Selain mulai berkurangnya hewan buruan ideal, dan faktor ancaman kelompok lain serta hewan buas yang sama-sama berada di alam bebas, nyatanya, manusia purba pun mengalami satu fase sulit berupa perubahan alam yang menghendaki dirinya untuk pindah ketempat lain. Manusia pada tahan ini memilih untuk tinggal di puncak gunung yang dianggapnya bisa terhindar dari bencana alam. Tak sedikit, peradaban zaman purba ditemukan di puncak gunung baik lewat jejak hunian yang ditinggalkan.
Dari tiga faktor manusia memilih untuk bertahan hidup itulah, kita bisa menafsirkan bahwa, manusia zaman dulu sekalipun setidaknya telah mengenal pola migrasi dan tak jarang memakan waktu, tenaga, jarak dan tak jarang kematian. Regenerasi dari pola tersebut terus dilakukan hingga hari ini oleh kita, baik dalam bentuk kesadaran untuk ber-traveling, merantau, atau bahkan dalam konteks yang lebih kecil lagi pindah kos-kosan. Setidaknya, The Walk culture, atau lebih tepatnya kita sebut the Walker ada dan bersemayam dalam diri kita. Dari zaman manusia zaman batu sekalipun, kita mewarisinya.
Di mana agendamu jalan-jalan hari ini, Puan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H