharismatik mursyid dan menjadikan gerakan tarekat itu sebagai pelindung dari tantangan kekuasaan pemerintah kolonial.

Peran Kaum tarekat dalam hal ini menempuh cara yang berbeda-beda, yakni: kaum Godebag memberikan perlawanan kepada pemerintah kolonial melalui pembangkitan spiritual masyarakat; kaum Wara'i melakukannya dengan perlawanan budaya dalam eklusitfitas simbol ketarekatan Idrisiyah dan perlawanan :fisik Dalam jaringan ketentaraan (Hizbullah) Umat Islam. Sementara itu, kaum Tijani mengembangkan perlawanan melalui politik hijrah dalam rangka konsolidasi kekuatan rakyat melawan penjajah.

Peran sosial-politik kaum tarekat melalui media-media gerakan keagamaan tersebut di atas bertahan pada masa kemerdekaan Indonesia. Namun, hubungan sosial-politik mereka berpola kerjasama timbal-balik dengan pemerintah, baik proses pencarian identitas bangsa dan negara pada masa Orde Lama maupun proses pembangunan pada masa Orde Baru. Kaum tarekat mengembangkan hubungan secara akomodatif dan partisipatif terhadap politik pemerintah. Mereka selalu mendukung negara yang sah didirikan orang Islam sepanjang pemerintah-negara memberikan perhatian dan melindungi kepentingan umat Islam. Sebaliknya, pihak pemerintah menjadikan kaum tarekat sebagai "partner strategis" dalam memperkokoh status pemerintahan ataupun mensukseskan program-program pembangunan. Sementara itu, hubungan kaum tarekat dengan kekuatan-kekuatan sosial-politik berlangsung dalam proses dukungan mereka secara independen terhadap partai-partai politik.

Dalam hal ini komunitas-komunitas tarekat menempuh cara yang berbeda-beda tergantung kecondongan politik serta kreasi guru tarekat dalam mengerahkan penganutnya untuk mendukung sesuatu partai. Perilaku independen kaum tarekat seperti ini juga ditunjukkan dalam hubungan mereka terhadap organisasi-organisasi Islam. Mereka bebas mengembangkan aktivitas-aktivitas keagamaan maupun sosial melalui Ormas Islam tertentu. Karena itu, gerakan kaum tarekat memperoleh respons berbagai komponen masyarakat dalam rangka menempuh jalan ruhaniah dan menjadikan tarekat sebagai penyangga krisis mental dan spiritual.

Berdasarkan hubungan fungsional antara pola pengembangan doktrin Sufi, aktivitas kaum tarekat dan hubungan sosial-politik, gerakan kaum tarekat menampilkan tipologi yang berbeda-beda. Variasi gerakan mereka terjadi dalam kelangsungan (continuity) ajaran dan ritual tarekat, sedangkan perubahan-perubahan (changes) terjadi dalam proses ektemalisasi ajaran-ajaran itu terhadap spiritualisasi masyarakat serta respons kaum tarekat terhadap perkembangan sosial-politik. Gambaran obyektif mengenai tipologi gerakan kaum tarekat ini dapat dijelaskan secara garis besar melalui tabel di bawah ini.

1. Kaum godebag TQN suryalaya: Inklusivisme-pragmatif Partisipatif Akomodatif.

2. Kaum Wara'i Tarekat Idrisiyah: Eksklusivisme-Fundamentalis Ortodoks Reformatif Akomodatif.

3. Kaum Tijani Tarekat Tijaniyah: Fundamentalisme Pragmatis Revivalis Akomodatif Akomodatif.

Gerakan kaum Godebag yang bersandarkan pada ajaran zikrulah berdasar TQN Suryalaya menunjukkan tipe inklusivisme-pragmatis. Gerakan ini mengembangkan pengamalan ajaran tarekat tersebut untuk membuktikan kesucian diri dalam kebajikan-kebajikan terhadap kepentingan agama, kemanusiaan, dan negara. Kaum Godebag berusaha menyesuaikan pengembangan ajaran dan aktivitas tarekat dengan tradisi serta kebutuhan-kebutuan keagamaan praktis masyarakat. Karena itu, mereka bersikap toleran menghadapi keragaman perilaku keagamaan masyarakat dan akomodatif terhadap perubahan sosial-politik. Gerakan pragmatis kaum Godebag mewarisi kepeloporan Abah Sepuh yang mengembangkan tarekat secara adaptif terhadap tradisi keagamaan masyarakat. Tipe seperti ini dipertahankan terus oleh Abah Anom dengan aktualisasi tarekat pada kebutuhan praktis-psikologis masyarakat.

Tipe gerakan lainnya ditunjukkan kaum Wara'i berlandaskan doktrin ketakwaan dalam pengamalan tarekat Idrisiyah mengembangkan gerakannya yang bersifat eksklusif-fundamentalis. Fundamentalitas mereka tampak dari cita-cita mengembalikan tradisi tasawuf sebagaimana dicontohkan Nabi saw. yang menekankan kepada: fungsi moralitas masyarakat. Untuk ini, gerakan ldrisiyah tidak sebatas memperkuat tradisinya dengan sistem ritual tarekat, tetapi memperkokohnya dengan segi-segi syari'at dalam rangka pembentukan moralitas dan spiritualitas masyarakat. Tipe gerakan demikian juga dijadikan landasan bagi partisipasi mereka di bidang sosial-politik sekalipun tanpa harus dikembangkan dengan sikap antagonistik terhadap realitas sosial maupun politik yang dihadapi. Kalangan Idrisiyah mempertahankan citra fundamentalnya dengan sikap kompromi untuk melakukan revitalisasi agama (sufisme) Pada amasyarakat umum maupun elite politik.

 maupun politik yang dihadapi. Kalangan Idrisiyah mempertahankan citra fundamentalnya dengan sikap kompromi untuk melakukan revitalisasi agama (sufisme) Pada masyarakat umum maupun elite politik. Dua tipe gerakan kaum tarekat tersebut di atas menemukan perpaduannya dalam gerakan Tarekat Tijaniyah Garut. kaum Tijani ini berdasarkan doktrin kesalehan bertarekat mengembangkan pola gerakannya yang bersifat fundamentalisme-pragmatis. Mereka sangat fundamental mempertahankan doktrin pendiri tarekat ini, Syeikh Ahmad at-Tijani, baik dalam kepatuhan terhadap ajaran maupun pembelaan serta pengagungan terhadap kedudukannya sebagai wali. Namun, para khalifah dan muqaddam tarekat ini mengaplikasikan ajaran-ajaran itu sesuai dengan kebutuhan praktis masyarakat di dalam kehidupan duniawi mereka lmplementasi ajaran Tarekat Tijaniyah terpola dalam kebutuhan-kebutuhan pragmatis masyarakat sehingga bentuk gerakan tarekat ini memberikan implikasi kepada perilaku moderat dalam kehidupan sosial-politik. Tipe gerakan seperti ini beralasan karena khalifah atau muqaddam bersikap fleksibel terhadap faham dan golongan sosial keagamaan sebagaimana mereka akomodatif terhadap kekuatan sosial-politik dan pemerintah.

Kaum tarekat telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi perkembangan agama dan keagamaan masyarakat. Atas kepemimpinan para mursyid untuk mengembangkan, memodifikasi, dan mengaktualisasi ajaran-ajaran tarekat, gerakan kaum tarekat dapat meningkatkan kesadaran beragama dengan pemenuhan spiritualitas dan perbaikan moralitas masyarakat. Dengan begitu, kiprah kaum tarekat menjadi penyeimbang kehidupan batiniah terhadap kebutuhan-kebutuhan lahiriah masyarakat.

 Sumbangan keagamaan ini ditunjukkan oleh kaum tarekat di Priangan dengan sistem komunitas yang beragam berdasarkan  prinsip keyakinan dan aktivitas ritual yang berbeda antara satu tarekat dan yang lain. Keragaman tipe gerakan mereka ternyata tidaklah berarti menciptakan segmentasi sosial yang mengarah konflik sehingga sumbangan sosial kaum tarekat lebih mengarahkan tingkat fungsionalisasi agama (tasawwuf) dan (tarekat) dari pada keragaman struktur sosial pada masyarakat. Demikian pula sumbangan kaum tarekat terhadap kehidupan politik tidaklah semata-mata untuk kepentingan kekuasaan, tetapi partisipasi politik mereka dikembangkan untuk pencapaian cita-cita moralitas serta religiusitas di lingkungan kekuatan sosial-politik ataupun elite birokrasi pemerintah.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun