Partisipasi politik generasi muda mengacu pada keterlibatan dan aktivitas politik yang dilakukan oleh individu yang berusia muda, pada umumnya antara usia remaja hingga awal dewasa. Partisipasi politik generasi muda dapat meliputi pemungutan suara dalam pemilihan umum, keanggotaan dalam organisasi politik atau gerakan sosial, kampanye politik, protes, dan partisipasi dalam diskusi atau debat politik.Â
Hal ini penting karena generasi muda memiliki potensi untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat dan politik dengan memperjuangkan isu-isu yang relevan bagi mereka.
Beberapa tindakan yang paling sering diterima sebagai partisipasi politik adalah menandatangani petisi, bergabung dengan partai politik, atau memberikan suara dalam pemilihan. Namun, sejauh ini, tujuan umum hanya mencapai sejauh itu. Untuk menjelaskan bagaimana sebaiknya partisipasi politik didefinisikan, kita perlu kembali beberapa dekade kebelakang.Â
Pada tahun 1973, Robert Dahl memberikan pandangan awal tentang apa yang mungkin dimaksudkan dengan partisipasi politik. Dalam bukunya "Poliarchy: Participation and Opposition," ia menganggap partisipasi politik sebagai bagian penting dari demokrasi modern karena memungkinkan warga negara untuk menuntut pertanggungjawaban pemerintah mereka (Dahl, 1973). Namun, Dahl tidak secara tegas mendefinisikan konsep partisipasi politik ini.Â
Definisinya hanya mencakup tindakan-tindakan yang terjadi dalam kerangka kerja institusional suatu negara, yang berarti bahwa tindakan seperti konsumerisme (Stolle et al., 2005) atau bahkan hanya menekan tombol "suka" di media sosial tidak akan dianggap sebagai partisipasi, meskipun sebenarnya bisa dianggap sebagai cara untuk menuntut pertanggungjawaban pemerintah.Â
Namun, karya-karya Dahl mengandung elemen-elemen fundamental yang membentuk konsep partisipasi politik modern kita, termasuk pertanggungjawaban dan perbedaan antara warga negara biasa dan politisi profesional, yang juga ditemukan dalam karya yang dikenal lainnya seperti karya Verba dan Nie (1972).
Teori efek generasi didasarkan pada prinsip bahwa proses sosialisasi sebelum dewasa memiliki pengaruh yang berkelanjutan pada pembentukan sikap politik. Dalam konteks ini, masa remaja setiap individu merupakan periode yang penting dalam perkembangan pemikiran politik.
Dengan beralasan demikian, beberapa penulis mengasumsikan bahwa karena generasi muda saat ini lebih pasif secara politik, mereka mungkin tidak akan mencapai tingkat partisipasi politik yang sama dengan generasi lansia saat ini (Martikainen dkk., 2005). Salah satu penjelasan untuk hal ini adalah bahwa kaum muda saat ini menghadapi kendala yang lebih besar dalam mencapai tonggak-tonggak penting dalam kehidupan dewasa (Arnett, 2014; Tagliabue dkk., 2014), yang mengakibatkan penundaan yang tidak dapat diperbaiki dalam partisipasi politik.Â
Penelitian menunjukkan bahwa generasi muda masih mempertahankan ciri-ciri khas yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya, dan ini mungkin akan mengakibatkan adanya generasi peserta politik yang lebih pasif yang akan menggantikan pemilih saat ini (Quintelier, 2007).
Generasi muda yang pasif dalam politik dapat menyebabkan beberapa dampak negatif, antara lain:
1. Kesenjangan Representasi: Ketika generasi muda tidak terlibat dalam politik, suara dan perspektif mereka tidak diwakili secara adekuat dalam proses pengambilan keputusan politik. Hal ini dapat menyebabkan kesenjangan representasi dan ketidakseimbangan kepentingan antara generasi yang berbeda.
2. Kebijakan Publik yang Tidak Berpihak: Keterlibatan yang rendah dari generasi muda dapat mengakibatkan kebijakan publik yang tidak memperhatikan atau memprioritaskan kebutuhan dan aspirasi mereka. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan dan alienasi terhadap sistem politik.
3. Pembatasan Inovasi dan Perubahan: Generasi muda sering kali membawa ide-ide segar, inovasi, dan pandangan baru dalam politik. Ketika mereka tidak terlibat, proses pembuatan keputusan politik cenderung stagnan dan kurang menerima perubahan yang diperlukan untuk menanggapi perubahan sosial dan teknologi.
4. Penurunan Partisipasi Demokratis: Partisipasi politik yang rendah dari generasi muda dapat menyebabkan penurunan keseluruhan partisipasi demokratis dalam masyarakat. Hal ini dapat mengancam kesehatan demokrasi dan legitimasi pemerintah.
5. Meningkatnya Kesenjangan Generasi: Ketidakaktifan politik generasi muda dapat memperdalam kesenjangan antara generasi yang lebih tua dan lebih muda, menciptakan ketegangan sosial dan politik dalam masyarakat.
Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk terlibat dalam politik untuk memastikan bahwa suara mereka didengar, kebutuhan mereka dipertimbangkan, dan perubahan yang diperlukan dapat terjadi untuk masa depan yang lebih baik bagi semua orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H