Mohon tunggu...
Muhammad Hanafi
Muhammad Hanafi Mohon Tunggu... Guru - Penulis Di Sekolah

Senang membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengubah Mindset Pembelajaran Guru dalam Kelas agar Menarik Perhatian Siswa

20 Juli 2024   22:11 Diperbarui: 20 Juli 2024   22:33 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa belajar proses menanam hingga panen (Dok Pri)

Mengubah Minsed atau pola pikir Pembelajaran Guru harus dilakukan secara bertahap.

Mulailah Dari Diri Sendiri, Belajar Menilai Diri

Kita sudah memasuki tahun pelajaran baru yaitu, tahun pelajaran 2024/2025. Tapi perlu juga perlu merefleksi diri kita, apa yang kita lakukan benar-benar bermanfaat bagi orang lain...? Bermanfaat bagi diri kita...?

Nah,... mari kita evaluasi diri, untuk memperbaiki diri dengan cara mendengar masukan-masukan dari orang-orang terdekat kita, maupun orang di sekeliling kita bekerja.

Baiklah kita sebagai guru atau pendidik, harus mengevaluasi diri dalam bekerja. Sebahan evaluasi atau refleksi kinerja kita dalam agen pembelajaran di kelas, kita akan merefleksi kemajuan pembelajaran yang pernah kita laksanakan.

Kita tidak pernah merasa salah, apabila yang memberikan penilaian diri kita sendiri, kita tidak akan pernah tau akan kelemahan diri tanpa orang lain yang memberikan penilaian terhadap diri kita.

Kurikulum Merdeka memberikan ruang kepada guru untuk berinovasi dalam mengenal karakter peserta didik,...?

Apa kebutuhan belajarnya,...?

Tujuan apa yang ingin dicapai...?

Siswa belajar proses menanam hingga panen (Dok Pri)
Siswa belajar proses menanam hingga panen (Dok Pri)

Tahun pelajaran 2023/2024 sudah berakhir, ada peserta didik dengan gembira menyelesaikan tugas pembelajarannya sehingga naik ke level lebih tinggi. Tetapi, ada juga peserta didik kurang beruntung, tetap pada level yang sama. Pada saat Kurikulum Merdeka di jalankan, di satuan pendidikan ada peserta didik tidak bisa lanjut ke tingkat lebih tinggi, maka satuan pendidikan belum menerapkan atau belum menahami Kurukulum Merdeka. Dalam asesmen di Kurikulum Merdeka, tidak hanya pengetahuan kognitif saja. Tetapi guru harus juga memperhatikan proses pembelajaran peserta didik sebagai dasar asesmen.

Ada beberapa hal yang menjadi kekurangan guru yang harus di perbaiki tahap demi tahap.

  • Mempunyai mental kovensional: disini guru biasanya kaku tidak fleksibel dengan permasalahan yang terjadi. Sehingga penyelesainnya tidak maksimal atau tidak tepat sasaran, dalam hal perubahan sesuai dengan teknologi sekarang tidak bisa mengikuti. Paling tidak harus belajar secara bertahap. Guru mengharapkan siswa yang ideal, dalam arti kecakapannya dalam belajar mendapatkan ilmu di bangku sekolah. Tetapi kembali ke ciptaan Tuhan, Tuhan menciptakan mahkluk yang berbeda-beda karakter, sehingga membuat kita tidak merasa jenuh dengan kehidupan yang sama.

  • Selalu berharap dan bergantung pertolongan orang lain. Dalam hal ini, harus berusaha dahulu untuk belajar. Jangan langsung meminta tolong
  • Meratapi nasibnya, pasrah tanpa berbuat sesuatu. Nasib tidak berubah, tanpa tindakan perubahan, harus dimulai dari saat ini.

  • Selalu merasa paling tertindas atau playing victim. Bapak, ibu pernah merasakan situasi seperti itu? Saya yakin kita semua pernah merasakan itu. Bagaimana cara menetralisir keadaan tersebut? Jika kita tertimpa suatu permasalahan, bukan berarti kita sebagai tertuduh atau terdakwa, terpidana dan lainnya. Tetapi, itulah bentuk kebesaran Tuhan untuk menunjukkan kelemahan kita dan segera kita perbaiki. Kita tidak bisa menilai diri kita sendiri, kalau pun bisa menilai diri kita, pasti kita menilainya baik semua dan tidak ada yang buruk. Yang menilai karakter kita adalah orang di sekitar kita, yang selalu memberikan masukan positif untuk perbaikan kita, bukan merendahkan diri kita.

  • Mendramatisir permasalahannya, berharap simpati orang. Seorang guru bisa jadi diberikan solusi atau masukan hal yang baik untuk pembelajaran, bahkan untuk semua. Tetapi ada pula yang  beranggapan itu suatu permasalahan, sehingga permasalahan tersebut didramatisir seolah-olah dia sendiri yang benar, sehingga mengundang simpati orang lain dan membentuk kelompok-kelompok yang negative tidak relevan.

  • Malas bekerja, tapi keinginannya selangit. Yaitu menginginkan suatu perubahan, tetapi tidak ada tindakaan atau action. Mengharapkan siswa berpengetahuan yang bagus, tapi tidak melakukan apa-apa.

  • Sibuk memoles diri, tanpa memperhatikan kewajiban sebagai guru. Tugas guru adalah melayani, yang dimaksud melayani adalah memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa sesuai dengan kemapuannya dan karakter siswa. Tugas guru adalah pendidik dan pembelajar

  • Inginnya serba instan. Inginnya seperti orang lain, tanpa melihat kemampuan diri. Inginnya sesuai dengan harapan guru, tapi tidak mau melakukan prosesnya. Kadang kala guru suka mengatur kepala sekolah dan mencederai wibawa kepala sekolah. Seharusnya, kalau mau memimpin dan jadi pemimpin harus melalui prosesnya, kalau tidak jadi pemimpin ya harus siap dipimpin.

  • Selalu mengelu, menyalakan keadaan, tapi tidak punya rencana untuk memperbaiki. Seharusnya, jika terjadi permasalahan belajar diharapkan setiap guru memberikan solusinya, bukan hanya memberikan permasalahan! Begitu diberikan solusi, tidak mau terima, tapi diminta memberikan solusi gak bisa, kan jadi aneh dengan pemikiran itu.

Ingat bahwa kita lebih banyak belajar, sesuai dengan perubahan dan regulasi kemajuan pendidikan saak ini. Selamat menjalankan tugas sebagai guru pahlawan bangsa terdepan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun