Sepak bola dapat di katakan sebagai olahraga paling populer di dunia. Siapa sih yang gatau dengan olahraga yang satu ini, selama berabad-abad lamanya sepak bola menjadi olahraga yang paling populer di dunia. Sepak bola bukan hanya permainan memasukkan bola ke gawang, karena itulah sepak bola berbeda dengan olahraga pada umumnya.
Sepak bola sendiri sudah melibatkan banyak aspek di dalamnya, seperti psikologi, seni, sastra, politik, bisnis, agama, budaya, sejarah, cinta dan patriotisme. Itulah mengapa sepak bola adalah olahraga yang paling populer se-dunia. Tidak terhitung banyaknya bisnis yang ada karena sepak bola maupun itu legal hingga ilegal.
Piala dunia salah satu contoh yang mebuktikan kepada kita bahwa sepak bola itu lebih dari sekedar olahraga. Di event tersebut semua unsur ada di dalamnya seperti yang sudah di sebutin di atas. Piala dunia 2022 di Qatar baru saja selesai, kita semua tahu event besar 4 tahunan tersebut ramai peminat. Tetapi banyak juga yang tidak mengikuti bahkan tidak tahu event besar ini. Padahal olahraga sepak bola adalah olahraga paling populer di dunia, tentu saja dengan berbagai alasan seperti contohnya sibuk, tak tertarik, bahkan hingga tidak suka.
Dari semua hal yang terkait dengan sepak bola, olahraga yang satu ini memiliki satu sisi yang mengejutkan sekaligus menarik perhatian kita semua. Sepak bola yang bisa di bilang identik dengan laki-laki ternyata tak selamanya seperti itu. Seiring berjalannya waktu terlebih lagi dengan munculnya gerakan emansipasi wanita yang mengedepankan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, sepak bola sudah mulai dimasuki oleh para kaum hawa.
Sepak bola mulai digemari oleh para wanita, bahkan kini sepak bola sudah dimainkan oleh kaum wanita. Â Intinya, tak ada lagi batasan gender dalam sepak bola itu. Namun tak semua wanita suka sepak bola, banyak dari mereka tidak menyukai sepak bola entah itu karena menurut mereka sepak bola itu membosankan atau karena hal lainnya.
Tentu kita penasaran mengapa mereka berminat untuk mengikuti acara piala dunia 2022. Akibatnya muncul pertanyaan mengapa mereka tertarik dengan acara olahraga tersebut? Dengan ini kita dapat mengaitkan kasus ini dengan teori budaya pop. Tapi sebelum ke jawaban mengapa mereka tertarik dengan piala dunia tahun ini, kita harus tahu terlebih dahulu apa itu budaya populer.
Budaya Populer atau Pop Culture adalah hal  apa yang sedang populer akhir-akhir ini, kita bisa ambil contoh dengan piala dunia yang hanya ada 4 tahun sekali. Maka dengan hal ini piala dunia bisa disebut pop culture karena sekalinya terjadi euforianya sangat tinggi, dan cepat berlalu karena hanya berlangsung sebulan dan diadakan empat tahun sekali.
Hal pertama yang membuat perempuan mendadak suka sepak bola adalah tampang dan style dari para pesepak bola itu sendiri. Contohnya, Neymar, Gavi, Pedri dan lain-lain. Tentu saja para kaum hawa suka menonton pesepak bola itu ketika bermain di lapangan hijau. Karena ketampanan mereka kalah menang bisa menjadi tidak penting bagi para perempuan tersebut, yang penting mereka bisa menonton pemain favorit mereka bermain.
Skill yang ditunjukkan oleh para pesepak bola juga dapat menarik perhatian kaum hawa, karena terlihat keren di mata mereka. Permainan pesepak bola dengan si kulit bundar dapat memanjakan mata para perempuan yang menonton mereka.
Faktor hype, piala dunia kali ini sangat viral dan ada dimana-mana menjadikan piala dunia kali ini tak ada habisnya. Berita tentang piala dunia 2022 muncul di semua beranda media sosial milik kita, karena hal ini para kaum hawa tidak mau tentu saja ingin terlihat eksis di media sosial. Agar kelihatan eksis mereka ikut memposting foto-foto atau video-video mengenai sepak bola.
Karena hypenya berita tentang piala dunia 2022 tentu saja para lelaki membicarakan tentang piala dunia. Maka dari itu para perempuan mengambil kesempatan ini untuk bisa lebih dekat dengan pasangan mereka atau gebetan mereka, agar mempunyai topik pembahasan sehari-hari. Selain itu, mereka juga ingin mempunyai banyak teman-teman laki-laki agar bisa beda dengan perempuan lainnya.
