Bagi orang Bajo, orang-orang menyebut mereka sebagai Bajo karena pelafazan orang Jawa dan hal ini berlaku juga di masyarakat Bajo kawasan wilayah Sabah dan laut Sulu walaupun lebih dikenal juga sebagai Sama Bajau.
Interpretasi atas lambang orang Bajo di masa lalu menghasilkan banyak ula-ula yang berbeda satu sama lain. Begitu dengan orang Sama-Bajau di Sabah yang dikenal sebagai sambolayang atau Paglamak dan Bandila di kawasan Filiphina Selatan.
Panji ini kebanyakan dikibarkan ketika acara kebudayaan ataupun hari istimewa orang Bajo seperti perkawinan dan khitan walaupun sebagaian besar menganggap panji ini hanya bisa dikibarkan oleh bangsawan Bajo.
Karena banyaknya variasi ula-ula, beberapa diantaranya dianggap melenceng dari garis besar budaya Bajo yaitu syahadat, rukun iman, rukun islam, dan lingkup kehidupan orang bajo.
Ada usaha dari beberapa kepala adat Bajo Indonesia untuk menyamakan konsep ula-ula dengan ula-ula yang dipercaya peninggalan orang Bajo di masa lalu di mana salah satunya ditemukan di desa Lemo Bajo, Kendari. Bentuk ula-ula Indonesia berbeda dengan sambolayang, tapi secara konsep mirip.
Hal ini bisa dipraktikan juga kepada bendera-bendera yang erat dengan aktivitas seperatisme.
Bendera bintang kejora yang awalnya didesain untuk bendera negara Papua yang disiapkan Belanda sehingga bendera ini menjadi bendera terlarang di Indonesia seperti bendera Partai Komunis Indonesia dan Republik Maluku Selatan. Tapi di sisi lain, simbol bintang kejora melambangkan cerita rakyat masyarakat Biak dan mewakili harapan masyarakat Papua sehingga dianggap sebagai bendera kebudayaan seperti halnya ula-ula sama orang Bajo. Simbol bintang kejora populer di masyarakat Papua dan perlu adanya sebuah terobosan seperti yang dilakukan orang Bajo dengan membuat umbul-umbul bintang kejora yang berbeda dengan bintang kejora yang biasa dipakai OPM. Solusi ini mungkin bisa memecahkan masalah yang dialami masyarakat Papua yang menyukai filosofi bintang kejora seperti yang direkomendasikan Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan adanya motif cendrawasih ataupun konsep kepercayaan lokal dan agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H