Masyarakat selokgondang biasanya pada saat bulan Ramadhan mengeluarkan zakat fitrah setiap anggota keluarga yang di serahkan ke fakir miskin atau pengurus mushollah terdekat.
Saat malam takbiran tiba masyarakat banyak yang keliling desa untuk menyuarakan takbir bersama-sama ada juga yang meyuarakan  takbir di masjid dan musholah. Kemudian esok harinya mereka melaksanakan shalat idul fitri di masjid dan dilanjutkan silaturahmi antar tetangga dan sanak keluarga.Â
Setelah acara silaturahmi selesai masyarakat disini melakukan acara kenduri di salah satu rumah warga atau musholah-musholah yang berbeda letaknya . Untuk lebih mengenali dan menjunjung rasa solidaritas antar masyarakat maka antara mushollah satu dengan mushollah lainnya saling mengundang untuk melaksanakan kegiatan kenduri bersama.Â
Setelah acara kenduri selesai masyarakat disini meramaikan idul fitri dengan petasan agar suasana idul fitri lebih meriah, jadi di Desa Selokgondang malam puncak lebaran hingga esok harinya sampai lebaran ke-7. Pada saat lebaran ke-7 tiba masyarakat biasanya melaksanakan kenduri ke-2 (riyoyo pitu).
Jadi dari apa yang saya bahas dari awal hingga akhir di Desa Selokgondang masih menerapkan hidup rukun dalam beragama dan saling menghormati antara yang muda dan tua sehingga terciptalah kehidupan yang bertoleransi sehingga menimbulkan masyarakat yang menghormati satu sama lain, sehingga di desa ini sangat jauh dari kata pertikaian antar warga yang menjadikan desa ini aman dan tentram
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H