Bagian Ke-2 : Jejak - jejak Masa Lalu
Keesokan paginya, Arya dan Laila memutuskan untuk menjelajahi lebih jauh. Dengan semangat yang menggebu, mereka memulai pendakian kecil ke puncak terdekat. Sepanjang perjalanan, Arya menceritakan kisah-kisahnya sebagai seorang pendaki, tentang bagaimana ia menemukan ketenangan di puncak-puncak gunung.
"Setiap puncak punya cerita," ujar Arya sambil menunjuk ke arah lembah di bawah. "Di sana, aku pernah bertemu dengan seorang pendaki tua yang mengajariku banyak hal tentang kehidupan. Dan di puncak yang lain, aku bertemu dengan seorang sahabat yang sekarang sudah berpulang."
Laila mendengarkan dengan seksama. Baginya, Arya adalah sosok yang penuh dengan misteri. "Kau punya banyak cerita menarik, Arya. Aku merasa setiap kali mendengar kisahmu, aku semakin mengenalmu."
Mereka berhenti sejenak di sebuah tebing yang menghadap ke lembah hijau. Laila membuka ranselnya dan mengeluarkan buku catatan. "Aku ingin menulis tentang perjalanan kita," katanya sambil tersenyum.
Arya mengangguk, matanya menatap jauh ke horizon. "Aku senang bisa menjadi bagian dari ceritamu, Laila."
Hari demi hari berlalu, dan hubungan Arya dan Laila semakin erat. Mereka saling mendukung dan menginspirasi. Di malam hari, mereka duduk di dekat api unggun, berbicara tentang impian-impian mereka.
Namun, di balik kebahagiaan itu, Laila mulai merasakan ada sesuatu yang disembunyikan Arya. Setiap kali mereka berbicara tentang masa depan, Arya selalu mengalihkan pembicaraan. Laila tahu ada luka di masa lalu Arya yang belum sembuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H