Waktu malam tiba pukul sebelas dari terbukanya kedua mata di tempat pengasingan yang penuh luka,
Sebagian hawa sepi berbisik pada tubuh dan sebagian rindu yang waktu itu sempat mengintip di sela bingkai persegi yang kunamai jendela,
Angin-angin menghias derai indah sebuah malam, bulan dan bintang yang hinggap dari beberapa sekumpulan awan, melenyapkan kisah purnama dihamparan pandang.
Awan memaksa untuk pulang dari kedua hias yang aku pikir itu sangat berarti menjadi keprihatinan yang merana,
Sontak Renung bersandar kursi berselimut sarung memegang kesabaran yang sekarang telah lelah dari kesengsaraan.
'Tidurlah kenangan'
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!