Mohon tunggu...
Muhammad IqbalWian
Muhammad IqbalWian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Muhammad Iqbal Wi'an Ekaputra

Memaknai hidup

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memaknai Khusyuk

12 Desember 2021   05:45 Diperbarui: 12 Desember 2021   06:34 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tingkatan tertinggi yang diharapkan oleh seorang hamba dalam beribadah adalah khusyuk. Khusyuk dapat diraih dengan mengkolaborasikan tiga aspek penting, yaitu islam, iman, dan ihsan. Ketiga aspek tersebut mempunyai korelasi satu sama lain. Al-Quran menyebutkan korelaso antara ketiganya didalam Q.S. al-Imran ayat 19
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah hanya menerima orang-orang yang beragama Islam, yaitu orang yang mengikuti rasul yang diutus Allah disetiap masa. Ayat tersebut juga menyiratkan bahwa makna Islam sudah mempunyai pemahaman makna terhadap iman dan ihsan. Sehingga ketiga aspek tersebut melengkapi kesempurnaan khusyuk.

Makna dari islam adalah menjalankan segala ritual keagamaan, meliputi sholat, zakat, dan lain-lain. Sedangkan iman berisi keyakinan seseorang yang mendasari dirinya melakukan suatu ibadah. Sedangkan ihsan adalah aspek batiniah yang dapat mewujudkan sikap khusyuk.

Dalam kitab "at-Ta'rifat" dijelaskan, khasyi' (orang yang khusyuk) merupakan orang yang merendahkan dirinya kepada Allah SWT. Secara keseluruhan, baik lahir maupun batin. Ibnu Abbas menjelaskan makna khusyuk dalam Q.S. al-Mukminun ayat 1-2 sebagai sikap tawadhu kepada Allah SWT. Sketiga shalat, sehingga anggota badannya diam, tidak menoleh ke kanan dan ke kiri. Penafsiran seperti ini diikuti pula oleh para ulama lain seperti Mujahid, al-Hasan, Qatadah, dan al-Zuhr

Ibnu Qayyim membagi khusyuk menjadi dua, yaitu khusyuk iman dan khusyuk nifaq. Khusyul iman adalah sikap hati yang memuliakan Allah SWT. disertai rasa taat, malu, dan tenang. Sebaliknya, Khusyuk nifaq merupakan khusyuk yang hanya tampak di anggota badan saja, namun hatinya kosong dari mengingat Allah. Khusyuk seperti ini tidak mengkolaborasikan antara islam, iman , dan ihsan.

Salim bin Ad‟l dalam bukunya “Menggapai Khusyuk Menikmati Ibadah” menjelaskan
bahwa khusyuk adalah al-Dhoro‟ah, merendahkan diri. Orang Arab sering menggunakan kata khusyuk untuk sesuatu yang hanya terfokus pada aspek fisik saja. Akan tetapi, kata ad-Dhoro’ah

Orang-orang yang khusyuk akan selalu tampak padanya tanda-tanda ketenangan, seperti tenangnya gedung yang kokoh berdiri. Menurut ulama, lembutnya hati, hilangnya hasrat hawa nafsu, dan halusnya hati menjadi tanda kekhusyukan seseorang. Ali bin Abi Thalib pernah berkata: "Khusyuk adanya dalam hati, sebagaimana kelembutan tanganmu ketika menyentuh seorang perempuan mukmin, maka janganlah kamu melirik-lirik dalam shalatmu”

Menurut Imam al-Ghazali, ada enam hal yang menjadi indicator tercapainya khusyuk, yaitu :
1.Hudhurul Qalb (pemusatan pikiran)
Pemusatan pikiran yang dilakukan dengan cara mengosongkan hati dari segala sessuatu yang tidak berkaitan dengan pekerjaan yang sedang dilakukan. Hal ini akan membuat kita sungguh-sungguh dalam ibadah dan pekerjaan lainnya.

2.Tafahhum (pengertian)
Upaya pemahaman terhadap setiap kalimat yang keluar akan menjadikan kita terfokus terhadap gerakan-gerakan sholat. Pemahaman yang mendalam akan memudahkan hadirnya khusyuk dalam sholat.

3.Ta’dzim (penghormatan)
Sebagai kesadaran atas kebesaran dan keagungan Allah SWT. akan memunculkan kesadaran bahwa kita ini kecil dan tidak memiliki apapun. Sikap ini akan mendorong adanya ta’dzim dalam sholat.

4.Raja’ (harap akan ampunan)
Setelah menempuh jalan yang lurus, tentunya kita mengetahui bahwa kasih saying Allah SWT. diatas murkanya. Kita juga bakal mengetahui bahwa ampunan Allah SWT. lebih utama dari hal lainnya.

5.Haya (malu dan hina diri)
Malu bermakna menahan diri dari segal perbuatan keji. Rasa malu timbul karena kesadaran akan kelemahan dan kelalain dalam menjalankan kewajiban sebagai makhluq Allah SWT. Rasa Malu ini baiknya dibarengin dengan rasa cinta terhadap ibadah yang kita lakukan dan terhadap apa yang sedang kita sembah.
 
6.Haibah (takut dan kagum
Pemahaman yang mendalam terhadap kebesaran Allah SWT. akan semakin menyadarkan kita bahwa kita adalah makhluk kecil yang tidak berdaya. Dengan melihat sekitar, kita akan semakin takjub terhadap kebesaran Allah SWT.

Dalam al-Qur‟an dijelaskan beberapa pemaknaan mengenai
khusyuk, diantaranya:
a.Khusyuk diartikan dengan merendahkan suara, "diam"

يَوْمَىِٕذٍ يَّتَّبِعُوْنَ الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهٗ ۚوَخَشَعَتِ الْاَصْوَاتُ لِلرَّحْمٰنِ فَلَا تَسْمَعُ اِلَّا هَمْسًا -

Pada hari itu mereka mengikuti (panggilan) penyeru (malaikat) tanpa berbelok-belok (membantah); dan semua suara tunduk merendah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga yang kamu dengar hanyalah bisik-bisik.

b.Khusyuk diartikan sebagai tunduk, rata

لَوْ اَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْاٰنَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَاَيْتَهٗ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَتِلْكَ الْاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ -

Sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.

c.Khusyuk diartikan tunduk penyesalan di hari akhir.

وَتَرٰىهُمْ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا خٰشِعِيْنَ مِنَ الذُّلِّ يَنْظُرُوْنَ مِنْ طَرْفٍ خَفِيٍّۗ وَقَالَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ الْخٰسِرِيْنَ الَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ وَاَهْلِيْهِمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ اَلَآ اِنَّ الظّٰلِمِيْنَ فِيْ عَذَابٍ مُّقِيْمٍ - ٤٥

Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tertunduk karena (merasa) hina, mereka melihat dengan pandangan yang lesu. Dan orang-orang yang beriman berkata, “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari Kiamat.” Ingatlah, sesungguhnya orang-orang zalim itu berada dalam azab yang kekal.

Sikap Khusyuk dapat diimplikasikan dalam ibadah mahdah dan ghairu mahdah. Sikap khusyuk juga dapat terwujud dengan mengkolaborasikan tiga aspek penting tadi, yaitu islam, iman, dan ihsan. Dengan kolaborasi ketiga, seseorang akan semakin yakin dalam beribadah. Keyakinan tersebut akan dibarengi oleh ketenangan yang berujung pada hadirnya khusyuk dalam ibadah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun