Mohon tunggu...
Muhammad Abdul Karim
Muhammad Abdul Karim Mohon Tunggu... Freelancer - Peneliiti sejarah, pengembang gim, dan wirausahawan.

Pengembang gim Sengkala Dev. Kajian tulisan bisa ditemukan di https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Karim10/publications dan saya bisa diikuti di https://twitter.com/muhammad_karim atau https://id.quora.com/profile/Muhammad-Abdul-Karim-5

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menelaah Konsep Bendera Kebudayaan Ula-Ula Sama

25 September 2019   21:00 Diperbarui: 25 September 2019   21:26 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagi orang Bajo, orang-orang menyebut mereka sebagai Bajo karena pelafazan orang Jawa dan hal ini berlaku juga di masyarakat Bajo kawasan wilayah Sabah dan laut Sulu walaupun lebih dikenal juga sebagai Sama Bajau.

Interpretasi atas lambang orang Bajo di masa lalu menghasilkan banyak ula-ula yang berbeda satu sama lain. Begitu dengan orang Sama-Bajau di Sabah yang dikenal sebagai sambolayang atau Paglamak dan Bandila di kawasan Filiphina Selatan.

Panji ini kebanyakan dikibarkan ketika acara kebudayaan ataupun hari istimewa orang Bajo seperti perkawinan dan khitan walaupun sebagaian besar menganggap panji ini hanya bisa dikibarkan oleh bangsawan Bajo.

Karena banyaknya variasi ula-ula, beberapa diantaranya dianggap melenceng dari garis besar budaya Bajo yaitu syahadat, rukun iman, rukun islam, dan lingkup kehidupan orang bajo.

Ada usaha dari beberapa kepala adat Bajo Indonesia untuk menyamakan konsep ula-ula dengan ula-ula yang dipercaya peninggalan orang Bajo di masa lalu di mana salah satunya ditemukan di desa Lemo Bajo, Kendari. Bentuk ula-ula Indonesia berbeda dengan sambolayang, tapi secara konsep mirip.

Hal ini bisa dipraktikan juga kepada bendera-bendera yang erat dengan aktivitas seperatisme.

Bendera bintang kejora yang awalnya didesain untuk bendera negara Papua yang disiapkan Belanda sehingga bendera ini menjadi bendera terlarang di Indonesia seperti bendera Partai Komunis Indonesia dan Republik Maluku Selatan. Tapi di sisi lain, simbol bintang kejora melambangkan cerita rakyat masyarakat Biak dan mewakili harapan masyarakat Papua sehingga dianggap sebagai bendera kebudayaan seperti halnya ula-ula sama orang Bajo. Simbol bintang kejora populer di masyarakat Papua dan perlu adanya sebuah terobosan seperti yang dilakukan orang Bajo dengan membuat umbul-umbul bintang kejora yang berbeda dengan bintang kejora yang biasa dipakai OPM. Solusi ini mungkin bisa memecahkan masalah yang dialami masyarakat Papua yang menyukai filosofi bintang kejora seperti yang direkomendasikan Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan adanya motif cendrawasih ataupun konsep kepercayaan lokal dan agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun