Mohon tunggu...
Muhammad Taufiq Abadi
Muhammad Taufiq Abadi Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Muhammad Taufiq Abadi, lahir di Lamongan pada 28 Agustus 1991, merupakan anak dari pasangan Sudarmaji dan Rukiyah. Taufiq tumbuh dalam lingkungan yang erat kaitannya dengan pertanian, di mana perjuangan untuk memuliakan diri menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupannya sehari-hari. Lingkungan ini membentuk karakter Taufiq yang penuh semangat dan tekad untuk terus belajar dan berkembang. Dalam perjalanan hidupnya, Taufiq mempersunting Marfita Hikmatul Aini, seorang wanita yang dikenalnya saat sedang merintis karir sebagai dosen di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Perjalanan hidup mereka bersama-sama dilandasi oleh semangat perjuangan dan komitmen terhadap pendidikan. Taufiq menempuh pendidikan tinggi dengan tekad kuat, menyelesaikan studi S1 di Universitas Pekalongan dengan konsentrasi Manajemen Keuangan. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan ke jenjang Magister Manajemen di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Semarang. Selama masa studinya, Taufiq aktif menulis dan menghasilkan berbagai karya ilmiah di bidang manajemen keuangan yang telah dipublikasikan di jurnal lokal dan nasional. Karir Taufiq tidak dimulai dari dunia akademis. Sebelum menjadi dosen, ia adalah seorang pedagang kaki lima yang berjuang keras untuk menuntut ilmu. Pengalaman hidupnya termasuk berjualan es kopyor keliling, pecel lele, dan soto Lamongan saat masih kuliah, serta bekerja sebagai marketing di beberapa perusahaan. Pengalaman tersebut membentuk mental kewirausahaan dan ketangguhan yang menjadi ciri khasnya. Saat ini, Muhammad Taufiq Abadi berperan sebagai tenaga pendidik (dosen) di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Di sana, ia mengajar berbagai mata kuliah seperti Kewirausahaan, Ekonomi Koperasi, Studi Kelayakan Bisnis, Ekonomi Moneter, Statistik, Pengantar Bisnis & Manajemen, serta Manajemen Keuangan. Dalam peran ini, Taufiq tidak hanya berbagi ilmu, tetapi juga menginspirasi banyak mahasiswa untuk terus berjuang dan meraih mimpi-mimpi mereka, sebagaimana yang telah ia lakukan sepanjang hidupnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tranformasi Indonesia: Membanguan dari Pinggiran hingga Meningkatkan Daya Saing Global

5 September 2024   15:48 Diperbarui: 5 September 2024   15:56 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fondasi Baru Indonesia: Membangun dari Pinggiran Menuju Peradaban Baru

Selama satu dekade terakhir, Indonesia telah melangkah jauh dalam membangun fondasi dan peradaban baru yang Indonesiasentris. Pembangunan ini dimulai dari pinggiran, desa, hingga daerah terluar. Pendekatan ini telah mengubah wajah Indonesia dengan hasil yang signifikan. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, Indonesia berhasil membangun 366 ribu kilometer jalan desa, 1,9 juta meter jembatan desa, 2.700 kilometer jalan tol baru, 6.000 kilometer jalan nasional, 50 pelabuhan dan bandara baru, 43 bendungan baru, dan 1,1 juta hektare jaringan irigasi baru. Infrastruktur yang masif ini tidak hanya membuka akses baru, tetapi juga mempercepat mobilitas dan distribusi di seluruh pelosok negeri. Pembangunan ini membuktikan komitmen pemerintah untuk mengurangi kesenjangan antara pusat dan daerah, serta membawa manfaat nyata bagi masyarakat yang selama ini terisolasi dari pusat-pusat ekonomi. Dengan infrastruktur yang kini lebih merata, Indonesia berdiri kokoh di atas fondasi yang kuat, siap melangkah ke masa depan dengan optimisme.

Menurunkan Biaya Logistik dan Meningkatkan Daya Saing Global

Salah satu pencapaian monumental dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia adalah penurunan biaya logistik yang signifikan. Dalam sepuluh tahun terakhir, biaya logistik yang sebelumnya mencapai 24 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) berhasil ditekan menjadi 14 persen pada tahun 2023. Penurunan ini menjadi angin segar bagi dunia usaha di Indonesia, karena dengan biaya logistik yang lebih rendah, efisiensi distribusi barang dan jasa meningkat. Imbasnya, daya saing Indonesia di kancah global pun melonjak. Pada tahun 2024, Indonesia berhasil memperbaiki peringkat daya saing globalnya dari posisi 44 menjadi 27, sebuah lompatan besar yang mencerminkan keberhasilan reformasi infrastruktur dan kebijakan ekonomi. Penurunan biaya logistik ini tidak hanya meningkatkan efisiensi dalam distribusi, tetapi juga membuka peluang bagi Indonesia untuk bersaing lebih agresif di pasar global, meningkatkan ekspor, dan menarik investasi asing. Dengan daya saing yang semakin kuat, Indonesia kini menjadi pemain yang lebih diperhitungkan di arena ekonomi global.

Persatuan yang Kuat di Tengah Tantangan Global

Infrastruktur yang dibangun dengan pendekatan Indonesiasentris juga membawa dampak positif pada persatuan bangsa. Dengan akses yang lebih merata dan berkeadilan, Indonesia berhasil memperkuat rasa kebersamaan di antara masyarakatnya. Ketangguhan Indonesia sebagai sebuah bangsa juga teruji melalui berbagai tantangan, mulai dari pandemi COVID-19, perubahan iklim, hingga ketidakstabilan geopolitik dunia yang semakin memanas. Dalam menghadapi pandemi, Indonesia mampu menjaga stabilitas ekonomi dengan pertumbuhan yang tetap terjaga di kisaran 5 persen, meski banyak negara lain mengalami perlambatan atau bahkan kontraksi. Di Indonesia Timur, seperti Papua dan Maluku, pertumbuhan ekonomi bahkan melampaui 6 persen, sementara Maluku Utara mencatatkan pertumbuhan yang luar biasa di atas 20 persen. Prestasi ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga tumbuh dan berkembang di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian. Dengan fondasi yang kuat dan persatuan yang kokoh, Indonesia siap menghadapi tantangan global yang semakin kompleks di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun