Mohon tunggu...
Muhammad Naufal Zain
Muhammad Naufal Zain Mohon Tunggu... Lainnya - Santri di salah satu pondok pesantren desa Kajen, Pati, Jawa Tengah

Suka diskusi dan ber dialektika dengan beragam pemikiran yang berbeda. Pernah aktif di dunia Bahtsul Masa'il. Forum diskusi santri yang membahas problematika fiqh.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resep agar Tidak Gampang Kecewa ala Erving Goffman

8 Mei 2023   12:35 Diperbarui: 8 Mei 2023   16:53 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu saat semasa saya masih mondok. Saya punya sahabat karib. Dia dikenal sebagai individu yang sangat ta'at peraturan, sering mengikuti lomba baca kitab dan hafalan qur'an, rajin belajar, dan berbagai citra baik yang disematkan padanya.

Bagi mereka yang belum mengenal dekat dengan dia. Mereka akan menilai sahabat saya sebagai seorang yang hampir sempurna. Pintar, rajin, disiplin, ta'at. Hingga banyak yang mengidolakan dia dan menjadikan dia sebagai panutan untuk dicontoh.

Hingga suatu ketika, ada satu peristiwa yang membuat orang-orang kecewa dengan dia. Mereka merasa dikhianati oleh sahabat saya ini. Hingga menyebut sahabat saya ini sebagai pribadi yang munafik. 

Suatu saat, dia ketahuan bermain PlayStation. Karena bermain Ps pada saat itu merupakan pelanggaran berat, akhirnya citra baik yang dia miliki luntur seketika. Selain itu, pada saat diinterogasi oleh pihak keamanan dia mengaku bermain Ps seminggu sekali. Belum lagi kasus-kasus berat lain seperti pacaran, keluar malam tidak izin, semakin melunturkan citra baiknya.

Erving Goffman Dan Dramaturgy

Menarik kita membaca kembali prespektif yang ditawarkan sosiolog asal Kanada, “Erving Goffman”. Goffman lahir pada tahun 1922. Ia dikenal dengan Dramaturgy nya yang menyamakan kehidupan ini layaknya drama teater yang ditonton banyak orang. Sebelum ia melahirkan teori ini, Goffman terlebih dahulu berkecimpung di dunia industri perfilman.

Dalam teorinya, goffman memberikan pandangan yang cukup unik. Bahwa manusia mempunyai 2 panggung yang berbeda dalam menjalani kehidupan. Frontstage dan backstage.

Panggung yang pertama adalah kehidupan dimana manusia akan merepresentasikan dan membentuk dirinya sebaik mungkin di tengah lingkungan agar dapat diterima oleh masyarakat.

Selayaknya artis yang tampil di layar kaca. Seseorang akan membentuk self image dan citra dirinya sebaik mungkin agar audien atau masyarakat puas dengan performa yang ia tampilkan. Dan ini sisi yang umum digunakan semua orang ketika berinteraksi dengan individu lain secara komunal.

Disisi ini, orang juga akan sangat terpengaruh dengan stigma dan penilaian seseorang. Aktivitas yang ia lakukan sering kali berorientasi pada tujuan untuk memuaskan ekspektasi yang diberikan khalayak umum kepadanya.

Sisi kedua adalah backstage. Sisi dimana individu akan menampilkan sisi natural nya tanpa terpengaruh oleh stigma dan penilaian masyarakat. Sisi yang tidak ditampilkan pada khalayak umum. Sisi yang hanya dapat dilihat oleh orang-orang terdekatnya saja.

Dalam kasus diatas, alasan sahabat saya yang awalnya dikenal baik, cerdas, santun oleh teman-teman nya karena yang dilihat oleh teman-teman adalah sahabat saya ketika menampilkan citra terbaiknya, ketika dia berada di depan panggung kehidupan (Frontstage). Dan ini maklum terjadi. Karena ketika didepan khalayak umum, sahabat saya akan menampilkan sisi terbaiknya untuk memenuhi ekspektasi teman-teman nya.

Seiring berjalannya waktu, interaksi teman-teman dengan sahabat saya yang awalnya dari frontstage mulai mengalami transisi menuju backstage. Kehidupan-kehidupan personal sahabat saya yang suka main Ps, warnet, pacaran mulai terkuak dan diketahui khalayak umum. Sehingga dari sini, banyak yang kecewa dengan sahabat saya. Sosok yang awalnya dicitrakan baik, ternyata nakal, tidak taat peraturan

Nah, dari sini. Goffman sebenarnya ingin menyampaikan suatu pesan agar kita tidak gampang kecewa saat berinteraksi secara komunal dengan orang lain. Goffman ingin menegaskan, bahwa setiap orang pasti mempunyai 2 panggung yang berbeda. Kita sendiri yang kurang memahami dan jeli. Mana kondisi dimana orang berada di sisi frontstage nya, kapan orang berada di sisi backstage nya.

Dalam kasus diatas, saya yang sebagai sahabat karib nya tentu sudah tahu sisi kehidupan nya dari mulai saat ia berada di frontstage maupun backstage. Dari mulai dia saat menampilkan sisi terbaiknya, maupun saat menampilkan sisi natural nya. Sehingga saya tidak kaget saat semua kasus nya terungkap, dan jadi cibiran banyak orang. Menurut saya, mereka kecewa karena belum tahu sisi personal dari sahabat saya, sehingga merasa dikhianati oleh ekspektasi nya sendiri.

Dalam kehidupan lain, bayangkan betapa banyak pasangan suami istri yang memutuskan untuk berpisah karena melihat banyak kekurangan yang dimiliki pasangannya.

Kenapa ini bisa terjadi?. Karena pada saat mereka masih menjalani perkenalan. Interaksi mereka hanya berputar pada sisi frontstage saja. Sisi dimana mereka menampilkan citra terbaiknya. Tentunya hal ini untuk memenuhi ekspektasi masing-masing dari pasangan.

Bayangkan jika mereka sejak awal sudah menyadari. Bahwa setiap orang mempunyai sisi frontstage dan backstage nya sendiri. Maka kedua pasangan ini akan semakin jeli dan waspada terhadap citra yang ditampilkan masing-masing dari mereka.

Kita sering kali kecewa dengan orang lain. Karena kita buru-buru melabel kan ekspektasi yang begitu tinggi. Bahwa si ini baik, si ini sempurna, santun dan lain-lain. Padahal kita belum mamahami lebih dalam kehidupan seseorang sampai pada sisi personal nya.

Dengan kita menyadari, bahwa semua orang memiliki 2 panggung yang berbeda dalam kehidupannya. Kita tidak akan gampang kecewa ketika dikhianati oleh ekspektasi kita sendiri terhadap orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun