Mohon tunggu...
Muhammad HelmiNurrohman
Muhammad HelmiNurrohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Uin Sunan Gunung Djati Bandung

mahasiswa sejarah yang candu nulis opini karena tugas dosen

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Rosie Bae Tapi Bikin Bete

23 Januari 2024   07:14 Diperbarui: 23 Januari 2024   07:19 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber: ladbible.com

Netflix terus menghadirkan tontonan akhir tahun bertema apocalypse, dengan "Leave the World Behind" menjadi puncaknya setelah "Don't Look Up" dan mockumentary "Death to 2020" serta "Death to 2021". Netizen ramai membicarakan film ini, tidak hanya karena keterlibatan Barack Obama, tetapi juga adanya konspirasi seputar apocalypse dunia melalui serangan cyber yang mematikan internet di Amerika Serikat.

Film ini bukan sekadar hiburan santai; di balik ceritanya yang mendebarkan, ada pesan makna dan kehadiran tokoh Rosie yang mencuri perhatian. Barack Obama terlibat dalam produksinya, memperkuat daya tarik film ini di mata netizen.

Konspirasi seputar serangan cyber dan matinya internet di Amerika Serikat menjadi bahan obrolan hangat netizen, menambah keintriguan terhadap film ini. Meskipun sangat cocok untuk tontonan santai, "Leave the World Behind" juga dipenuhi dengan makna dan pesan tersembunyi.Namun, di tengah kekompleksan cerita, satu tokoh muncul dan mencuri perhatian: Rosie.

Rosie dan Film Lawasanya

Rosie yang merupakan gen z, sudah sangat terbiasa melakukan segala aktivitas menggunakan gadget, sehingga gadget sudah menjadi separuh hidup rosie bahkan ketika dunia di Leave the world behind sedang menghadapi ancaman cyber dari serangan teroris dan keluarganya sedang bertahan hidup dari ancaman yang tidak diketahui pasti apa yang sedang terjadi, rosie sebagai anak gen z tetap pada pendiriannya dan hobinya yaitu ingin menamatkan film lawas yang berjudul F.R.I.E.N.D.S (1994 -- 2004).

Puncak dramatis terjadi ketika Rosie menemukan bunker keluarga Thornes yang penuh dengan persediaan bertahan hidup dan koleksi Blu-ray lengkap "F.R.I.E.N.D.S". Momen krusial muncul ketika Rosie harus memilih antara menemui ibunya yang mencarinya atau melanjutkan menonton film tersebut. Momen ini tidak hanya menyoroti keteguhan karakter Rosie, tetapi juga membuka ruang untuk merenungkan dampak ketergantungan teknologi pada prioritas hidup, terutama dalam konteks krisis.

Momen ini tidak hanya menggambarkan keteguhan karakter Rosie, tetapi juga membuka kesempatan untuk merenungkan dampak ketergantungan teknologi pada prioritas hidup seseorang, terutama dalam konteks krisis.

Kontras kepentingan pribadi dan darurat global

Kontras antara kepentingan pribadi Rosie dan ancaman global memunculkan pertanyaan mendasar tentang peran gadget dan dunia digital. Apakah kenyamanan dan hiburan digital dapat menjadi benteng psikologis yang membantu seseorang bertahan, atau menjadi bentuk pelarian yang mengabaikan realitas sekitar ?, menjadi pertanyaan sentral dalam perjalanan karakter Rosie.

Penting untuk dicatat bahwa ketergantungan Rosie pada hiburan digital di tengah situasi krisis membuka jendela terhadap perdebatan lebih dalam tentang bagaimana generasi Z berinteraksi dengan teknologi. Gejala ini tidak hanya mencerminkan ketergantungan pada gadget sebagai alat, melainkan juga menggambarkan bahwa gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dari diri Rosie. Film ini memberikan kesempatan bagi penonton untuk merenungkan sejauh mana generasi Z terhubung dengan teknologi, dan bagaimana ketergantungan ini memengaruhi cara mereka memandang dan memprioritaskan kehidupan nyata, terutama dalam situasi darurat.

Dengan gejala tersebut bisa dipastikan bahwa Rosie adalah benar-benar gen z yang sangat memedulikan kepentingannya, sangat terkena dampak negatifnya sebuah gadget dan tidak memedulikan ibunya yang sedang mencarinya untuk memastikan Rosie aman dan tidak sedang dalam bahaya dan kakaknya archie yang sedang dalam sakit berbahaya sekalipun.

Dengan tema yang kuat dan karakter yang mendalam, "Leave the World Behind" tidak hanya menyajikan hiburan apokaliptik yang mendebarkan, tetapi juga mempersembahkan refleksi mendalam tentang bagaimana generasi Z berinteraksi dengan dunia sekitarnya, terutama dalam menghadapi krisis global. Dalam kontrast antara kepentingan pribadi Rosie dan ketidakpastian global, film ini menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana kita, sebagai penonton, dapat memahami dan mengidentifikasi diri dalam nilai-nilai dan kecenderungan generasi muda ini.

Leave the World Behind" bukan sekadar tontonan; film ini mengajak penonton untuk merenungkan peran teknologi dan nilai-nilai pribadi di dunia modern yang terus berkembang, menghadapi tantangan yang lebih besar daripada bencana digital semata. Dalam pengembangan cerita ini, penonton dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang mendalam, memicu refleksi tentang peran teknologi dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana nilai-nilai pribadi kita dapat membentuk respons terhadap krisis global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun