Mohon tunggu...
Muhammad Ridhotullah
Muhammad Ridhotullah Mohon Tunggu... Lainnya - Budak korporat yang gemar merangkai kata

Seorang manusia yang bersemangat, berkomitmen untuk terus berkembang dan meningkatkan keterampilan.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Lingkaran Setan yang Menghalangi Kekayaan dan Cara Memutusnya

26 Oktober 2024   08:05 Diperbarui: 26 Oktober 2024   08:09 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencapai kekayaan sering kali lebih kompleks daripada sekadar mendapatkan penghasilan tinggi. Banyak orang terjebak dalam pola kebiasaan yang sebenarnya dapat merugikan diri sendiri, dan tanpa disadari, kebiasaan ini menjadi "lingkaran setan" yang menghambat mereka. Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi kondisi ini, dan memahami konsep di baliknya serta bagaimana mengatasinya dapat membantu seseorang memutus lingkaran ini. Berikut ini penjelasan lebih sederhana dari faktor-faktor utama tersebut, serta tinjauan dari teori dan penelitian terdahulu.

1. Gaya Hidup yang Meningkat Seiring Penghasilan
Salah satu jebakan terbesar adalah "inflasi gaya hidup," yaitu saat pengeluaran meningkat karena pendapatan bertambah. Menurut penelitian oleh Elizabeth Warren dan Amelia Warren Tyagi dalam bukunya *All Your Worth: The Ultimate Lifetime Money Plan*, kebanyakan orang tidak menyadari bahwa pendapatan tambahan sering digunakan untuk konsumsi daripada investasi jangka panjang. Teori ini didukung konsep "prinsip penggantian konsumsi," yang menjelaskan bahwa manusia cenderung menambah konsumsi ketika pendapatan meningkat untuk mendapatkan kepuasan jangka pendek, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap keuangan jangka panjang.

Cara Memutusnya:
Cobalah untuk menetapkan batasan konsumsi, fokus pada kebutuhan, dan sisihkan pendapatan untuk menabung dan investasi. Contohnya, Anda bisa mengalokasikan minimal 20% dari pendapatan untuk dana darurat atau investasi jangka panjang.

2. Terperangkap Utang Konsumtif
Utang konsumtif adalah utang yang digunakan untuk membeli barang yang tidak menghasilkan nilai tambah, seperti gadget atau pakaian. Penelitian yang diterbitkan oleh *Journal of Consumer Research* menyatakan bahwa utang konsumtif dapat membuat seseorang terjebak dalam lingkaran kewajiban keuangan yang berkepanjangan. Dalam teori psikologi keuangan, perilaku ini dikenal sebagai "behavioral spending" (pengeluaran berbasis perilaku) di mana seseorang terdorong membeli secara impulsif atau untuk gengsi, bukan karena kebutuhan.

Cara Memutusnya:
Mulailah menghindari pembelian yang tidak perlu, khususnya jika harus berutang. Jika ingin berutang, pilih yang sifatnya produktif, seperti modal bisnis atau pendidikan yang bisa menambah nilai. Dengan mengurangi utang konsumtif, Anda dapat lebih fokus pada kebutuhan penting dan memperbaiki kesehatan keuangan.

3. Pola Pikir Kekurangan (Scarcity Mindset)
Orang yang selalu merasa "tidak cukup" cenderung takut mengambil risiko dan lebih sulit melihat peluang untuk berkembang. Konsep ini dijelaskan oleh Sendhil Mullainathan dan Eldar Shafir dalam buku *Scarcity: Why Having Too Little Means So Much*, yang menyoroti bagaimana pola pikir kekurangan membuat seseorang cenderung fokus pada hambatan daripada peluang. Penelitian mereka menunjukkan bahwa pola pikir seperti ini dapat memengaruhi pengambilan keputusan keuangan secara negatif dan menghambat pertumbuhan.

Cara Memutusnya:
Cobalah untuk mengembangkan pola pikir yang positif dan berfokus pada kelimpahan (abundance mindset). Anda bisa mulai dengan menetapkan tujuan kecil dan secara bertahap meningkatkan tabungan dan investasi. Alih-alih berpikir "tidak cukup," coba lihat setiap pengeluaran sebagai cara untuk mendekatkan Anda pada tujuan keuangan yang lebih besar.

4. Tidak Punya Rencana Keuangan yang Jelas
Orang yang tidak memiliki perencanaan keuangan biasanya lebih rentan menghabiskan uang secara impulsif, yang bisa membuat mereka sulit mencapai tujuan finansial jangka panjang. Menurut teori *Goal Setting Theory* oleh Locke dan Latham, tujuan yang jelas dan terencana dapat membantu meningkatkan motivasi dan pengendalian diri. Penelitian ini mendukung ide bahwa perencanaan keuangan dapat menjadi langkah utama dalam mencapai stabilitas dan kekayaan.

Cara Memutusnya:
Mulailah membuat rencana keuangan, dengan tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Misalnya, rencana menabung 10% dari penghasilan untuk investasi dan 10% lainnya untuk dana darurat. Rencana ini bisa membantu Anda melihat gambaran yang lebih besar dan menghindari pengeluaran berlebihan.

5. Kurangnya Investasi dalam Diri Sendiri
Investasi dalam keterampilan dan pendidikan sering kali diremehkan, meskipun ini dapat meningkatkan peluang seseorang memperoleh penghasilan lebih tinggi. Menurut teori *Human Capital Theory* dari Theodore Schultz, investasi dalam pendidikan dan keterampilan meningkatkan "kapital manusia," yang berdampak langsung pada penghasilan di masa depan. Penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang terus meningkatkan kemampuan lebih mudah meningkatkan taraf hidup dan mencapai tujuan keuangan mereka.

Cara Memutusnya:
Sisihkan sebagian pendapatan untuk mengembangkan keterampilan yang relevan dengan pekerjaan atau minat Anda. Misalnya, ikuti kursus profesional, pelatihan, atau baca buku yang bermanfaat bagi pengembangan diri. Dengan begitu, Anda bisa meningkatkan nilai diri dan daya saing di pasar kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun