Tidak dapat dipungkiri bahwa di zaman globalisasi ini, kuliah menjadi pendidikan yang wajib ditempuh dalam meniti karier ataupun hanya sekedar mengisi waktu nggangur. Tidak jarang, sebagian mereka berkuliah karena memang disuruh orang tua. Ada juga kuliah karena tidak memiliki skill/kemampuan yang dapat diandalkan. Kuliah juga bukan sekedar tertarik karena iming-iming perusahaan yang menawarkan jabatan dengan gelar sarjana. Dan kuliah juga bukan karena tayangan sinetron yang menayangkan adegan-adegan keren anak kuliahan, lalu mereka menjadi tertarik untuk berkuliah, itu imitasi sosial. Apalagi hanya karena ingin merasakan atmosfer kelas perkuliahan itu bagaimana?
Di sisi lain, masih ada juga mereka yang tidak kuliah karena berbagai alasan. Sebagian lagi ada yang berhenti kuliah. Dan sebagian lagi kepikiran untuk berhenti kuliah. Hal ini sering terjadi di dunia perkuliahan. Entah karena malas, mata kuliahnya berat, gak mampu bayar uang kuliah, atau karena memang sudah mempunyai skill yang bisa digunakan untuk mencari pekerjaan. Tapi memang ada benarnya, buat apa kita kuliah bayar mahal-mahal, setelah lulus nggak ada yang mau nerima lamaran pekerjaan kita? Lebih baik belajar dirumah sendiri, otodidak, latih skill sendiri, bangun bisnis kecil-kecilan. Mungkin kita pernah berpikir, kalau pekerjaan itu seharusnya yang paling diutamakan adalah kemampuan, bukan gelar. Lalu kita berusaha belajar di rumah sampai menjadi seseorang yang mahir dalam bidang tertentu, setelah itu kita buat portofolio dan menyertakannya juga dalam lamaran pekerjaan. Akhirnya kita diterima kerja dengan gaji yang lumayan. Sedangkan, teman-teman kita sedang berada di bangku kuliah. Kita sudah menjadi seseorang yang sukses tanpa kuliah. Misalnya loh yah. Dan itu terserah dari setiap individu masing-masing sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Kalau menurut saya, kuliah itu sih penting, karena merupakan langkah awal anak-anak remaja dalam memandang dunia dengan sudut pandang yang berbeda. Bisa dibilang proses merubah sifat kekanak-kanakan ke arah pendewasaan. Sebagian mereka tidak sadar bahwa mereka perlahan dapat memahami seperti apa dunia itu, seperti apa kehidupan itu. Mereka tidak sadar secara emosional bahwa mereka mampu mengatasi masalah yang datang bertubi-tubi dalam kehidupan. Seakan-akan inilah cara menjadi orang dewasa. Inilah kuliah.
Muncul sebuah pertanyaan, apakah kuliah harus di universitas negeri? Tentu saja pertanyaan seperti itu selalu ada dibenak kita. Awalnya saya juga mempertanyakan hal itu. Mesti kita selalu beranggapan, kalau kuliah di universitas negeri itu keren dan membanggakan. Kebanyakan dari mereka mengatakan kalau kuliah di universitas negeri menjadikan mereka lebih percaya diri saat berkunjung ke rumah saudara, karena menurut mereka, ‘kuliah dimana?’ Menjadi pertanyaan nomor satu yang ditanyakan paman, bibi, atau saudara lainnya. Hehehe. Seakan-akan kita itu benar-benar merasa menjadi orang yang hebat saat menjawab pertanyaan seperti itu.
Mungkin beberapa dari mereka beranggapan kalau kuliah di universitas swasta nanti akan kesulitan saat melamar pekerjaan karena nanti yang akan dipilih terlebih dahulu ialah pelamar yang lulusan dari universitas negeri. Bahkan ada yang beranggapan lebih rendah dari itu. Anggapan seperti itulah yang membuat saya kurang setuju. Perlu kita ketahui bahwa universitas swasta juga tidak kalah baik dengan universitas negeri. Ada banyak universitas swasta di Indonesia yang memberikan fasilitas dan kualitas pendidikan yang setara dengan universitas negeri dan bahkan internasional. Saya sendiri sekarang ini sedang menjalani masa-masa kuliah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Universitas tersebut tidak kalah dengan universitas negeri dan universitas swasta lainnya loh. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo layak untuk dijadikan pilihan perkuliahan kita. Memang saya pernah berkecil hati karena tidak bisa berkuliah di universitas negeri, hanya karena alasan malu. Aneh gak sih? Alasan kedua, karena saudara saya yang seangkatan, bisa dengan mudah masuk ke perguruan tinggi negeri. Ngeselin gak sih? Hehehe. Tapi, yasudah jalanin ajalah. Tapi siapa sangka, bahwa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ini memiliki dunia yang berbeda, sisi inilah yang mungkin jarang orang-orang ketahui. Saya merasa di sinilah tempat keluarga kedua saya. Agak lebay sih. Tapi itulah yang saya rasakan. Kalau dibilang luas, gak luas-luas amat sih tempatnya. Kalau masalah fasilitas, yah, saya terfasilitasi, dan semua fasilitasnya baru, dari baunya saja sudah tercium. Hehe.
Dari sekian banyak mereka yang berkuliah termasuk saya, pasti bertanya-tanya, apakah kita harus mengikuti semua kegiatan atau organisasi-organisasi yang ada di kampus? Kalau itu sih terserah kalian. Mau ikut, mau tidak, atau mau coba-coba, kalau betah lanjutin. Kalau saya sendiri mahasiswa kupu-kupu. Lulus kuliah tepat waktu saja sudah menjadi suatu prestasi bagi saya. Kenapa tidak? Itu pilihan orang masing-masing. Daripada tidak kuliah dan menjadi beban orang tua, yang bisanya habisin beras di rumah. Daripada jadi pengangguran lulusan SMA yang nongkrong-nongkrong di warung kopi sambil udud. Gak jelas banget.Â
Zaman sudah semakin canggih, sudah semakin maju. Kuliah sudah menjadi pendidikan wajib untuk dilalui. Banyak perusahaan-perusahaan yang mencari lulusan sarjana yang memiliki intelektual tinggi. Mau kuliah negeri. mau kuliah swasta. Itu tidak mempengaruhi HRD perusahaan. Semua itu tergantung dari kemampuan kita. Tergantung dari niat kita masing-masing. Kita semangat atau tidak kuliahnya. Berterima kasilah kepada orang tua kita yang mampu mampu membiayai kuliah kita. Saya mengapresiasi kalian yang kuliah sambil bekerja. Saya apresiasi kalian yang mampu membiayai kuliah dengan uang kalian sendiri. Dan berterima kasihlah kepada diri sendiri, karena mau diajak kompromi dalam hal kuliah. Karena sekarang ini modal utama dalam melamar pekerjaan tidak hanya kemampuan, tapi legalitas. Ijazah dulu baru kemampuan. Tanpa ijazah, kita tidak bakal dilirik perusahaan, apalagi dilirik calon mertua. Hehehe. Tetap semangat menjalani hidup. Perjuangan untuk mencapai kesuksesan penuh duri dan sayatan. Tetap santai, dan enjooooyyyy.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H