Mohon tunggu...
Muhammad Syahrul Adhim
Muhammad Syahrul Adhim Mohon Tunggu... Penulis - Membaca Hari Ini, Memimpin Hari Esok

Bersyukur Jika Mereka Masih Bisa Menemukanku IG: syahrul.inc

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terminal

15 Maret 2021   16:07 Diperbarui: 15 Maret 2021   16:23 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twitter.com/solozamandulu

Pagi ini 

di tahun lalu

Halaman luas, serta debu-debu kendaraan membawa sekantong rindu,

Nyanyian-nyayian bercampur suara kondaktur bervolume keras menabur bak terminal yang sering kunamai 'tempat tempur'

Terminal bukan tempat untuk merenungi diri, melainkan medan perang bagi para pekerja yang sering kunamai 'prajurit'

Namun

Tempat itu musnah oleh kerelaan, yang berujung kecepatan antar bus menuju kota impian.

Nasib buruk terminal di wajah penunggu, karena bus tidak mengenal kata rindu yang dulu sempat mampir untuk bercumbu.

Hari ini angkutan antar kota, malu-malu menuju terminal yang dulu dilahirkan untuk tempat canda sementara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun