Pertama sebelom memasuki pembahasan apakah budaya popular itu? Budaya populer (dikenal juga sebagai budaya pop atau kultur populer) adalah totalitas ide, perspektif, perilaku, meme, citra, dan fenomena lainnya yang dipilih oleh konsensus informal di dalam arus utama sebuah budaya, khususnya oleh budaya barat di awal hingga pertengahan abad ke-20 dan arus utama global yang muncul pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Dengan pengaruh besar dari media masa , kumpulan ide ini menembus kehidupan masyarakat. (Wikipedia,2020)
Budaya yang berkembang salah satunya di Indonesia di kalangan anak muda adalah second branded / thrifting. Thrifting sendiri adalah kegiatan mencari barang bekas atau kumpulan barang barang bekas yang nantinya akan di jual lagi. Barang barang bekas ini lebih ke dalam fashion anak muda dan setiap barang barangnya memiliki value atau kualitas terbaiki, meski banyak orang mengiri bahwa barang bekas sendiri sepatutnya di sumbangkan atau di berikan kepada orang yang kekurangan, tapi beberapa orang anakmuda menjadikannya memiliki harga standar bahkan lebih tinggi.
Thrifting sendiri diambil dari kata thrive yang berarti berkembang atau maju sedangkan thrifty mengartikan membagi atau menggunakan uang sebaik mungkin. Thrifting sendiri pertama kali berawal dari Amerika karena terjadi krisi besar besaran dan penjualan fashion tidak stabil dan dibuang dan biasanya barang barang ini di pakai oleh imigran.Â
Karena krisis banayak orang tidak mampu membeli barang barang baru maka mereka membeli barang barang bekas. Sedangkan untuk thrift shop pertama kali yang bernama Buffalo Exchange dengan menjual barang barang bekas mereka dapat membuka sebanyak 17 cabang di sana.Â
Kadang juga menggunakan t-shirt atay kemeja yang sudah bolong-bolong. Lantas, untuk mencapai style yang diinginkan, untuk mencari bawang-barang seperti itu harus pergi ke thrift shop, karena retail saat itu tidak menjual yang seperti itu. (USS.COM)
Tentunya barang barang yang di jual harus layak digunakan. Dan beberapa tahun belakangan thrifting sering di minati banyak anak muda, karena thrifting memiliki keisitmewaan sendiri seperti barang barang yang di dapat otentik dan mungkin asli dari desainernya atau barang yang sedang dicari di kalangan kalangan peminatnya.Â
Biasanya barang barang fashion yang otentik,vintage memiliki keistimewaan sendiri, bahkan jika dijual lagi harganya dapat melambung tinggi meski itu barang bekas. Vintage sendiri adalah kaos jaman dulu yang kemungkinan yang terbuat di tahun 1920 -1970 kebanyakan orang menghargai itu karena mereka dapat bernostalgia.
Di Indonesia sendiri baru baru ini tingkat peminat thrifting dan barang bekas semakin tinggi mungkin karena adanya daya jual beli yang menari untuk di jadikan asset / untuk meraup keuntungan.Â
Di Indonesia sendiri banyak berapa tempat untuk mencari barang barang bekas. Dengan di era 4.0 atau era media massa sungguh lebih mudah untuk mendapatkan barang" bekas yang memiliki kualitas tinggi dengan harga terjangkau. Pesatnya second brand dan thrifting di Indonesia sendiri dikarenakan influencer atau artis papan atas banyak yang sudah menggunakan.
Saat ini media massa juga menjadi pengaruh dalam berkembangnya thrifting dan second brand karena lewat media massa banyak anak muda yang memposting gambar apa yang dia lakukan saat thrifting dan barang apa saja yang didapat.Â
Di media sosial thrift store pun banyak bermunculan setiap tahunya karena bisnis thrift sendiri tidak memerlukan banyak modal tetapi income yang didapat juga banyak.Â
Banyak cara dalam mendapatkan barang bekas bisa dengan cara mencari di setiap pasar kita pilah pilih satu persatu atau dalam karung yang belom dibuka , kebanyakan jika untuk disimpan atau di gunakan sendiri biasanya mengunakan metode piliha pilih. Jika untuk para penjual biasanya mereka membeli ball atau karungan yang belom di buka.
Dan semakin hari budaya ini sangat ramai dan pesat di gemari oleh banyak kalangan yang tadinya hanya anak muda , sekarang banyak kalangan menyukainnya. Dengan disongkongnya oleh media sosial maka hal ini akan bertambahh pesat dikarenakan dampak dan efek dalam media sosial sangat tinggi.
Kebanyakan barang second yang di jual seperti kaos , sepatu , celana. Tentunya barang yang memiliki harga tinggi yaitu barang barang dengan merek luar negri serta keadaan yang vintage maka harganya dapat melmbung tinggi,
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh IBISWorld, saat ini thrift store adalah bagian dari industri besar yang bernilai hingga $14.4 billion.Â
Kenyataan yang terjadi di Indonesia mungkin belum dihitung hingga berapa nilai dari industri ini, namun yang yata terasa adalah munculnya thrift shop online maupun offline secara sporadis yang meracuni para milenials. Industri ini juga semakin besar di Indonesia ditandai dengan maraknya milenials yang mulai bangga menggunakan barang second.Â
Kenapa bangga? Mungkin tercermin dari proses mendapatkannya yang sulit hingga barang branded yang bisa didapatkan lebih murah dari setengah harga. (USS.COM)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H