hallo semuanya.
Jepang sangat kuat kaiitanya dengan wibu,banyak orang yang bilang kalau pecinta anime merupakan seorang wibu. Namun, elemen penting yang disebut wibu tidak selalu terkait erat dengan anime.Wibu dapat merujuk pada hal-hal seperti idola Jepang, lagu Jepang, pertunjukan gaya Jepang, dan kebiasaan menggunakan bahasa Jepang.
Dengan fenomena di atas banyak orang yang beranggapan bahwa wibu itu alay dan tidak sedikit yang membuly orang yang seperti itu.Padahal kalau kita dalami mengenai jepang,Jepang merupakan negara yang keras,itu dapat dilihat dari bushido dan chinmoku.
Udah pernah denger tentang bushido dan chinmoku belum? Kalau belum parah banget loh,jaman sekarang masih belum tau sama istilah ini heheheh.
Yaudah kalau belum tau nih aku jelasin apa itu "Bushido dan Chinmoku".
Bushido sendiri dikenal sebagai "the way of warrior" yang menjelaskan tentang kehidupan prajurit jepang.Bushido berakar pada nilai-nilai moral samurai yang mengedepankan kerendahan hati, kesetiaan, penguasaan bela diri, dan kehormatan sampai mati. Tuntutan kesetiaan dan kesempurnaan dalam pelayanan merupakan dua hal yang dianggap sangat penting dalam tatanan sosial dan budaya Jepang. Ini berevolusi dari Zen Buddhisme dan berorientasi pada Konfusius. Hingga saat ini, meskipun era samurai telah berubah dan samurai tidak lagi menjadi kelas sosial yang tinggi di masyarakat, beberapa ajaran mereka masih berlaku dalam kehidupan masyarakat Jepang.
Muncul pada periode Kamakura, samurai awal adalah kelompok kelas atas yang sangat dihormati. Pekerjaan samurai tidak hanya di bidang keamanan dan pertahanan, tetapi juga di bidang administrasi dan sosial, seperti penentuan dan pemungutan pajak, dan koordinasi ketertiban sosial. Saat menjalankan tugasnya, samurai memakai perlengkapan khas samurai. Pada awal pembentukan, samurai menggunakan busur dan anak panah (yumi), yang umum pada saat itu. Dalam perkembangan selanjutnya, samurai menggunakan pedang (katana) sebagai senjata utama mereka, yang dianggap paling efisien. Dalam perkembangan selanjutnya, pedang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan samurai.
Posisi samurai di era Kamakura adalah tempat yang sangat penting. Karena pada masa ini banyak terjadi pertempuran antar kelompok keluarga yang memperebutkan kekuasaan tertinggi sebagai jenderal. Selain memperkuat status dan kedudukan samurai, semangat Bushido yang berasal dari zaman Kamakura semakin diwarisi oleh samurai pada zaman Muromachi (1333-1573), Azuchi-Momoyama (1573-1603), dan zaman Edo. . Periode (1603-1867).
Selama periode Muromachi, ketika pertempuran masih sering terjadi, samurai memainkan peran yang lebih besar dalam keshogunan dan masyarakat. Perang saudara berikutnya dipicu oleh perebutan kekuasaan antara keluarga kekaisaran dan keterlibatan shogun sebagai pendukung keluarga kekaisaran. Shogun Takauji Ashikaga, yang menggulingkan kekuasaan Shogun Minamoto dan memulihkan kekuasaan Kaisar Godaigo selama periode Kamakura, melawan Kaisar Godaigo dalam evolusi berikutnya. Setelah itu, Shogun Takauji Ashikaga menobatkan Kaisar Kamei, menciptakan dua kekuatan: kekuatan Kaisar Gobago, yang memerintah Yoshino (wilayah Nara) di selatan, dan kekuatan Kaisar Kamei, yang berpusat di Kyoto di utara.
Dampak positif dan negatif bushido
Ajaran etika, semangat, atau moralitas diajarkan melalui kurikulum pelajaran moral (moru) kurikulum Jepang, yang mencakup unsur kesetiaan. Hal ini dilakukan sejak usia dini untuk mendongkrak semangat. Namun, etika moral tradisional yang melekat di Jepang tampaknya memudar.
Kesetiaan mereka kepada Bushido juga menyebabkan terlalu banyak pekerjaan di Jepang, dan bahkan dapat menyebabkan kematian ketika orang mencoba menunjukkan siapa mereka. Juga, di zaman modern, beberapa orang Jepang didorong untuk bunuh diri untuk membersihkan publisitas buruk atau meminta maaf atas dosa dan kesalahan di tempat kerja atau di rumah. Orang Jepang cenderung menerima, memuliakan, dan bersimpati dengan para korban bunuh diri jenis ini. Hal ini berdampak negatif bagi masyarakat, khususnya kaum muda.
Chinmoku,berarti diam,Diam berarti mengartikan sesuatu tanpa mengatakan apapun,Orang Jepang telah lama menganggap diam sebagai hal yang baik dan percaya bahwa diam adalah sikap sejati seseorang, yang dilambangkan dengan dua kata 'hati' dan memerintahkan kita untuk berkomunikasi dengan hormat.Orang Jepang percaya bahwa kebenaran hanya ada di dalam diri orang yang diwakili oleh hati. Bagian luar tubuh, seperti wajah, mulut, dan ucapan, bertentangan dengan kemampuan kognitif dan kesalahan moral.Dalam kehidupan sosial Jepang, orang biasanya mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian penting dari kelompok komunitas mereka. Chinmoku biasanya digunakan untuk menunjukkan kekhawatiran atau kecurigaan, mencari cara untuk berkomunikasi dengan tenang.Selain itu, ada juga keheningan untuk menjaga jarak tertentu karena menyakiti seseorang. Diam digunakan sebagai sarana untuk mempertahankan posisi seseorang atau untuk menyembunyikan fakta yang dianggap salah.
Bersudut pada isu gender dan tingkat bahasa. Di Jepang, pria pendiam jauh lebih dipercaya daripada pria berisik. Jadi mereka yang diam dianggap lebih pintar dan lebih tahu daripada mereka yang berbicara tanpa spasi. Namun, tidak seperti kalimat di atas, wanita tidak bisa dibatasi oleh jumlah kata yang mereka ukur di kepala mereka. Perempuan bebas menyampaikan pendapat dan berbicara sesuai dengan idenya sendiri. Ini mengarah pada dua jenis hubungan ini. Pasangan yang saling mencintai dapat menerima situasi yang tenang ini. Meskipun agak sulit untuk menggambarkan arti dari keduanya. Namun, metode ini benar-benar bisa menjadi solusi Anda untuk hubungan yang cukup adil.
Dalam komunikasi Jepang sendiri, mungkin sulit untuk memahami arti dan fungsi sebenarnya dari keheningan. Keheningan dapat menjadi hambatan serius bagi pemahaman lintas budaya saat berkomunikasi dengan orang-orang dari negara lain. Dijelaskan bahwa diam dapat memiliki berbagai arti dalam masyarakat Jepang, seperti: B. Kasih sayang, kerendahan hati, persetujuan, kesabaran, rasa malu, dendam, kurangnya pengampunan atau perlawanan, ketidakpedulian. Menurut Naotsuka (1996, hlm. 220-223), banyak orang di negara lain menganggap komunikasi gaya Jepang memakan waktu.
 Budaya konteks tinggi semacam itu agak membingungkan bagi orang Barat. Kediaman ini seolah memperumit hubungan antara orang-orang yang tidak bisa membaca pikiran satu sama lain. Di negara-negara Barat, anak-anak telah diajari untuk memiliki keberanian untuk mengungkapkan pikiran mereka. Mereka diajari sejak dini untuk memberikan pendapat, bertanya, bahkan mengkritik. Sementara itu, suasana malu dan kebingungan tentang berbicara dengan orang tua menyapu ruangan Jepang.
Jepang sendiri tidak mempermasalahkan budaya diam ini. Mereka adalah orang-orang yang "berjiwa". Diam itu sopan, dan setelah gosip terkubur di benak orang lain, hanya kata-kata belakang yang tertinggal. Namun, setiap budaya memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri. Di sini umat manusia dilestarikan dan dilestarikan, dan selalu dapat hidup berdampingan dalam harmoni selamanya. Ini adalah ekspresi yang tak tertahankan melalui bawah tanah, bahkan dengan banyak suara yang berkeliaran di dunia di belakang kami.
Dari yang telah dipaparkan di atas dapat kita ketahui bahwa masyarakat jepang merupakan masyarakat yang keras dan disiplin.walaupun Nilai-nilai Bushido saat ini tidak lagi sekuat pada masa feodal, namun semangat bushido masih tetap ada di masyarakat Jepang. Hal ini terlihat pada orang Jepang yang selalu melakukan yang terbaik untuk atasannya, untuk pekerjaannya, untuk keluarganya, dan sebagainya. Jadi gimananih?masih menganggap masyarakat jepang alay?sebenarnya jika kita mengetahui lebih dalam maka kita akan menemukan hal-hal yang menarik seperti ini.