NAMA : MUHAMMAD REDJEKIÂ
 NIM    : 2410416310048
KELAS Â Â : C
DOSEN PENGAMPU :Dr. Arif Rahman Nugroho, M.Sc.
Â
MATA KULIAH : PENGINDERAAN JAUH
Â
MAHASISWA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT, BANJARMASIN, FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK, PRODI S1 GEOGRAFI.
Banjir yang melanda Kabupaten Bintan sejak awal Januari merupakan hasil dari kombinasi curah hujan tinggi dan pasang laut, sesuai dengan prediksi bencana hidrometeorologi oleh BMKG. Ada beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya banjir ini:
Kondisi Hidrometeorologi:Curah hujan ekstrem menjadi pemicu utama banjir. Bintan sebagai wilayah kepulauan sering mengalami fenomena ini, terutama di musim hujan, ketika intensitas hujan meningkat dan bersamaan dengan pasang laut. Ini menyebabkan air sulit surut, memperburuk dampak banjir.
Kondisi Infrastruktur Drainase:Salah satu penyebab banjir yang sering terjadi di Bintan adalah sistem drainase yang kurang memadai. Parit dan sungai tidak cukup lebar untuk menampung aliran air hujan, diperparah oleh sedimentasi yang menumpuk. Hal ini mengakibatkan air meluap ke permukiman penduduk.
Kerentanan Wilayah:Tiga kecamatan yang terkena banjir (Bintan Timur, Gunung Kijang, dan Toapaya) adalah wilayah yang setiap tahun rawan banjir. Ini menunjukkan bahwa daerah tersebut rentan secara geografis dan infrastruktur. Masyarakat di wilayah ini terus-menerus menjadi korban banjir, yang menunjukkan perlunya upaya mitigasi jangka panjang.
Dampak Sosial dan Ekonomi:Sebanyak 129 kepala keluarga dan 346 jiwa terdampak langsung, sebagian harus mengungsi. Kerusakan pada rumah dan infrastruktur, serta gangguan terhadap aktivitas ekonomi dan sosial, menjadi konsekuensi yang harus diatasi. Distribusi bantuan logistik dan tempat pengungsian menjadi kebutuhan mendesak dalam penanganan bencana.
Penanganan Bencana:BPBD bersama pemangku kepentingan lainnya telah melakukan langkah-langkah respons, termasuk penilaian kerusakan, distribusi bantuan, dan pembersihan. Namun, langkah-langkah reaktif ini perlu diimbangi dengan upaya preventif yang lebih kuat, seperti perbaikan drainase, pengerukan sungai, dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang risiko banjir.
Solusi dan Mitigasi:Untuk mengurangi risiko banjir di masa mendatang, penting dilakukan perbaikan sistem drainase, pelebaran parit, serta pengerukan sedimentasi sungai secara rutin. Selain itu, pemetaan risiko dan perencanaan tata ruang yang lebih baik harus diterapkan untuk mengurangi dampak banjir di daerah rawan seperti Bintan.
Secara keseluruhan, banjir di Bintan merupakan masalah yang berulang dan memerlukan penanganan jangka panjang. Mitigasi bencana yang efektif, melalui peningkatan infrastruktur dan perbaikan tata kelola air, harus menjadi prioritas untuk mengurangi dampak bencana di masa depan.
 Sekian hasil Framing text tentang bencana banjir di kabupaten bintan Provinsi Riau mohon maaf jika ada kesalahan atau informasi yang kurang tepat .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H