Mohon tunggu...
Muhammad Amir M
Muhammad Amir M Mohon Tunggu... Statistisi -

Staf Seksi Integrasi dan Diseminasi Statistik BPS Kabupaten Alor

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Menanti Wajah Baru Bandara Mali

8 Desember 2018   16:43 Diperbarui: 8 Desember 2018   16:58 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam Arsitektur Nusantara 2016 pada tanggal 22 Juli 2016 lalu sepertinya memberi angin segar. Bukan hanya bagi para pemenang lomba desain arsitektur Bandara Mali, namun masyarakat Alor juga sangat antusias menyambut calon "master plan" bandara mereka yang baru. Dari hasil lomba tersebut, diperoleh desain dari PT Nataneka sebagai yang terbaik. 

Desain yang mengusung kearifan budaya lokal alor tersebut rupanya mampu menarik hati para dewan juri. Tak pelak, panitia menjanjikan desain dari pemenang lomba tersebut akan dijadikan master plan Bandara Mali dalam 2 tahun ke depan. 

Rencananya, "Wajah baru" Bandara Mali akan memiliki landasan pacu (runaway) yang lebih Panjang serta model terminal yang modern namun tetap mencirikan kearifan lokal.

Dilansir dari data situs Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, saat ini Bandara Mali memiliki dimensi landasan pacu 1600x30 meter. Apron atau tempat parkir pesawat hanya berdimensi 100x40 meter yang artinya hanya mampu menampung 2 pesawat ATR72. Sama halnya dengan terminal penumpang, keadaan terminal keberangkatan yang hanya terdapat sekitar 80 tempat duduk dan tanpa disediakan toilet dirasa sangat kecil. 

Selain itu, kondisi terminal kedatangan juga memprihatinkan. Bagaimana tidak, ketika orang-orang turun dari pesawat, mereka hanya disediakan ruangan yang rasanya hanya mampu menampung 20 orang. Fasilitas penunjang pun sangat minim, hanya terlihat 1 mesin ATM BRI disana. Akses ke pusat kota pun hanya tersedia travel-travel pribadi yang harganya kurang ekonomis. 

Maskapai yang beroperasi di bandara ini hanya Wings-Air dan tujuan Kupang sebelum maskapai Transnusa menghentikan penerbangannya sejak 1 Juni lalu. Sesekali, maskapai Susi Air juga beroperasi melayani Alor-Atambua.

Kondisi tersebut nyatanya tidak menyurutkan minat masyarakat untuk menggunakan jasa transportasi udara. Dilansir dari data otoritas bandara setempat, pada tahun 2017 jumlah penumpang datang dan berangkat masing-masing sebesar 57 ribu dan 58,4 ribu penumpang atau naik 11,45% untuk penumpang datang dan 14,89% untuk penumpang berangkat dibanding tahun 2016. Jumlah penumpang terbanyak terjadi pada bulan Juli 2017 dan jumlah penumpang paling sepi terjadi pada bulan Februari 2017. 

Pada tingkat keterisian maskapai, secara rata-rata dari 3-4 pesawat yang berangkat dan 3-4 pesawat yang datang setiap harinya dapat terisi  sekitar 65% untuk maskapai  Trans-Nusa/NAM Air sedangkan tingkat keterisian Wings-Air lebih banyak yaitu sekitar 75% lebih. Tentu ini menjadi hal yang positif bagi para maskapai sekaligus menunjukkan bahwa pengembangan transportasi udara sudah sepantasnya dibutuhkan.

Transportasi udara memang sudah selayaknya menjadi pilihan utama masyarakat alor untuk bepergian keluar daerah. Apalagi, musim yang tidak menentu ini membuat perjalanan kapal juga bergantung dengan tinggi gelombang. 

Kondisi ini membuat harga tiket pesawat melambung tinggi karena permintaan yang meningkat sementara ketersediaan tempat duduk terbatas. 

Tak berhenti sampai disitu, pengiriman kargo pun menjadi terhambat karena keterbatasan bagasi pesawat dan tidak menentunya perjalanan kapal yang dapat berdampak pada roda perekonomian Kabupaten Alor.

Menurut penulis, ada beberapa hal yang harus segera dilakukan oleh pemerintah melihat animo pengguna transportasi udara dan kondisi Bandara Mali sekarang. 

Pertama, segerakan untuk realisasi perluasan terminal penumpang dan fasilitas penerbangan seperti panjang landasan pacu dan fasilitas penunjang lain agar dapat meningkatkan jumlah penumpang yang bermuara pada dampak secara ekonomi terutama sektor pariwisata. 

Kedua, pemerintah harus meyakinkan dan mampu mendorong para maskapai untuk membuka maupun menambah rute ke Bandara Mali agar tidak harus pindah pesawat di Kupang. Pembukaan rute Surabaya-Denpasar-Alor sangat potensial untuk meningkatkan gairah ekonomi baik dari pariwisata maupun investasi.

Penerbangan rute tersebut dapat mempermudah investor dari Pulau Jawa dan wisatawan dari Pulau Bali untuk menuju Alor. Terakhir, pemerintah harus lebih getol mempromosikan potensi Alor untuk menarik minat investor dan wisatawan. 

Promosi tersebut dapat berupa memperbanyak event yang mampu menarik orang untuk datang ke Alor maupun aktif dalam kegiatan expo bertaraf nasional maupun internasional.

*Catatan : Artikel tersebut pernah ditayangkan pada kupang.antaranews.com

Sumber : https://kupang.antaranews.com/berita/8039/artikel-menanti-wajah-baru-bandara-mali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun