Mohon tunggu...
muhammad fadlullah
muhammad fadlullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi saya bermain bola

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Mahasiswa Asistensi Mengajar 3 dalam Menerapkan Media Pembelajaran Numerasi di SDN 18 Ampenan

27 Juni 2024   09:47 Diperbarui: 27 Juni 2024   09:54 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebih lanjut, guru menyampaikan bahwa penggunaan alat peraga penunjuk jam juga membantu peserta didik dalam memahami konsep durasi waktu. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Atikah (2024), yang mengatakan serupa bahwa konsep durasi waktu dapat dipahami dengan metode alat peraga jam. Dengan menggerakkan jarum jam, peserta didik dapat melihat secara visual berapa lama waktu yang berlalu antara dua titik waktu tertentu. Hal ini membantu mereka dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan perhitungan durasi, seperti menghitung lama waktu suatu kegiatan atau menentukan waktu selesai jika diketahui waktu mulai dan durasi suatu aktivitas.

Guru juga mengungkapkan bahwa penerapan ketiga media pembelajaran ini secara terintegrasi memberikan dampak yang lebih komprehensif terhadap peningkatan kemampuan numerasi peserta didik. Misalnya, dalam pembelajaran tentang waktu, guru dapat menggunakan kantong bilangan untuk menjelaskan konsep 60 menit dalam 1 jam, kemudian menggunakan alat peraga penunjuk jam untuk mendemonstrasikan pergerakan jarum jam, dan akhirnya menggunakan kantong perkalian untuk menghitung durasi waktu dalam satuan jam. Integrasi ketiga media pembelajaran ini menciptakan pengalaman belajar yang holistik dan menarik bagi peserta didik. Guru mengamati bahwa peserta didik menjadi lebih antusias dalam mengikuti pelajaran matematika dan menunjukkan peningkatan dalam kemampuan memecahkan masalah yang berkaitan dengan bilangan, perkalian, dan waktu.

Namun, guru juga mengakui bahwa penerapan media pembelajaran ini membutuhkan persiapan yang lebih matang dan waktu yang lebih banyak dalam pelaksanaannya. Guru harus memastikan bahwa setiap peserta didik memiliki kesempatan untuk menggunakan media pembelajaran secara langsung, yang terkadang menjadi tantangan dalam kelas dengan jumlah peserta didik yang banyak. Untuk mengatasi hal ini, guru seringkali membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok kecil dan merancang kegiatan pembelajaran yang memungkinkan rotasi penggunaan media pembelajaran.

Selain itu, guru juga menekankan pentingnya memberikan panduan yang jelas kepada peserta didik dalam menggunakan media pembelajaran. Tanpa instruksi yang tepat, ada risiko peserta didik hanya bermain-main dengan media tanpa memahami konsep yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, guru selalu memulai pembelajaran dengan demonstrasi yang jelas tentang cara penggunaan media dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Dalam hal dampak terhadap hasil belajar, guru melaporkan adanya peningkatan yang signifikan dalam nilai-nilai ulangan harian dan ujian tengah semester peserta didik kelas II setelah penerapan ketiga media pembelajaran ini. Rata-rata nilai kelas mengalami kenaikan, dan jumlah peserta didik yang mencapai KKM juga meningkat. Hal ini memperlihatkan bahwa penggunaan media pembelajaran kantong bilangan, kantong perkalian, dan alat peraga penunjuk jam efektif dalam meningkatkan kemampuan numerasi peserta didik.

Guru juga mengamati perubahan sikap peserta didik terhadap pelajaran matematika. Sebelum penerapan media pembelajaran ini, banyak peserta didik yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan. Namun, setelah belajar dengan menggunakan media pembelajaran yang interaktif, peserta didik menjadi lebih antusias dan percaya diri dalam menghadapi tantangan matematika. Mereka tidak lagi takut untuk mencoba menyelesaikan soal-soal yang diberikan dan bahkan menunjukkan inisiatif untuk membantu teman-teman mereka yang masih kesulitan.

Meskipun secara keseluruhan penerapan media pembelajaran ini menunjukkan hasil yang positif, guru juga mengidentifikasi beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah keterbatasan jumlah media pembelajaran yang tersedia. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Utari (2017), yang mengatakan serupa bahwa jumlah media yang tersedia terbatas pada 8 SD Negeri di Kota Belitar. Idealnya, setiap peserta didik memiliki akses ke media pembelajaran secara individual, namun karena keterbatasan anggaran, sekolah hanya mampu menyediakan sejumlah terbatas media pembelajaran yang harus digunakan secara bergantian. Untuk mengatasi hal ini, guru telah mengembangkan strategi pembelajaran kooperatif, di mana peserta didik bekerja dalam kelompok kecil untuk menggunakan media pembelajaran. Strategi ini tidak hanya membantu mengatasi keterbatasan jumlah media, tetapi juga mendorong keterampilan sosial dan kerja sama di antara peserta didik.

Tantangan lain yang diidentifikasi adalah kebutuhan untuk terus mengembangkan kreativitas dalam penggunaan media pembelajaran agar peserta didik tidak merasa bosan. Guru mengakui bahwa meskipun media pembelajaran ini sangat efektif, ada risiko peserta didik kehilangan minat jika digunakan dengan cara yang sama secara terus-menerus. Oleh karena itu, guru terus berupaya untuk mengembangkan variasi dalam penggunaan media, misalnya dengan merancang permainan edukatif atau kompetisi yang melibatkan penggunaan media pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun