Mohon tunggu...
Muhammad Ali
Muhammad Ali Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Blogger di Pigurafilm dan pedagang buku online: Kafeinbuku

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Budaya Nomad: Hidup Enak, Jalan-jalan dan Dibayar Mahal

2 Desember 2020   06:59 Diperbarui: 2 Desember 2020   07:05 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ini disadur dari idntimes.com


Hidup dengan menjadi freelancer dan tinggal ditepi pantai, jalan-jalan dibayar, menjadi gejolak anak muda Amerika pada awal 2000-an, saat arus utama media digital mulai ramai digunakan orang-orang dibelahan dunia. Mereka, anak muda ini yang berusia 22 hingga 25 tahun, mengirim berbagai artikel, foto dan video diberbagai tempat untuk perusahan mereka yang ada di Amerika. 

Mereka pun membuat blog dan menuliskan pengalaman hidup mereka yang dipublikasikan lewat foto, video ataupun audio dari sebuah tempat antah-berantah. Dan untuk semua hal yang menyenangkan tersebut, mereka dibayar.

Anak-anak muda ini menyadari bahwa menjadi penulis dan tinggal ditengah kehidupan yang mahal bukan hanya merogok kocek yang dalam, tapi juga bisa membuat miskin perlahan. Itu sebabnya, ide untuk tinggal tak menetap di daerah yang biaya hidup tidak terlalu mahal, namun dibayar oleh perusahaan dengan bayaran yang lumayan, tentu sangat menyenangkan, bukan.

Tercetuslah istilah paling populer kala 2000-an dengan nama, Nomanden digital. Sebuah budaya baru yang menjangkiti anak muda Amerika dan Eropa, di mana mereka bisa bekerja sembari jalan-jalan, berkeliling dunia dari satu tempat ke tempat lain. 

Dan saat sore menjelang mereka mengedit video, tulisan dan foto dan mengirimkannya ke perusahaan-perusahaan yang membutuhkan semua file tersebut, malamnya saat mereka barangkali sedang mabuk dan terkulai lemas di tempat tidur, mereka dikirimi transferan dollar atas kerja keras mereka.

Selain itu, mereka pun bisa membuat kursus online dan menjual Pdf di blog milik mereka, memanfaatkan spasi kosong di blog mereka sebagai advertising. Dan semua itu bisa dilakukan di sebuah pantai, di Bali misalnya, di Banda Neira, misalnya. Gak ada yang tahu.

Pilihan hidup sebagai Nomandis: Digital Nomanden, adalah pilihan saat menjadi anak muda. Geliat ini menjangkiti bukan hanya orang Amerika, namun juga orang Eropa. Alasannya adalah biaya hidup di Negera mereka tinggal cukup tinggi untuk menghindari hal-hal itu, mereka memilih untuk tinggal semipermanent di Asia dan Amerika latin yang biayanya lebih murah dan menyajikan sumber artikel, foto dan video mereka. 

Ditambah lagi, penorama yang disuguhkan oleh alam di Asia dan Amerika latin 10juta kali lebih bagus ketimbang Amerika atau Eropa, membuat para Nomandis bukan hanya seolah bertandang di surga namun juga mencecap manisnya biaya hidup murah, makan enak dan alam yang 10juta kali lebih indah di banding negara mereka.

Di masa Covid-19 (2020) para bule-bule ini sedang pulang kampung ke negara asal mereka, namun percayalah sesaat setelah Covid-19 usai, budaya nomaden kembali dipraktekkan. Mereka akan mendatangi daerah-daerah yang biaya hidupnya murah, makanannya enak, alamnya cantik.

Kamu, sudah ancang-ancang kemana dan menulis apa, hari ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun