Ngopinya mahasiswa di Yogyakarta membawa mereka ikut mentadaburi sistem bahasa jawa yang begitu kental. Kondisi sosial ini secara tidak sadar kita ikut belajar bahasa jawa sebagai strata masyarakat Yogyakarta. Ngopinya bapak selo ini seakan membentuk sosial egaliter dengan kaum kesultanan karena mendadak setiap hari kita belajar bahasa jawa.
Orang Yogyakarta tidak bisa terpisah dari yang mengakar filsafat dan budaya Jawa. Itu karakter sabar, rila, narima, waspada, elo, noto roso, andhap asor, wani ngalah, perilaku peduli dan kesepian yang melekat erat dalam nilai-nilai masyarakat khususnya Yogyakarta yang salah satu pusat kebudayaan Jawa.
Inilah yang kemudian memberikan identitas Wong Jowo yang memiliki sifat Njawani. Orang Jawa menekankan sederhana, hidup toleran, sabar dan pertapa. Pada dasarnya, filsafat sosial masyarakat Jawa perlunya manusia untuk mencapai keselarasan pemeliharaan ketertiban.
Jadi pribadi itu keinginan, ambisi, dan nafsu dirasakan untuk mengancam harmoni, sampai-sampai gagasan bahwa pengorbanan untuk harmoni sosial akan mengarah pada penghargaan tertinggi. Satu adalah lebih baik mengalah pada masyarakat dari pada memaksakan kehendaknya.3
Mahasiswa Yogyakarta juga ngopi dengan kelas elit. Mereka mengikuti upacara slametan, sesi kenduren, malam kemerdekaan Indonesia yang ke-77 juga kiraab dan Tirakatan dan sejenisnya.
Ngopi dengan kelas priyayi sangat peduli dengan budaya seperti suka wayang, sarasehan, kenduren dan seterusnya. bahwa orang Jawa akan selalu menjaga keharmonisan dan keseimbangan berbagai elemen yang ada (mikro dan makro kosmos). Dengan begitu kehidupan alam semesta akan aman kembali, damai dan ketenangan adalah impian hidup dan tujuan kehidupan orang jawa "memayu hayuning bawana".
Ajaran keseimbangan hidup adalah tidak lain adalah esensi dari konsep ideologi manunggaling kawula lan gusti. Secara sosiologis, mengajar bukan hanya makna vertikal dalam di mana hubungan manusia dengan Tuhan terlibat.
Namun, konsepsi juga berarti tidak dapat diandalkannya hubungan sosial antara manusia dan sekitarnya masyarakat, termasuk kekerasan antara rakyat dan pemerintah. Secara filosofis, bahkan dalam cita-cita tingkat filosofis masyarakat jawa adalah berkaitan dengan kesederhanaan, toleransi, petapa, kerendahan hati, rila, narima dan legawa.
Ngopinya bapak selo selalu dinamis mendapat manfaat begitu banyak, sifat njawani mempengaruh sistem sosial termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perkelakuan diantara kelompok mahasiswa. Sehingga lembaga sosial mempengaruhi pergaulan hidup melalui norma-norma yang telah diatur.
Bertambahnya penduduk karena banyak yang menunut ilmu dikota pelajar ini memberikan inovasi-inovasi baru. Adanya kontak sosial dari masyarakat kepada mahasiswa juga mempengaruhi sikap kita.
Sikap kurang memuaskan dari angkringan ke tempat yang lebih elegan kafe. Hal ini menandakan kebutuhan kenyamanan dan pelayanan dalam mengerjakan tugas lebih teratur dan dapat berpikir jernih. Ngopinya lebih kepada pendekatan agamis dengan gaya dakwah agar mudah diterimah diberbagai golongan yang notabenya masyarakat yogya merdeka dalam hal toleransi.