Mohon tunggu...
MUHAMMAD ALI EFENDI
MUHAMMAD ALI EFENDI Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati pendidikan, penulis dan youtubef

m.ali.efendi1977@gmail.com 081335593027 YouTube: PETIR PAMUNGKAS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Darahmu Darahku Membentuk Generasi Milenial yang Berkarakter Mulia

2 Mei 2020   15:18 Diperbarui: 2 Mei 2020   15:17 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Generasi millenial  adalah generasi yang menjadikan teknologi informasi sebagai gaya hidup atau lifestyle. Generasi millenial muncul sebagai fenomena baru yang dipicu oleh perkembangan teknologi informasi. Teknologi informasi ini tentu akan berpengaruh terhadap aspek pendidikan sekolah maupun kehidupan individu dalam keluarga, baik positif maupun negatif.

Salah satu dampak negatif perkembangan teknologi informasi adalah semakin merosotnya moral generasi millenial. Tawuran antar pelajar, budaya suka "membully", free seks, pesta minuman keras "oplosan", pembunuhan, perampokan yang dilakukan oleh generasi millenial. Merosotnya moral ini menjadi berita utama di setiap media masa baik cetak maupun elektronik. Hal ini terjadi akibat dari pesatnya perkembangan teknologi yang tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas budi pekerti generasi millenial, padahal perkembangan teknologi memang sangat dibutuhkan bangsa ini untuk dapat terus bersaing di era globalisasi.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah merosotnya moral generasi millennial adalah dengan cara pendidikan karakter. Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk generasi millennial yang "mbeneh". Generasi yang "Berdasi" tapi tidak pandai korupsi, generasi "pakar" tapi tidak "makar", generasi millennial yang "pinter" tapi tidak "keblinger". Artinya bahwa pendidikan karakter yang diterima oleh generasi millenial tidak hanya sebatas retorika tetapi lebih ketindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Jangan tertipu dengan "bungkus pakaian" seseorang karena "bungkus pakaian" seseorang tidak selamanya mencerminkan karakter seseorang.

Generasi millenial yang harapannya pada tahun 2045 menjadi generasi emas Indonesia diharapkan memiliki karakter mulia berupa religius, "andap asor" (atau rendah hati), gotong royong (kerjasama), "Tepa slira" (tenggang rasa), "Tresna asih" (kasih sayang), "Sumedulur" (kekeluargaan), "nguwongke/ngajeni" (menghargai/menghormati), "Aja dumeh" (tidak menyombongkan diri), "Sumeh" (ramah), dan "Ora aji mumpung" (Menggunakan kesempatan dari jabatan ataupun waktunya untuk memanfaatkan dan mencari keuntungan baik secara material maupun non material guna kepentingan pribadi ataupun kelompoknya).

Sekolah merupakan salah satu tempat yang memiliki peran untuk membentuk karakter mulia. Pembentukan karakter mulia generasi millenial (Peserta didik) harus diintegrasikan didalam setiap mata pelajaran yang diajarkan. Materi pelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan dan dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan ditingkat SMP/MTs adalah ilmu pengetahuan Alam (IPA). Dalam konteks pembelajaran IPA, sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan konsep pembelajaran pada mata pelajaran lainnya. Perbedaan yang mendasar adalah hanya tekanannya harus sesuai dengan hakikat IPA itu sendiri.

Mempelajari IPA harus terjadi proses sains, menghasilkan produk sains dengan melakukan eksperimen/percobaan dan terbentuknya sikap ilmiah. Pembelajaran IPA tidak bisa dengan cara menghafal atau pasif mendengarkan guru menjelaskan konsep.

Generasi millenial sendiri yang harus melakukan pembelajaran melalui percobaan, pengamatan maupun bereksperimen secara aktif dibawah bimbingan guru. Dengan harapan akan terbentuk kreativitas dan kesadaran generasi millenial untuk menjaga dan memperbaiki gejala-gejala alam yang terjadi untuk, selanjutnya membentuk generasi millenial memiliki  sikap ilmiah yang pada gilirannya akan aktif untuk menjaga kestabilan alam ini secara baik dan lestari.

Sistem peredaran darah merupakan salah satu materi yang diajarkan didalam pelajaran IPA tingkat SMP. Melalui materi sistem peredaran darah, kita sebagai pendidik harus dapat menjadikannya sebagai alat atau sarana untuk menanamkan beberapa karakter mulia pada generasi millenial. Dalam memberikan materi sistem  peredaran darah, maka pendidikan karakter yang bisa kita lakukan adalah dengan cara yang pertama meningkatkan religius generasi millenial terlebih dahulu. Bagaimana caranya?

Melalui materi sistem peradaran darah kita dapat meningkatkan karakter religius terhadap peserta didik. Didalam sistem peradaran darah terdapat 3 komponen utama, yaitu jantung, pembuluh darah dan darah. Jantung berfungsi sebagai organ pemompa darah; pembuluh darah bertugas mengalirkan darah; darah adalah zat yang dialirkan.

Darah memiliki fungsi diantaranya menyuplai oksigen dan nutrisi untuk keberlangsungan metabolisme yang berlangsung di dalam sel. Sistem pertahanan tubuh (imunitas) juga dilakukan oleh darah dalam hal ini adalah leukosit. Jantung, pembuluh darah dan darah bekerja secara sistematis dan terorganisir. Siapakah yang mengorganisir semua itu? Maka jawabannya adalah Allah SWT. 

Seluruh jagat raya berjalan dengan keteraturan yang sempurna karena bumi, langit, dan semua yang berada di antaranya diciptakan Allah SWT, yang memiliki kekuasaan dan ilmu yang tak terbatas. Tentu saja tidak aneh bahwa semua yang diciptakan Allah SWT memiliki kesempurnaan luar biasa dan berjalan dengan ketertiban tanpa cacat dan "noda". Yang mengejutkan justru ketidakpekaan manusia yang tiada akhir terhadap begitu banyak keajaiban yang ditemui, lihat, dengar, dan tahu (termasuk tubuhnya sendiri) serta ketidakpeduliannya pada alasan "mengapa" detail yang luar biasa ini ditunjukkan kepadanya.

Darah adalah cairan tubuh paling penting yang bertanggung jawab dalam sirkulasi nutrien, enzim-enzim, dan hormon-hormon ke seluruh tubuh. Disamping itu juga mendistribusikan substansi yang penting yaitu oksigen serta mengangkut karbon dioksida (CO2) agar tidak meracuni tubuh manusia itu sendiri. Darah, yang hanya sebuah cairan, tidak pernah gagal melakukan suatu tugas yang memerlukan perhatian dan tanggung jawabnya.

Darah tahu setiap zat yang dibawanya, untuk apa gunanya, dan kemana harus diantarkan. Misalnya, darah tidak keliru mengantarkan karbon dioksida ke sel, yang diambilnya dari sel lain sebagai zat buangan sisa metabolisme tubuh. Darah selalu memberi sel oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Darah melakukan tugas ini tanpa kesalahan atau kelelahan, karena ini adalah bagian dari rencana sempurna yang Allah ciptakan dalam tubuh manusia. Karena darah "menyerah tanpa syarat" pada sistem yang diciptakan oleh Allah SWT, seluruh sel darah melakukan tugasnya tanpa melakukan kesalahan apa pun.

Setiap hari tubuh bertempur melawan banyak bakteri, virus, dan mikroba yang dapat menyebabkan suatu penyakit (patogen). Beberapa diantaranya dicegah memasuki tubuh, sedang beberapa lainnya berhasil masuk. Tetapi ada sel perlindungan khusus dalam tubuh untuk memerangi bakteri, virus, dan mikroba yang masuk, yang disebut dengan sel kekebalan tubuh (imunitas).

Sel-sel kekebalan tubuh, yang bisa dianggap sebagai "tentara" yang memerangi "musuh" dan melindungi tubuh kita dari bahaya, bergerak di dalam aliran darah. Kapan pun ada serangan patogen, sel imunitas bisa mencapai bagian tubuh terkait melalui pembuluh darah dan dengan mudah memerangi patogen tersebut. Sel-sel kekebalan tubuh ini tidak belajar tentang "misi" yang mereka lakukan.

Sel-sel kekebalan tubuh ini telah mengetahuinya semenjak mereka ada. Sistem kekebalan tubuh mulai melakukan tugas mereka dan melindungi tubuh ketika seorang bayi dilahirkan. Hal ini adalah perincian mengagumkan dalam ciptaan Allah SWT. Allah SWT telah mengajarkan pada sel-sel apa yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang tentang pengetahuan yang sangat penting dan menganugerahkan sel-sel kekebalan tubuh untuk kepentingan kita.

Darah juga bertindak sebagai alat komunikasi dalam tubuh. Ada "kurir-kurir khusus" di dalam darah yang membawa pesan dari satu bagian tubuh ke bagian lain. "Kurir" ini, yang dikenal sebagai hormon. Hormon dihasilkan dari kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran khusus, sehingga hormon yang dihasilkan menuju organ target dialirkan bersama sistem peredaran darah. Hormon membawa pesan ke bagian-bagian tubuh terkait (organ target). Banyak proses penting, termasuk pertumbuhan tubuh, rasa haus, pengeluaran keringat, dan pengendalian tingkat gula darah terjadi berkat pesan yang diantarkan dengan tepat tersebut tanpa ada kesalahan.

Darah bergerak melalui pembuluh dan akan mengucur keluar jika terjadi luka. Namun, demi kesehatan tubuh, aliran darah itu harus dihentikan. Apakah yang menyebabkan darah berhenti mengalir segera setelah luka mulai mengucurkan darah?. Proses ini disebut dengan penggumpalan darah (koagulasi), yang merupakan salah satu sistem pertahanan otomatis dalam tubuh kita.

Beberapa zat yang ada dalam darah menghentikan dan menutupi luka tersebut. Berkat kemampuan penggumpalan darah ini, pendarahan berlebihan pun tercegah. Ketika terjadi luka pada tubuh manusia, beberapa sel dalam darah diberitahu tentang pembuluh yang rusak, dan segera menuju ke tempat itu. Pertama-tama mereka berkeliling di sekitar luka, lalu menghambat aliran darah dengan membuat sebuah jaring darah (fibrin). Jaring ini mengeras lambat laun dan membentuk gumpalan darah.

Bisakah serangkaian peristiwa ini terjadi secara kebetulan? Bagaimana beberapa sel darah mendapat informasi tentang kerusakan (luka) di suatu tempat dalam pembuluh darah, yang merupakan sebuah dunia luas jika dibandingkan dengan ukuran mereka? Mengapa sel darah bekerja keras untuk mencegah aliran darah? Bagaimana sel darah tahu bahwa mereka harus menutup luka untuk menutup kehilangan darah? Siapa yang mengajari sel-sel darah ini agar mereka menutupi luka itu?.

Sel-sel darah tidak pernah belajar tentang segala hal ini secara kebetulan dan juga tidak bisa melakukan ini dengan kemauan sendiri. Bahkan manusia, yang memiliki kecerdasan, tidak mungkin menciptakan sistem yang terperinci seperti itu dan mengajari sel apa yang harus dilakukan. Pastilah, kecerdasan yang ditunjukkan oleh sel-sel darah ini bukanlah milik mereka. Allah-lah yang telah mengilhami mereka dan mereka bertindak menurut sebuah perencanaan sempurna.

Setelah meningkatkan tingkat religius peserta didik, maka kita harus bisa menanamkan karakter mulia "tawadu'"  generasi millenial terhadap guru sebagai pendidik. Guru sebagai pendidik harus mampu mendoktrin generasi millenial agar "tawadu'" terhadap guru. Prilaku tawadu' kepada guru adalah sikap berbuat baik dengan gurunya dan berbuat baik dalam proses belajar mengajar.

Indikator yang dapat dilihat dari sikap generasi millenial dapat dilihat dari kebiasaan mengucapkan salam dan menjawab salam ketika bertemu dengan bapak / ibu guru; menghormati guru; taat dan patuh pada guru; berlaku sopan santun kepada guru; meminta maaf jika melakukan kesalahan kepada guru; mendoakan kebaikan kepada guru dan tidak menyepelekan atau meremehkan guru. Prilaku tawadu' dapat kita tanamkan bahkan kita doktrinkan kepada generasi millenial ketika diawal pembelajaran disetiap tahun ajaran.

Doktrinlah generasi millenial jika menginginkan ilmu yang barokah maka tawadu'lah sama guru. Agar generasi millenial mempunyai prilaku tawadu' terhadap guru, maka guru harus bisa memberikan suri tauladan yang baik. Sudah terlanjur adanya anggapan di masyarakat luas bahwa guru adalah orang yang "digugu lan ditiru".

Guru sebagai seorang pendidik hendaknya tidak hanya mampu memerintah atau memberi teori kepada generasi millenial, tetapi lebih dari itu guru harus mampu menjadi panutan baginya, sehingga generasi millenial dapat mengikutinya tanpa merasakan adanya unsur paksaan. Artinya jangan berharap generasi millenial tawadu' sama gurunya kalau gurunya masih belum bisa memberikan suri tauladan yang baik secara nyata di depan generasi millenial.

Melalui materi peredaran darah maka seorang pendidik bisa menanamkan sifat sosial. Bagaimana caranya memasukkan nilai karakter sifat sosial?. Darah manusia memiliki keanekaragaman atau pluralisme berdasarkan golongannya. Darah manusia dibagi menjadi 4 golongan, yaitu golongan A, AB, B dan O. Golongan A, B dan AB hanya bisa mentransfusikan darahnya ke golongannya itu sendiri. Golongan darah AB bisa menerima darah dari semua golongan darah, baik A, B dan O. Golongan darah O merupakan golongan darah yang bisa mentransfusikan darahnya  ke semua golongan darah tetapi hanya bisa menerima donor darah dari golongan darah O saja.

Dari keterangan di atas, maka guru melalui materi sistem peredaran darah bisa menanamkan sifat sosial dan kepada generasi millenial. Tanamkan bagi kepada generasi millenial bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk atau "plural society". Walaupun memiliki pluralisme yang tinggi, maka kita harus bisa memiliki jiwa sosial.

Salah satunya dengan secara ikhlas dan terjadwal untuk membantu masyarakat sekitar dengan melakukan donor darah. Betapa berartinya jiwa sosial  kita dengan melakukan donor darah bagi orang yang membutuhkan. Sepersekian detik, kalau ada pasien yang tidak terpenuhi kebutuhan darahnya (karena kecelakaan atau sakit), maka jiwa "akan melayang".

Penulis merasa prihatin ketika ada informasi adanya kekurangan stok darah di berbagai Kantor Palang Merah Indonesia (PMI) dan rumah sakit. Sangat miris sekali, dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta orang terjadi kekurangan stok darah. Artinya kepedulian sosial kita "rendah" bahkan "sangat rendah" dalam hal donor darah. Oleh karena itu melalui materi sistem peredaran darah kita harus dapat "mendoktrin" generasi millenial agar memiliki jiwa sosial dengan aktif mendonorkan darahnya sehingga kekurangan stok darah tidak terjadi lagi.

Melalui materi sistem peredaran darah, guru juga bisa menanamkan karakter Tresna asih (kasih sayang), yaitu melakukan perbuatan atau bersikap yang didasari rasa kasih sayang kepada orang lain tanpa adanya pamrih tertentu kecuali demi kebahagiaan bersama. Melalui materi sistem peredaran darah kita juga bisa menanamkan karakter Sumedulur (kekeluargaan), yaitu bersikap dan bertindak laku kepada orang lain yang diperlakukan seperti kerabat dan saudaranya sendiri, sehingga timbul rasa ingin berkorban demi masyarakat yang dicintainya. Ketika mendonorkan darah tidak memandang dari agama apa orang yang akan kita tolong. Dari suku apa? Partai politik apa? Aliran apa? Warna kulit apa? dan sebagainya.

Apakah bisa seorang pendidik melalui materi sistem peredaran darah bisa menanamkan karakter tanggung jawab dan ketelitian "super"?. Jawabnya pasti bisa dan harus bisa. Bagaimana caranya agar generasi millenial memiliki tanggung jawab dan ketelitian "super" dalam materi sistem peredaran darah?. Caranya dalam pemberian materi sistem peredaran darah dilakukan dengan melakukan praktikum  terutama dalam proses penggolongan darah.

Generasi millenial diberi tanggung jawab melakukan praktikum untuk dapat menggolongkan minimal darahnya masing-masing. Kemudian "mendoktrin" generasi millenial agar melakukan praktikum secara "super" teliti. Karena kalau ada kesalahan prosedur dalam praktikum dan kalau tidak "super" teliti, maka data atau kesimpulan dalam menggolongkan darahnya akan tidak valid atau salah. Misalnya seharusnya golongan darahnya A, disimpulkan B yang mungkin dikarenakan kesalahan dalam prosedur kerja.

Hal ini akan berakibat fatal ketika melakukan transfusi darah. Jika salah dalam penggolongan darah, maka akan berakibat kematian sesorang jika kita melakukan transfusi darah. Misalkan seorang pasien bergolongan darah A mendapatkan transfusi darah dari golongan darah B, maka akan berakibat terjadinya penggumpalan darah pada pasien.

Dan jika tidak segera mendapatkan pertolongan akan berakibat kematian terhadap pasien. Agar generasi millenial "super" teliti, maka generasi millenial harus benar-benar memahami prosedur praktikum yang akan dilakukan secara profesional.

Generasi millenial bisa benar-benar memahami prosedur praktikum secara profesional, maka harus mau membaca buku mengenai materi peredaran darah secara mendalam dari berbagai sumber buku bacaan. Karakter tanggung jawab dan teliti memberikan kontribusi yang besar dalam pembelajaran IPA. Karakter tanggung jawab dan "super" teliti dalam pembelajaran IPA sangat penting untuk dikembangkan karena generasi millenial yang memiliki tanggung jawab tinggi dan tingkat ketelitian yang "super" mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik.

Perlu kita ketahui bahwa kelemahan pembelajaran IPA saat ini adalah masih bersifat menghafalkan dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati, meneliti tentang gejala-gejala alam yang kemudian dikaji dan disimpulkan berdasarkan konsep-konsep yang akhirnya akan menjadi prinsip, hukum, dan seterusnya sebagai produk IPA.                                

Keberhasilan sebuah pembelajaran sangat ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam pembelajaran. Guru dalam pembelajaran harus peka dan komunikatif dalam memfasilitasi pembelajaran generasi millenial. Interaksi belajar-mengajar harus memberikan re-inforcement, agar generasi millenial termotivasi dan aktif belajar dengan penuh tanggung jawab. Berikan kepercayaan kepada generasi millenial untuk mencari ilmu sendiri tetapi tetap dalam bimbingan seorang guru pendidik.

Berdasarkan uraian di atas, maka guru IPA harus bisa memasukkan nilai karakter mulia terutama pada materi sistem peredaran darah dengan cara meningkatkan religius generasi millenial, menumbuhkan jiwa tawadu' generasi millenial terhadap guru, menanamkan sifat sosial dan menanamkan karakter tanggung jawab dan teliti. Sehingga dampak dari negatif dari teknologi dapat kita kurangi karena teknologi tidak bisa lepas dari kehidupannya bahkan sudah menjadi  gaya hidup atau lifestyle.  

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Efendi, Muhammad Ali. 2013. Peran Strategis Madrasah dalam Pembentukan Karakter Remaja Menuju Generasi Emas Islam yang Beraklhlaqul    Karimah. Naskah disampaikan dalam Orasi Ilmiah Perpisahan Siswa Kelas XII di  MA. Nurul Islam Mojorejo Wates Blitar tanggal 23 Mei 2013.

Khoiriyah, Latifatul. 2017. Nilai-Nilai Ketauhidan dalam Pembelajaran IPA melalui Metode Insersidi SD Integral Hidayatullah Salatiga Tahun Pelajaran 2016-2017. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Institut Agama Islam Negeri Surakarta 

Libriastuti, Fony dan Sudewo, Priyo Abhi. Dinamika Psikologis Tawadhu' Mahasiswa Terhadap Gurunya. Seminar Nasional dan Gelar Produk. 17-18 Oktober 2016. UMM.

Qomaro, Galuh Widitya. 2016. Pengaruh Keteladanan dan Kewibawaan Guru Terhadap Sikap Tawadhu' siswa MTS dan MA. Sunan Drajat-Geger-Bojonegoro Tahun pelajaran 2015.  Didaktika Religia Volume 4, No. 1 Tahun 2016

Yahya, Harun. Tanpa Tahun. Keajaiban di dalam Tubuh Kita. https://id.harunyahya.com/id/Buku/3710/Keajaiban-Di-Dalam-Tubuh-Kita/chapter/10412/Perjalanan-darah-dalam-pembuluhnya

Wiyono, Hadi. 2012. Pendidikan Karakter dalam Bingkai Pembelajaran Di Sekolah. Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume II, No 2,  Juli     2012 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun