Mohon tunggu...
Syukron Albusta
Syukron Albusta Mohon Tunggu... Wiraswasta - www.dokterspiritual.blogspot.com

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. _Pramoedya Ananta Toer_

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"God Line"

10 Juli 2018   00:03 Diperbarui: 10 Juli 2018   00:23 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Garis tuhan atau "God Line" semacam aturan yang hanya tuhan dalam memegang semua kendali, manusia diposisi ini cukup menjalani skenario layaknya sebuah film, tidak ada yang menghalangi keinginan skenario atau merubahnya dengan jalan cerita lain, manusia yang diberikan jalan hidup berbeda denga manusia yang lain, inilah yang dinamakan "God Line"

Lalu untuk apa usaha jika semua sudah ditentukan oleh tuhan? Jika akhirnya nanti sudah jelas jadi apa, berarti manusia melakukan hal yang sia-sia! Pertanyaan-pertanyaan ini memberi dampak begitu besar terhadap kepercayaan manusia terhadap tuhan itu sendiri, dalam kasus ini tidak sedikit aliran-aliran yang menyimpang mengkajinya, salah satu contoh aliran Jabbariyah yang hanya mengimani bahwa tuhan tidak memiliki peran sama sekali dalam berusaha, apa pun jadinya maka tuhan tidak sangkaut pautnya dengan manusia.

God line jika dipahami dengan baik maka akan ada sebuah kepercayaan penuh kepada tuhan dan akhirnya ketenangan akan ada dalam hati. Ketika melihat seseorang yang tidak menerima sebuah hasil dari ujian naik kelasnya padahal usaha yang sudah maksimal dilakukan, seorang tersebut tidak menempatkan bahwa god line yang menentukan hasil dari sebuah usaha, manusia hanya bisa berusaha, sebab masih banyak orang yang berusaha tetapi belum juga berhasil.

Kembali kepada pertanyaan diatas, untuk apa usaha jika semua sudah ditentukan oleh tuhan? Disini manusia dituntut untuk mengenal antara manusia dan sang pencipta, manusia itu ciptaan maka tentu saja apa yang dicipta telah dirancang sebelumnya, nanti manusia melakukan apa, dan kemana saja manusia pergi semuanya sudah di setting oleh sang pencipta.

Lalu apa manusia tidak lagi berusaha dan menyerahkan kepada tuhan? Sekarang, setelah manusia diciptakan dan yang berhak mengendalikan manusia adalah penciptanya sendiri, lalu bagaimana manusia mengetahui bahwa seseorang itu berhasil atau tidak dalam berusaha, tidak ada yang tahu.

Karena manusia tidak tahu, maka disinilah letak kepercayaan manusia sesungguhnya, berusaha adalah hal yang harus dilakukan namun hasilnya tuhan yang menentukan. God line tidak membiarkan manusia begitu saja tanpa harus melakukan aktifitas, dan  jika manusia sudah berusaha maka tuhan selalu melihat proses-proses yang dilakukan,  orang yang berusaha dengan keras maka kebanyakannya berhasil.

God line memang perlu diketahui dengan benar, tidak sedikit orang yang salah dalam memahaminya, istilah yang paling sering didengarkan "manusia hanya berusaha dan tuhan yang menentukan" menjadi akhir kesimpulan dari tulisan diatas, dan manusia hanya menjalani skenario apa yang sudah menjadi ketetapan hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun