"Maka dari itu para santri milenial harus lebih banyak mengunggah ataupun menyampaikan pendapatnya melalui media sosial, internet atau media cyber sebagaimana rasa cinta tanah air tetap ditumbuhkan, kita tetap islam tapi kemudian negara kita ini NKRI lalu kita menunjukkan islam yang seperti apaa? Yaitu islam yang rahmatan lil alamin. Islam yang memberikan rahmat, memberikan kasih sayang kesemua pihak bukan hanya orang islam tapi juga masyarakat non muslim, kepada alam, serta makhluk tuhan yang lainnya," paparnya.
Jadi, lanjut Dawud, santri itu tidak melakukan pengerusakan, tidak melakukan upaya pemecah belah, tidak melakukan upaya yang menyebabkan disintegrasi masyarakat atau generasi bangsa.
Menurutnya, peran santri dari dulu hingga sekarang tidak pernah berbeda. Tetap memepertahakan NKRI dengan cara santri, mencintai negara ini dengan segenap jiwa dan raga, tida perlu ikut aliran-aliran atau kelompok-kelompok yang berusaha memecah belah. yaitu kelompok yang selalu menggembar gemborkan tentang syariah islam, negara islam bersyariah, atau lebih-lebih negara khilafah islam, dll, yang nantinya memecah belah NKRI.
"Indonesia tidak hanya islam, ada hindu, budha, kongucu, kristen, katolik, dll. Itu semua harus tetap dijaga, berbicara tentang khilafah, tentang syariah islam, mereka pasti akan protes. Karena Bali sudah siap-siap melepaskan diri dari Indonesia kalau kita ngomong soal khilafah. Maka dari itu tidak usah ikut model pengajian, model kajian kelompok, atau organisasi yang berbicara soal jihat, kafir, dan bid'ah. Sudah tinggalkan saja," tegas Dawud yang juga Dosen IAIN Jember.* (Andiko, Aqin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H