Ramai sekali menggatalkan tangan untuk menulis sesuatu. Isu yang sedang in pekan kemarin, membawa nabi dengan sabda di bidangnya yang langsung di impor dari negeri sebrang jauh disana. Diskusi  tentang kenikmatan lubang, berebut fatwa tentang mana yang menggairahkan yang dapat membuat ereksi pedang. Sedikit anomali, karena bukan yang depan tapi belakang, sang pamungkas dari seluruh pencernaan.Â
Setelah itu, aku mencoba mencurahkan kegelisahan atas kondisi yang bagiku adalah keanehan. Begini  bunyinya;
Berada di garis depan dengan senjata layar. Seolah benar macam nabi anyar. Bicara kehidupan dengan sabda pembenaran. Ah dasar si benar.Â
Manusia menyantap tanpa pemikiran. Terututp penglihatan dan pendengaran. Disumpal dunia dengan dubur dan selangkangan. Ah dasar si bengal.
Saksikanlah pertunjukan. Pembenaran versus kebodohan. Senyaplah kebenaran, sampai saat ketetapan datang.Â
Kutipan di atas bagiku adalah kebingungan, keanehan, bisa juga kesenangan. Terhadap suguhan pertunjukan yang aku, kamu, dan kita santap setiap pagi dan petang. Mematahkan hidup yang tanpa asa dan tujuan. Entah dimana akan dibawa ini tulisan. Maafkan dan sekian.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H