Pagi iniÂ
di tahun lalu
Halaman luas, serta debu-debu kendaraan membawa sekantong rindu,
Nyanyian-nyayian bercampur suara kondaktur bervolume keras menabur bak terminal yang sering kunamai 'tempat tempur'
Terminal bukan tempat untuk merenungi diri, melainkan medan perang bagi para pekerja yang sering kunamai 'prajurit'
Namun
Tempat itu musnah oleh kerelaan, yang berujung kecepatan antar bus menuju kota impian.
Nasib buruk terminal di wajah penunggu, karena bus tidak mengenal kata rindu yang dulu sempat mampir untuk bercumbu.
Hari ini angkutan antar kota, malu-malu menuju terminal yang dulu dilahirkan untuk tempat canda sementara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H